Cari Blog Ini

Kamis, 03 Juni 2010

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BU

BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini tidak terlepas dari peran matematika, karena hampir semua bidang keilmuan dan teknologi membutuhkan bantuan matematika. Matematika berupa perhitungan, analisa, dan konsep ilmiah serta sebagai alat bantu yang sangat penting bagi ilmu lain. Pengetahuan tentang matematika memberikan bahasa dan teori serta memberikan pengembangan berpikir analitis, logis, dan sistematis.


Matematika dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari karena salah satu aspek penting dalam matematika adalah belajar pemecahan masalah. Melalui belajar pemecahan masalah maka diharapkan dapat dibentuk proses berpikir secara analisis, logis dan deduktif.
Mengingat peran matematika yang sedemikian penting maka pada setiap jenjang pendidikan formal, siswa dituntut untuk dapat mempelajari dan menguasai matematika secara baik dan benar. Mempelajari matematika merupakan suatu bentuk belajar yang dilakukan dengan penuh konsentrasi dan terstruktur, pelaksanaannya membutuhkan suatu proses aktif individu untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru yang dapat menyebabkan perubahan sikap.
Pembelajaran matematika khususnya di sekolah dasar merupakan peletakan konsep dasar menuju tingkat selanjutnya. Olehnya itu, siswa diharapkan mampu dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat menciptakan suasana kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan dalam matematika. Bentuk kerja sama tersebut dalam hal menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakan secara tajam, mengidentifikasi, mengkaji serta mengembangkan ke arah yang lebih sempurna dalam mengelola informasi, yang terkait pula dengan keterlibatan guru dalam mengajar peserta didik. Seorang guru dituntut mampu menciptakan suasana belajar mengajar yang mampu memotivasi siswa agar senantiasa belajar dengan baik dan bersemangat. Hal terpenting lainnya yang harus dimiliki seorang guru sebagai pengajar adalah kemampuan dalam memiliki sekaligus menggunakan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran sungguh membawa pengaruh yang besar terhadap hasil usaha kita sebagai guru (Davies, 1987:228).
Perlu disadari bahwa pelajaran matematika pada umumnya kurang diminati oleh siswa. Hal ini disebabkan oleh penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat. Banyak di antara guru yang telah mencoba model pembelajaran yang mereka inginkan, namun karena kurang memahami dan menghayati apa yang dilakukan, maka mereka sering tergelincir ke model pembelajaran tradisional, (Pannen, 1999:271).
Menurut Ismail (2002:4) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Lebih lanjut Hadi (2000:29) bahwa belajar secara kelompok akan lebih bermakna daripada belajar secara individu, sebab pada belajar kelompok, siswa dapat berkomunikasi dengan siswa yang lain.
Model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa pendekatan antara lain Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Insvestigasi kelompok, dan Pendekatan Struktural. Ibrahim (2000:20) membagi pendekatan struktural dalam dua tipe yaitu tipe Think-Pair-Share (berpikir-berpasangan-berbagi) dan Numbered Heads Together (penomoran, berpikir bersama). Meskipun memiliki beberapa kesamaan dengan model pembelajaran lain, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together lebih menekankan kepada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Think-Pair-Share dan Numbered Heads Together adalah struktur yang dapat digunakan untuk meningkatkan penguasaan akademik siswa demikian yang dikatakan oleh (Nurhadi, 2003:65). Kagen dalam Ibrahim (2000:28) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang mencakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Bilangan bulat merupakan salah satu materi yang diajarkan di kelas IV pada semester dua. Indikator yang ingin dicapai adalah siswa dituntut harus mampu menguasai materi bilangan bulat yaitu menggunakan sifat-sifat bilangan bulat, menentukan hasil operasi hitung bilangan bulat serta mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian halnya yang terjadi di SDN Sindang Kasih. Berdasarkan data dari guru kelas IV terungkap bahwa hasil belajar matematika siswa kelas IV masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata semester dua yang diperoleh dua tahun terakhir dengan nilai rata-rata 55 (Tahun Ajaran 2007/2008) dan 58 (Tahun Ajaran 2008/2009) yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan di sekolah yaitu minimal skor 65. Kemudian guru mata pelajaran tersebut mengatakan bahwa selama ini siswa diajar dengan model pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang masih didominasi oleh guru dalam memecahkan masalah dengan lebih menekankan pada pemberian soal-soal latihan. Selain itu pula guru mengatakan bahwa selama bertahun-tahun menjadi guru dan mengajarkan matematika, para siswa umumnya banyak mengalami kesulitan memahami operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat khususnya untuk bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif, dan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif serta bulat negatif dengan bilangan bulat negatif. Kesulitan tersebut terdapat pada sebagian kelas IV dan V. Sebaliknya, untuk operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat posistif, para siswa sudah terbiasa dan memiliki dasar yang cukup kuat, karena sudah mereka pelajari sejak kelas I SD.
Berkaitan dengan masalah di atas penulis ingin melakukan tindakan aksi yang bisa mempermudah siswa untuk memahami operasi hitung bilangan bulat terkhusus penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat: positif dengan negatif, negatif dengan positif dan negatif dengan negatif tersebut diterapkan dalam sebuah model pembelajaran yang dapat mengurangi kesulitan siswa.
Berdasarkan uraian di atas penulis bersama guru akan berkolaborasi untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Koopertif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Materi Bilangan bulat Kelas IV SDN Sindang Kasih Tahun Ajaran 2009/ 2010 ”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: ”Apakah hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN Sindang Kasih pada materi Bilangan bulat, dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)”?
C. TUJUAN PENILITIAN
Sejalan dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN Sindang Kasih pada materi bilangan bulat melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads together (NHT).
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Bagi guru, dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
(2) Bagi siswa, dapat membantu sekaligus mempermudah siswa dalam belajar matematika khususnya materi Bilangan bulat.
(3) Bagi sekolah, sebagai masukan yang baik pada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran matematika.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. PEMBELAJARAN MATEMATIKA
a. Pengertian Belajar
Belajar menurut Hamalik (2008:27-28) adalah modifikasi atau memperteguh tindakan melalui pengalaman, suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Lebih lanjut belajar menurut Nasution (1995:34) adalah penambahan pengetahuan dan sebagai perubahan kelakuan bakat, pengalaman dan latihan. Sedangkan dari sisi psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 2003:2).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat dirumuskan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan serta modifikasi atau memperteguh kelakukan melalui pengalaman.
b. Pengertian Mengajar
Mengajar menurut Hamalik (2008:44-50) adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau murid di sekolah, mewariskan kebudayaan pada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah, usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa, memberikan bimbingan belajar kepada murid, kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik dengan tuntunan masyarakat, serta suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. Sedangkan menurut Nasution (1995:4) mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak, menyampaikan kebudayaan pada anak, serta suatu aktivitas organisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.
Pendapat lain dikemukakan oleh Sudjana (2000:37) bahwa mengajar yaitu sebagai alat yang direncanakan melalui pengaturan dan penyediaan kondisi yang memungkinkan siswa melakukan berbagai kegiatan belajar seoptimal mungkin.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar yang optimal.
c. Pembelajaran Matematika
Berdasarkan pengertian belajar dan mengajar di atas, dapat dikatakan bahwa kegiatan belajar mengajar tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar merupakan proses perubahan sedangkan mengajar merupakan proses pengaturan agar perubahan itu terjadi. Hamalik (2008:57) mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran merupakan upaya mengorganisasi lingkungan untuk mencapai kondisi belajar bagi peserta didik. Hal ini sejalan dengan pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang bertujuan menghasilkan perubahan tingkah laku manusia. Pembelajaran untuk mata pelajaran matematika harus memperhatikan karakteristik matematika. Sumarmo (2002:2) mengemukakan beberapa karakteristik matematika yaitu: materi matematika menekankan penalaran yang bersifat hirarkis dan terstruktur serta dalam mempelajari matematika dibutuhkan kekuatan, keuletan, serta rasa cinta terhadap matematika. Karena materi matematika bersifat hirarkis dan terstruktur maka dalam pelajaran matematika tidak boleh terputus-putus dan urutan materi harus diperhatikan, artinya perlu mendahulukan belajar tentang konsep yang mempunyai daya bantu terhadap konsep matematika yang lain dan menciptakan perubahan pola piker serta tingkah laku peserta didik.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk mencapai kondisi belajar bagi peserta didik, sehingga pola pikir peserta didik dapat mengalami perubahan.
2. HASIL BELAJAR
Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru (Situnggang, 2003:600).
Hasil belajar berasal dari kata hasil dan belajar. Hasil berarti prestasi yang telah dicapai (Depdikbud, 1995:787). Sedangkan pengertian belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (Depdikbud, 1995:14). Jadi Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru (nhowitzer.Multiply.com).
Setiap usaha yang dilakukan manusia sesuai dengan hati nuraninya dan waras selalu mempunyai arah atau tujuan, demikian halnya bila yang dilakukan oleh siswa dalam belajar untuk mencapai hasil yang maksimal. Hasil belajar dalam kelas dapat diterapkan ke dalam situasi di luar sekolah. Dengan kata lain siswa dapat dikatakan berhasil belajar apabila dia dapat mentransferkan hasil belajarnya ke dalam situasi-situasi yang sesungguhnya dalam masyarakat (Rusyan,1994:25).
Gagne dalam Suprayekti (2003:5) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi 5 kategori yaitu (1) Informasi verbal, merupakan kemampuan menyimpan informasi dalam ingatan; (2) Kemahiran intelektual, berupa kemampuan memecahkan masalah melalui konsep dan kaidah yang dimiliki; (3) Strategi kognitif, merupakan kemampuan untuk mengatur dan mengontrol proses berfikir dalam dirinya sendiri; (4) Sikap, merupakan suatu kondisi mental yang mempengaruhi pemilihan perilakunya; dan (5) Keterampilan motorik, berhubungan dengan melakukan gerakan tubuh dengan teratur, luwes, lancar, dan tepat.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh dari interaksi siswa dengan lingkungannya yang sengaja direncanakan guru dalam mengajar. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap. Bila dikaitkan dengan matematika, maka hasil belajar matematika merupakan suatu hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mempelajari matematika dalam kurun waktu tertentu, yang diukur dengan menggunakan alat evaluasi tertentu (tes).


3. PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya: (1) saling ketergantungan positif; (2) interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas individual; (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja dianjurkan (Abdurrahman & Bintoro, dalam Nurhadi, 2003:60).
Pembelajaran kooperatif menurut Johnson dalam Ismail (2002:12), adalah model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai suatu pembelajaran. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan siswa.
Menurut Nur (2000), prinsip dalam pembelajaran kooperatif adalah:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif menurut Hartadji (2001:34) antara lain: (1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai; (2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah; (3) Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, suku, dan budaya yang berbeda; (4) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada masing-masing individu.
Terdapat enam langkah dalam model pembelajaran kooperatif:
Langkah Indikator Tingkah Laku Guru

Langkah 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa
Langkah 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa
Langkah 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru menginformasikan pengelompokan siswa.
Langkah 4 Membimbing kelompok belajar. Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok-kelompok belajar.
Langkah 5 Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Langkah 6 Memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.
(www.ppp pembelajaran kooperatif.co.id:3)
4. PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together merupakan salah satu model pembelajaran yang memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperatif dari pada penghargaan individual. Model pembelajaran ini dikembangkan pertama kalinya oleh Kagen dengan melihat para siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut (Ibrahim, 2000:28).
Nurhadi (2003:66) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran kooperetif tipe NHT sebagai pengganti pertanyaan kepada seluruh kelas, sebagai berikut:
1. Penomoran (Numbering); guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 orang dan memberi nomor sehingga siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor yang berbeda. Pemberian nomor pada siswa dalam suatu kelompok, disesuaikan dengan banyaknya anggota kelompok.
2. Pengajuan pertanyaan (Questioning ); guru mengajukan suatu pertanyaan pada siswa pertanyaan dapat bervariasi, dari yang spesifik hingga yang bersifat umum.
3. Berpikir bersama (Heads Together); siswa berfikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap anggota dalam timnya telah mengetahui jawaban tersebut.
4. Pemberian Jawaban (Answering); guru memanggil satu nomor tertentu kemudian siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.
Hubungan antara langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dapat dilihat pada penjelasan berikut:
Fase 1, menyampaikan model dan tujuan pembelajaran. Sebelum memulai pelajaran, guru terlebih dahulu menyampaikan model dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Fase 2, memotivasi siswa, kemudian memberikan motivasi kepada siswa.
Fase 3, mengecek pemahaman dasar, di mana guru mengadakan sebuah tanya jawab.
Fase 4, mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar. Langkah 1 dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT masuk dalam fase ini di mana guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 3 – 5 orang siswa yang heterogen lalu memberi nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor yang berbeda dan membagikan buku paket dan LKS.
Fase 5, memberikan materi pengantar di mana guru memberikan gambaran secara umum dari materi yang akan dipelajari, selebihnya sisa dipersilahkan untuk memanfaatkan bahan bacaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Fase 6, meminta siswa untuk menyelesaikan LKS secara mandiri serta mengamati setiap kegiatan siswa. Setelah guru mempersilahkan membaca buku paket dan LKS kemudian memerintahkan untuk menyelesaikannya dan mengamati proses pembelajaran.
Fase 7, setelah guru mengajukan pertanyaan kepada siswa (Langkah 2) kemudian siswa berfikir bersama untuk menyelesaikan pertanyaan yang ada ( Langkah 3), guru mengawasi setiap kegiatan belajar siswa. Sesekali guru membimbing siswa yang menemui kesulitan.
Fase 8, evaluasi, langkah 4 dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT dilaksanakan pada fase ini sesudah semua soal terjawab. Kemudian guru mengumpulkan lembar jawaban siswa. Siswa dengan nomor yang sama dan terpanggil, mempersentasekan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Evaluasi tidak hanya dilakukan disetiap kali pertemuan, tetapi disetiap akhir siklus tindakan siswa juga harus bertanggung jawab secara individu terhadap hasil belajarnya.
Fase 9, kembali ke kelompoknya masing-masing, setelah seluruh jawaban telah benar atau tuntas maka guru memastikan siswa untuk menyimpulkan akhir dari seluruh pertanyaan sehingga diperoleh rangkuman materi yang telah dibahas.
Fase 10, memberikan penghargaan, guru memberikan penghargaan terhadap hasil belajar siswa penghargaan berupa pujian atau tepuk tangan yang berlangsung spontan di dalam kelas, dan ada pula yang bersifat tertulis seperti pengumuman mingguan.
5. BILANGAN BULAT
Dahrim, (1997:449) mengatakan, bilangan bulat adalah merupakan gabungan bilangan asli dengan bilangan negatifnya serta bilangan nol. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa bilangan bulat terdiri dari himpunan bulangan asli N = {1, 2, 3, 4, 5, … } yang biasa jug adisebut dengan bilangan bulat positif, bilangan-bilangan negatif, dan bilangan nol yang bukan merupakan bilangan positif atau negatif. Himpunan bilangan bulat disimbolkan dengan Z (Zahlen) yaitu suatu himpunan bilangan yang dapat dituliskan sebagai berikut :
Z = { … , -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, … }
Bilangan bulat positif terletak di sebelah kanan angka nol beranggotakan : 1, 2, 3, 4, … , sedang bilangan bulat negatif terletak di sebelah kiri angka nol dan beranggotakan : …, -4, -3, -2, -1.
Operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat merupakan operasi hitung dalam bilangan bulat. Operasi penjumlahan dan pengurangan dalam bilangan bulat sering disebut sebagai penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat saja.
Operasi penjumlahan bilangan bulat mencakup :
1. Penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif.
2. Penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif.
3. Penjumlahan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif.
4. Penjumlahan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif.
Di dalam penjumlahan bilangan bulat terdapat sifat-sifat :
1) Sifat komutatif : a + b = b + a
Menurut sifat ini, hasil penjumlahan dua bilangan bulat selalu memperoleh hasil yang sama walaupun kedua bilangan tersebut dipertukarkan tempatnya.
2) Sifat asosiatif (pengelompokkan) .
(a + b) + c = a + (b + c)
3) Unsur identitas : a + 0 = 0 + a = a.
0 disebut unsur identitas (netral) pada penjumlahan. Menurut sifat ini, jika suatu bilangan bulat ditambah dengan nol atau nol ditambah dengan suatu bilangan bulat, maka hasilnya adalah bilangan bula itu sendiri.
4) Invers jumlah atau lawan dari suatu bilangan.
a + (-a) = (-a) + a = 0
Menurut sifat ini, jika suatu bilangan bulat ditambah dengan invers atau lawan dari bilangan tersebut akan menghasilkan nol.
5) Sifat tertutup pada penjumlahan.
a + b = c
Menurut sifat ini, penjumlahan bilangan bulat akan menghasilkan bilangan bulat juga.
Operasi Pengurangan bilangan bulat mencakup :
a. Pengurangan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif.
b. Pengurangan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif.
c. Pengurangan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif.
d. Pengurangan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif
6. PENELITIAN YANG RELEVAN
Muh. Hajarul Aswad. A. (2005:32) mengatakan bahwa pemahaman belajar siswa kelas I2 SMP Negeri 3 Kendari pada materi bilangan bulat dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Syamsidar (2004:48), mengatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), kemampuan siswa kelas I3 SMP Negeri 1 Raha dalam memahami konsep operasi hitung pada bilangan bulat, dapat ditingkatkan.
7. KERANGKA PEMIKIRAN
Secara umum, hasil belajar metematika siswa dan penguasaan siswa terhadap konsep-konsep matematika masih berada dalam kategori atau tataran rendah. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan penguasaan siswa terhadap konsep dasar matematika guru diharapkan mampu berkreasi dengan menerapkan model ataupun pendekatan dalam pembelajaran matematika yang cocok dengan karakteristik materi yang akan diajarkan.
Salah satu model pembelajaran yang memberi rangsangan pemikiran siswa ke dalam suasana aksi dan melibatkan siswa secara aktif adalah melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini lebih menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dengan dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik. Dengan model ini, siswa tidak hanya mudah menguasai konsep dan materi pelajaran namun juga siswa dapat lebih aktif dalam kelas. Pendekatan ini pula suasana belajar dan interaksi yang santai antara siswa dengan guru maupun antar siswa membuat proses berpikir siswa lebih optimal dan siswa mengkontruksi sendiri ilmu yang dipelajarinya menjadi pengetahuan yang akan bermakna dan tersimpan dalam ingatannya untuk periode waktu yang lama. Dengan meningkatnya hasil belajar maka model pembelajaran ini dapat dikatakan efektif. Dengan kata lain proses belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih efektif dari pada pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
8. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah ”Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT Hasil belajar Matematika siswa kelas IV SDN Sindang Kasih dapat ditingkatkan”



BAB III
METODE PENELITIAN

1. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini akan merupakan penelitian tindakan kelas yang mempunyai karakteristik yang khas, yaitu adanya tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas (Supardi, 2008:109).
2. SETTING PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas IV SDN Sindang Kasih pada semester genap tahun 2009/2010. Dengan jumlah siswa 39 orang.
3. FAKTOR YANG AKAN DISELIDIKI
Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan, ada beberapa faktor yang ingin diselidiki. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor Siswa, yaitu melihat kemampuan siswa dalam mempelajari matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT, khususnya saat mempelajari materi Bilangan bulat.
b. Faktor Guru, yaitu melihat bagaimana materi pelajaran dipersiapkan serta bagaimana teknik yang digunakan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT di dalam kelas.
4. RENCANA TINDAKAN
Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari dua siklus, dengan tiap siklus akan dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai pada faktor-faktor yang diselidiki. Dari hasil observasi awal berupa wawancara langsung dengan guru bidang studi matematika, disepakati bahwa tindakan yang akan dipergunakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada materi yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Adapun pelaksanaan tindakan tersebut mengikuti prosedur tindakan kelas yaitu:
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan tindakan
c. Observasi dan evaluasi
d. Refleksi
Secara rinci prosedur penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
a. Perencanaan: kegiatan yang dilakukan;
1. Membuat rencana perbaikan pembelajaran
2. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
3. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang diperlukan seperti buku paket, dan LKS yang diperlukan dalam membuat siswa memahami materi pelajaran yang akan diajarkan.
4. Membuat alat evaluasi untuk melihat apakah Hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang digunakan dapat ditingkatkan.
5. Pembuatan jurnal sebagai hasil refleksi diri.
b. Pelaksanaan tindakan: kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana perbaikan pembelajaran yang telah dibuat.
c. Observasi/evaluasi: pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan serta melakukan evaluasi.
d. Refleksi: pada tahap ini, hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan dan dianalisis. Kemudian dari hasil tersebut akan dilihat apakah memenuhi target yang diterapkan pada indikator kinerja, jika belum maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus berikutnya dan kelemahan-kelemahan/kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus diperbaiki pada siklus berikutnya.
5. DATA DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Data
a. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT oleh guru Matematika kelas IV SDN SINDANG KASIH baik dari segi pengajaran, pelaksanaan dan teknik evaluasi, sedangkan data kuantitatif adalah tes hasil belajar.
b. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran matematika yang telah menerapkan model pembelajaran ini dan siswa kelas IV SDN Sindang Kasih tahun pelajaran 2009/2010.


2. Teknik Pengumpulan Data
a. Data mengenai kondisi pelaksanaan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe NHT diperoleh dengan menggunakan lembar observasi.
b. Data mengenai refleksi diri diambil dengan menggunakan jurnal.
c. Data mengenai Hasil belajar matematika siswa dilaksanakan setelah diterapkan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan tes hasil belajar.
6. INDIKATOR KINERJA
Sebagai indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah minimal 80% siswa telah memperoleh nilai ≥ 60 yang berarti dikatakan telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Sedangkan dalam proses pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu minimal 85% dari Rencana Perbaikan Pembelajaran yang dibuat dapat dilaksanakan.


7. RANCANGAN MODEL PENELITIAN TINDAKAN KELAS



(Anonim, 1999:27)
Rancangan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di atas merupakan gambaran secara umum. Dalam penelitian ini pelaksanaan tindakan direncanakan dalam dua siklus.






DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Proyek PGSM Dikti: Jakarta.
Davies,ivor K. 1987.Pengelolaan Belajar. Jakarta: CV Rajawali.
Hadi, Samsul. 2000. Jurnal Gentengkali Edisi 2 Tahun III ( Permainan Kartu Empat Belajar Matematika Sambil Bermain): Surabaya.

Hamalik, Oemar.2008.Proses Belajar Mengajar. Sinar Grafika: Jakarta

Ibrahim,Muslim,dkk. 2000. Pembalajaran Kooperatif. . University Press UNESA: Surabaya.

Ismail.2002. Model-model Pembalajaran. . Depdiknas: Jakarta.
Imron,Ali.1996.Belajar dan Pembelajaran.Pustaka Jaya: Jakarta.
Malang Lie,Anita.2002.Cooperative Learning. Grasindo: Jakarta
Nasution,S.1995.Didakti Asas-Asas Mengajar.Bumi Aksara: Jakarta.
Nur, Mohammad,dkk. 2001. Pembelajaran Kooperatif untuk Kelas IPA. UNESA: Surabaya.

Nurhadi dkk.2003.Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.UN Malang: Malang.

Pannen,Paulina . 1999. Cakrawala Pendidikan .Universitas Terbuka: Jakarta.
Rusyan,Tabrani,dkk.1994. Pendidikan Dalam Proses Belajar Mengajar. remaja Karya: Bandung.

Situnggang,cormetyna dkk.2003.Kamus Belajar. Remaja Rosdakarya: Jakarta.
Slameto,1995. Belajar dan Faktor –Faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta: Jakarta

Sudjana,N. 2002. Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algensindo: Bandung.

Sumarmo, Utari.2002. Alternatif Pembelajaran Matematika Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. FMIPA – UPI: Bandung.

Supardi . 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Sinar Grafida:Jakarta.







Lampiran 1.
RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : Sekolah Dasar (SD)
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV/ II
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Siklus/Pertemuan : 1/1
A. Standar Kompetensi
Mengenal bilangan Bilangan bulat dan menyelesaikan operasinya.
B. Kompetensi Dasar
Siswa menunjukan kemampuan mengenal bilangan Bilangan bulat dan menyelesaikan operasinya.
C. Indikator
Mengenali bilangan Bilangan bulat dan menyelesaikan operasinya.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan pembelajaran berakhir, siswa diharapkan dapat:
1. Menyelesaikan operasi penjumlahan bilangan bulat.
2. Menyelesaikan operasi penjumlahan bilangan bulat dan mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari.



E. Tujuan Perbaikan
Dengan mengunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT diharapkan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat meningkat.
F. Sumber Belajar
1. Buku paket Matematika untuk SD kelas IV.
2. LKS 1.1.
G. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model Pembelajaran : Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT.
2. Metode Pembelajaran : Metode ceramah, Tanya jawab, diskusi dan pemberian tugas.
H. Kegiatan Pembelajaran
No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
A. Pendahuluan (10 menit)
1.

2.
3.


4.
Menyampaikan model pembelajaran yang akan digunakan.
Memotivasi siswa untuk belajar.
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Mengecek pemahaman dasar (apersepsi) siswa terhadap Bilangan bulat dengan metode Tanya jawab. Memberikan perhatian pada penjelasan guru.
Sda.
Menyimak dan mengetahui tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Mampu memberikan gambaran tentang Bilangan bulat.
B. Kegiatan Inti (50 menit)
1.



2.

3.



4.

5.
6.




7.


8.




9.

10.

Membagi siswa dalam beberapa kelompok yang heterogen yang beranggotakan 5 orang. Kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 – 5.
Membagikan LKS dan buku paket.

Memberikan materi pengantar tentang bilangan bulat sebagai informasi tambahan, siswa bisa membaca langsung buku paket yang telah disediakan.
Meminta siswa untuk menyelesaikan LKS 1.1 secara mandiri .
Mengamati setiap kegiatan siswa.
Meminta siswa untuk mendiskusikan masalah, dimana dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk menjawab pertanyaan yang ada pada LKS 1.1.
Membimbing siswa dalam setiap kelompok menyelesaikan masalah dalam LKS.
Memanggil salah satu nomor anggota untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.


Memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh hasil terbaik.
Mengarahkan siswa jawaban yang benar dan kesimpulan akhir dari seluruh pertanyaan. Segera membentuk kelompok dan mengingat nomor anggotanya masing-masing.

Berada ditempatnya masing-masing.
Memberikan perhatian pada penjelasan guru.


Secara mandiri mengerjakan LKS 1.1.
Secara aktif mengerjakan soal.
Saling mengeluarkan pendapat dan mampu menghargai pendapat teman.


Memberikan perhatian pada penjelasan guru.

Setiap anggota kelompok yang memiliki nomor yang sama dan dipanggil, mempresentasikan jawaban kelompoknya di depan kelas. Kelompok yang lain tepuk tangan.
Memperhatikan jawaban dan kesimpulan akhir dari seluruh pertanyaan.
C. Penutup (10 menit)
1.

2. Merangkum materi yang telah dibahas.

Memberikan PR. Merangkum materi yang telah dibahas.
Menyalin atau menandai soal PR yang diberikan.
Kendari, 01 Maret 2010
Guru Bidang Studi, Observer,



Ramla, S.Pd Ni Wayan Ariati
NIP. 131 752 341 A1B4 07 126
Mengetahui ;
Kepala SD Sindang Kasih


Tatat, S.Pd
NIP. 131 746 96
Lampiran 2.
HASIL OBSERVASI PROSES PENGAJARAN TERHADAP GURU DAN SISWA SELAMA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Siklus I: Pertemuan ..............................
Hari / tanggal observasi: ..........................

No. Aspek-aspek yang diobservasi
Ya Tidak Komentar
A. Kegiatan guru
1. Apakah guru memberi tahu siswa tentang model pembelajaran yang digunakan ?
2. Apakah guru memotivasi siswa untuk belajar ?
3. Apakah guru menyampaikan tujuan/indikator yang harus dicapai dalam proses pembelajaran?
4. Apakah guru memberi pemahaman dasar (apersepsi) kepada siswa sebelum memasuki materi pelajaran?
5. Apakah guru mengorganisasikan siswa dalam kelompok?
6. Apakah guru membagikan LKS dan buku paket untuk siswa?
7. Apakah guru memberikan materi pengantar cara kerja dalam LKS kepada siswa?
8. Apakah guru meminta siswa secara mandiri menyelesaikan masalah dalam LKS?
9. Apakah guru mengamati siswa bekerja dalam kelompoknya?
10. Apakah guru meminta siswa untuk mendiskusikan masalah?
11. Apakah guru membimbing siswa dalam setiap kelompok menyelesaikan masalah dalam LKS?
12. Apakah guru memanggil nomor anggota siswa dalam kelompok untuk menjawab atau mempresentasekan hasil kerja kelompoknya?
13. Apakah guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh hasil terbaik?
14. Apakah guru mengarahkan siswa kejawaban yang benar?
15. Apakah guru menyuruh siswa untuk membuat rangkuman?
16. Apakah guru memberikan PR kepada siswa?
B. Kegiatan Siswa
1. Apakah siswa memberikan perhatian pada penjelasan guru?
2. Apakah siswa selalu berada dalam kelompoknya?
3. Apakah siswa aktif dalam kelompoknya?
4. Apakah ada siswa yang merasa kaku berada dalam kelompoknya?
5. Apakah siswa berdiskusi dengan teman kelompoknya dalam menyelesaikan masalah dalam LKS?
6. Apakah siswa mengalami kesulitan menyelesaikan masalah dalam LKS?
7. Apakah siswa mengajukan pertanyaan kepada guru saat mengalami kesulitan menyelesaikan masalah dalam LKS?
8. Apakah siswa terlihat gelisah ketika nomor anggotanya terpanggil?
9. Apakah siswa mampu menjawab atau mempersentasekan hasil kerja kelompoknya di depan kelas?
10. Apakah siswa membuat rangkuman tentang materi yang dipelajari?
11. Apakah siswa selalu mengerjakan PR yang diberikan oleh guru?
Kendari, 1 Maret 2010
Observer



Ni Wayan Ariati
A1B4 07 126



















Lampiran 3.


Lembar Kerja Siswa 1.1
( Pertemuan ke- 1 Siklus I)

Nama : Tanggal :


Jawablah dengan tepat semua pertanyaan di bawah ini!

1. Tentukan hasil dari penjumlahan bilangan bulat berikut
a. 325 + 254 b. 4444 + 4345 c. 35434 + 66846

2. Tentukan hasil dari penjumlahan bilangan bulat berikut ini
a. 546 + ( - 233) b. 3878 + (- 3446) c. 7566 + (-7665)

3. Tentukan hasil dari penjumlahan bilangan bulat berikut ini
a. 5677 + ( - 6677) b. (- 3876) + 7000 c. (-3066) + 3466

4. Tentukan hasil dari penjumlahan bilangan bulat berikut ini
a. (- 2345) + (- 5666) b. (- 4556) +(- 3000¬) c. (-3066) + (-3346)


5. Seorang Ibu membeli sekarung beras dengan harga Rp. 350.000,- dan Minyak tanah sebanyak 5 liter dengan harga Rp. 4.500,-. Berapa rupiah yang harus dibayar oleh Ibu seluruhnya?

















1 komentar: