Cari Blog Ini

Kamis, 03 Juni 2010

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BU

BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini tidak terlepas dari peran matematika, karena hampir semua bidang keilmuan dan teknologi membutuhkan bantuan matematika. Matematika berupa perhitungan, analisa, dan konsep ilmiah serta sebagai alat bantu yang sangat penting bagi ilmu lain. Pengetahuan tentang matematika memberikan bahasa dan teori serta memberikan pengembangan berpikir analitis, logis, dan sistematis.


Matematika dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari karena salah satu aspek penting dalam matematika adalah belajar pemecahan masalah. Melalui belajar pemecahan masalah maka diharapkan dapat dibentuk proses berpikir secara analisis, logis dan deduktif.
Mengingat peran matematika yang sedemikian penting maka pada setiap jenjang pendidikan formal, siswa dituntut untuk dapat mempelajari dan menguasai matematika secara baik dan benar. Mempelajari matematika merupakan suatu bentuk belajar yang dilakukan dengan penuh konsentrasi dan terstruktur, pelaksanaannya membutuhkan suatu proses aktif individu untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru yang dapat menyebabkan perubahan sikap.
Pembelajaran matematika khususnya di sekolah dasar merupakan peletakan konsep dasar menuju tingkat selanjutnya. Olehnya itu, siswa diharapkan mampu dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat menciptakan suasana kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan dalam matematika. Bentuk kerja sama tersebut dalam hal menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakan secara tajam, mengidentifikasi, mengkaji serta mengembangkan ke arah yang lebih sempurna dalam mengelola informasi, yang terkait pula dengan keterlibatan guru dalam mengajar peserta didik. Seorang guru dituntut mampu menciptakan suasana belajar mengajar yang mampu memotivasi siswa agar senantiasa belajar dengan baik dan bersemangat. Hal terpenting lainnya yang harus dimiliki seorang guru sebagai pengajar adalah kemampuan dalam memiliki sekaligus menggunakan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran sungguh membawa pengaruh yang besar terhadap hasil usaha kita sebagai guru (Davies, 1987:228).
Perlu disadari bahwa pelajaran matematika pada umumnya kurang diminati oleh siswa. Hal ini disebabkan oleh penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat. Banyak di antara guru yang telah mencoba model pembelajaran yang mereka inginkan, namun karena kurang memahami dan menghayati apa yang dilakukan, maka mereka sering tergelincir ke model pembelajaran tradisional, (Pannen, 1999:271).
Menurut Ismail (2002:4) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Lebih lanjut Hadi (2000:29) bahwa belajar secara kelompok akan lebih bermakna daripada belajar secara individu, sebab pada belajar kelompok, siswa dapat berkomunikasi dengan siswa yang lain.
Model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa pendekatan antara lain Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Insvestigasi kelompok, dan Pendekatan Struktural. Ibrahim (2000:20) membagi pendekatan struktural dalam dua tipe yaitu tipe Think-Pair-Share (berpikir-berpasangan-berbagi) dan Numbered Heads Together (penomoran, berpikir bersama). Meskipun memiliki beberapa kesamaan dengan model pembelajaran lain, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together lebih menekankan kepada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Think-Pair-Share dan Numbered Heads Together adalah struktur yang dapat digunakan untuk meningkatkan penguasaan akademik siswa demikian yang dikatakan oleh (Nurhadi, 2003:65). Kagen dalam Ibrahim (2000:28) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang mencakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Bilangan bulat merupakan salah satu materi yang diajarkan di kelas IV pada semester dua. Indikator yang ingin dicapai adalah siswa dituntut harus mampu menguasai materi bilangan bulat yaitu menggunakan sifat-sifat bilangan bulat, menentukan hasil operasi hitung bilangan bulat serta mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian halnya yang terjadi di SDN Sindang Kasih. Berdasarkan data dari guru kelas IV terungkap bahwa hasil belajar matematika siswa kelas IV masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata semester dua yang diperoleh dua tahun terakhir dengan nilai rata-rata 55 (Tahun Ajaran 2007/2008) dan 58 (Tahun Ajaran 2008/2009) yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan di sekolah yaitu minimal skor 65. Kemudian guru mata pelajaran tersebut mengatakan bahwa selama ini siswa diajar dengan model pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang masih didominasi oleh guru dalam memecahkan masalah dengan lebih menekankan pada pemberian soal-soal latihan. Selain itu pula guru mengatakan bahwa selama bertahun-tahun menjadi guru dan mengajarkan matematika, para siswa umumnya banyak mengalami kesulitan memahami operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat khususnya untuk bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif, dan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif serta bulat negatif dengan bilangan bulat negatif. Kesulitan tersebut terdapat pada sebagian kelas IV dan V. Sebaliknya, untuk operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat posistif, para siswa sudah terbiasa dan memiliki dasar yang cukup kuat, karena sudah mereka pelajari sejak kelas I SD.
Berkaitan dengan masalah di atas penulis ingin melakukan tindakan aksi yang bisa mempermudah siswa untuk memahami operasi hitung bilangan bulat terkhusus penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat: positif dengan negatif, negatif dengan positif dan negatif dengan negatif tersebut diterapkan dalam sebuah model pembelajaran yang dapat mengurangi kesulitan siswa.
Berdasarkan uraian di atas penulis bersama guru akan berkolaborasi untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Koopertif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Materi Bilangan bulat Kelas IV SDN Sindang Kasih Tahun Ajaran 2009/ 2010 ”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: ”Apakah hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN Sindang Kasih pada materi Bilangan bulat, dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)”?
C. TUJUAN PENILITIAN
Sejalan dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN Sindang Kasih pada materi bilangan bulat melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads together (NHT).
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Bagi guru, dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
(2) Bagi siswa, dapat membantu sekaligus mempermudah siswa dalam belajar matematika khususnya materi Bilangan bulat.
(3) Bagi sekolah, sebagai masukan yang baik pada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran matematika.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. PEMBELAJARAN MATEMATIKA
a. Pengertian Belajar
Belajar menurut Hamalik (2008:27-28) adalah modifikasi atau memperteguh tindakan melalui pengalaman, suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Lebih lanjut belajar menurut Nasution (1995:34) adalah penambahan pengetahuan dan sebagai perubahan kelakuan bakat, pengalaman dan latihan. Sedangkan dari sisi psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 2003:2).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat dirumuskan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan serta modifikasi atau memperteguh kelakukan melalui pengalaman.
b. Pengertian Mengajar
Mengajar menurut Hamalik (2008:44-50) adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau murid di sekolah, mewariskan kebudayaan pada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah, usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa, memberikan bimbingan belajar kepada murid, kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik dengan tuntunan masyarakat, serta suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. Sedangkan menurut Nasution (1995:4) mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak, menyampaikan kebudayaan pada anak, serta suatu aktivitas organisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.
Pendapat lain dikemukakan oleh Sudjana (2000:37) bahwa mengajar yaitu sebagai alat yang direncanakan melalui pengaturan dan penyediaan kondisi yang memungkinkan siswa melakukan berbagai kegiatan belajar seoptimal mungkin.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar yang optimal.
c. Pembelajaran Matematika
Berdasarkan pengertian belajar dan mengajar di atas, dapat dikatakan bahwa kegiatan belajar mengajar tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar merupakan proses perubahan sedangkan mengajar merupakan proses pengaturan agar perubahan itu terjadi. Hamalik (2008:57) mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran merupakan upaya mengorganisasi lingkungan untuk mencapai kondisi belajar bagi peserta didik. Hal ini sejalan dengan pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang bertujuan menghasilkan perubahan tingkah laku manusia. Pembelajaran untuk mata pelajaran matematika harus memperhatikan karakteristik matematika. Sumarmo (2002:2) mengemukakan beberapa karakteristik matematika yaitu: materi matematika menekankan penalaran yang bersifat hirarkis dan terstruktur serta dalam mempelajari matematika dibutuhkan kekuatan, keuletan, serta rasa cinta terhadap matematika. Karena materi matematika bersifat hirarkis dan terstruktur maka dalam pelajaran matematika tidak boleh terputus-putus dan urutan materi harus diperhatikan, artinya perlu mendahulukan belajar tentang konsep yang mempunyai daya bantu terhadap konsep matematika yang lain dan menciptakan perubahan pola piker serta tingkah laku peserta didik.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk mencapai kondisi belajar bagi peserta didik, sehingga pola pikir peserta didik dapat mengalami perubahan.
2. HASIL BELAJAR
Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru (Situnggang, 2003:600).
Hasil belajar berasal dari kata hasil dan belajar. Hasil berarti prestasi yang telah dicapai (Depdikbud, 1995:787). Sedangkan pengertian belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (Depdikbud, 1995:14). Jadi Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru (nhowitzer.Multiply.com).
Setiap usaha yang dilakukan manusia sesuai dengan hati nuraninya dan waras selalu mempunyai arah atau tujuan, demikian halnya bila yang dilakukan oleh siswa dalam belajar untuk mencapai hasil yang maksimal. Hasil belajar dalam kelas dapat diterapkan ke dalam situasi di luar sekolah. Dengan kata lain siswa dapat dikatakan berhasil belajar apabila dia dapat mentransferkan hasil belajarnya ke dalam situasi-situasi yang sesungguhnya dalam masyarakat (Rusyan,1994:25).
Gagne dalam Suprayekti (2003:5) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi 5 kategori yaitu (1) Informasi verbal, merupakan kemampuan menyimpan informasi dalam ingatan; (2) Kemahiran intelektual, berupa kemampuan memecahkan masalah melalui konsep dan kaidah yang dimiliki; (3) Strategi kognitif, merupakan kemampuan untuk mengatur dan mengontrol proses berfikir dalam dirinya sendiri; (4) Sikap, merupakan suatu kondisi mental yang mempengaruhi pemilihan perilakunya; dan (5) Keterampilan motorik, berhubungan dengan melakukan gerakan tubuh dengan teratur, luwes, lancar, dan tepat.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh dari interaksi siswa dengan lingkungannya yang sengaja direncanakan guru dalam mengajar. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap. Bila dikaitkan dengan matematika, maka hasil belajar matematika merupakan suatu hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mempelajari matematika dalam kurun waktu tertentu, yang diukur dengan menggunakan alat evaluasi tertentu (tes).


3. PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya: (1) saling ketergantungan positif; (2) interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas individual; (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja dianjurkan (Abdurrahman & Bintoro, dalam Nurhadi, 2003:60).
Pembelajaran kooperatif menurut Johnson dalam Ismail (2002:12), adalah model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai suatu pembelajaran. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan siswa.
Menurut Nur (2000), prinsip dalam pembelajaran kooperatif adalah:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif menurut Hartadji (2001:34) antara lain: (1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai; (2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah; (3) Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, suku, dan budaya yang berbeda; (4) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada masing-masing individu.
Terdapat enam langkah dalam model pembelajaran kooperatif:
Langkah Indikator Tingkah Laku Guru

Langkah 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa
Langkah 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa
Langkah 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru menginformasikan pengelompokan siswa.
Langkah 4 Membimbing kelompok belajar. Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok-kelompok belajar.
Langkah 5 Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Langkah 6 Memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.
(www.ppp pembelajaran kooperatif.co.id:3)
4. PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together merupakan salah satu model pembelajaran yang memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperatif dari pada penghargaan individual. Model pembelajaran ini dikembangkan pertama kalinya oleh Kagen dengan melihat para siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut (Ibrahim, 2000:28).
Nurhadi (2003:66) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran kooperetif tipe NHT sebagai pengganti pertanyaan kepada seluruh kelas, sebagai berikut:
1. Penomoran (Numbering); guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 orang dan memberi nomor sehingga siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor yang berbeda. Pemberian nomor pada siswa dalam suatu kelompok, disesuaikan dengan banyaknya anggota kelompok.
2. Pengajuan pertanyaan (Questioning ); guru mengajukan suatu pertanyaan pada siswa pertanyaan dapat bervariasi, dari yang spesifik hingga yang bersifat umum.
3. Berpikir bersama (Heads Together); siswa berfikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap anggota dalam timnya telah mengetahui jawaban tersebut.
4. Pemberian Jawaban (Answering); guru memanggil satu nomor tertentu kemudian siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.
Hubungan antara langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dapat dilihat pada penjelasan berikut:
Fase 1, menyampaikan model dan tujuan pembelajaran. Sebelum memulai pelajaran, guru terlebih dahulu menyampaikan model dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Fase 2, memotivasi siswa, kemudian memberikan motivasi kepada siswa.
Fase 3, mengecek pemahaman dasar, di mana guru mengadakan sebuah tanya jawab.
Fase 4, mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar. Langkah 1 dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT masuk dalam fase ini di mana guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 3 – 5 orang siswa yang heterogen lalu memberi nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor yang berbeda dan membagikan buku paket dan LKS.
Fase 5, memberikan materi pengantar di mana guru memberikan gambaran secara umum dari materi yang akan dipelajari, selebihnya sisa dipersilahkan untuk memanfaatkan bahan bacaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Fase 6, meminta siswa untuk menyelesaikan LKS secara mandiri serta mengamati setiap kegiatan siswa. Setelah guru mempersilahkan membaca buku paket dan LKS kemudian memerintahkan untuk menyelesaikannya dan mengamati proses pembelajaran.
Fase 7, setelah guru mengajukan pertanyaan kepada siswa (Langkah 2) kemudian siswa berfikir bersama untuk menyelesaikan pertanyaan yang ada ( Langkah 3), guru mengawasi setiap kegiatan belajar siswa. Sesekali guru membimbing siswa yang menemui kesulitan.
Fase 8, evaluasi, langkah 4 dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT dilaksanakan pada fase ini sesudah semua soal terjawab. Kemudian guru mengumpulkan lembar jawaban siswa. Siswa dengan nomor yang sama dan terpanggil, mempersentasekan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Evaluasi tidak hanya dilakukan disetiap kali pertemuan, tetapi disetiap akhir siklus tindakan siswa juga harus bertanggung jawab secara individu terhadap hasil belajarnya.
Fase 9, kembali ke kelompoknya masing-masing, setelah seluruh jawaban telah benar atau tuntas maka guru memastikan siswa untuk menyimpulkan akhir dari seluruh pertanyaan sehingga diperoleh rangkuman materi yang telah dibahas.
Fase 10, memberikan penghargaan, guru memberikan penghargaan terhadap hasil belajar siswa penghargaan berupa pujian atau tepuk tangan yang berlangsung spontan di dalam kelas, dan ada pula yang bersifat tertulis seperti pengumuman mingguan.
5. BILANGAN BULAT
Dahrim, (1997:449) mengatakan, bilangan bulat adalah merupakan gabungan bilangan asli dengan bilangan negatifnya serta bilangan nol. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa bilangan bulat terdiri dari himpunan bulangan asli N = {1, 2, 3, 4, 5, … } yang biasa jug adisebut dengan bilangan bulat positif, bilangan-bilangan negatif, dan bilangan nol yang bukan merupakan bilangan positif atau negatif. Himpunan bilangan bulat disimbolkan dengan Z (Zahlen) yaitu suatu himpunan bilangan yang dapat dituliskan sebagai berikut :
Z = { … , -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, … }
Bilangan bulat positif terletak di sebelah kanan angka nol beranggotakan : 1, 2, 3, 4, … , sedang bilangan bulat negatif terletak di sebelah kiri angka nol dan beranggotakan : …, -4, -3, -2, -1.
Operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat merupakan operasi hitung dalam bilangan bulat. Operasi penjumlahan dan pengurangan dalam bilangan bulat sering disebut sebagai penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat saja.
Operasi penjumlahan bilangan bulat mencakup :
1. Penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif.
2. Penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif.
3. Penjumlahan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif.
4. Penjumlahan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif.
Di dalam penjumlahan bilangan bulat terdapat sifat-sifat :
1) Sifat komutatif : a + b = b + a
Menurut sifat ini, hasil penjumlahan dua bilangan bulat selalu memperoleh hasil yang sama walaupun kedua bilangan tersebut dipertukarkan tempatnya.
2) Sifat asosiatif (pengelompokkan) .
(a + b) + c = a + (b + c)
3) Unsur identitas : a + 0 = 0 + a = a.
0 disebut unsur identitas (netral) pada penjumlahan. Menurut sifat ini, jika suatu bilangan bulat ditambah dengan nol atau nol ditambah dengan suatu bilangan bulat, maka hasilnya adalah bilangan bula itu sendiri.
4) Invers jumlah atau lawan dari suatu bilangan.
a + (-a) = (-a) + a = 0
Menurut sifat ini, jika suatu bilangan bulat ditambah dengan invers atau lawan dari bilangan tersebut akan menghasilkan nol.
5) Sifat tertutup pada penjumlahan.
a + b = c
Menurut sifat ini, penjumlahan bilangan bulat akan menghasilkan bilangan bulat juga.
Operasi Pengurangan bilangan bulat mencakup :
a. Pengurangan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif.
b. Pengurangan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif.
c. Pengurangan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif.
d. Pengurangan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif
6. PENELITIAN YANG RELEVAN
Muh. Hajarul Aswad. A. (2005:32) mengatakan bahwa pemahaman belajar siswa kelas I2 SMP Negeri 3 Kendari pada materi bilangan bulat dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Syamsidar (2004:48), mengatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), kemampuan siswa kelas I3 SMP Negeri 1 Raha dalam memahami konsep operasi hitung pada bilangan bulat, dapat ditingkatkan.
7. KERANGKA PEMIKIRAN
Secara umum, hasil belajar metematika siswa dan penguasaan siswa terhadap konsep-konsep matematika masih berada dalam kategori atau tataran rendah. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan penguasaan siswa terhadap konsep dasar matematika guru diharapkan mampu berkreasi dengan menerapkan model ataupun pendekatan dalam pembelajaran matematika yang cocok dengan karakteristik materi yang akan diajarkan.
Salah satu model pembelajaran yang memberi rangsangan pemikiran siswa ke dalam suasana aksi dan melibatkan siswa secara aktif adalah melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini lebih menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dengan dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik. Dengan model ini, siswa tidak hanya mudah menguasai konsep dan materi pelajaran namun juga siswa dapat lebih aktif dalam kelas. Pendekatan ini pula suasana belajar dan interaksi yang santai antara siswa dengan guru maupun antar siswa membuat proses berpikir siswa lebih optimal dan siswa mengkontruksi sendiri ilmu yang dipelajarinya menjadi pengetahuan yang akan bermakna dan tersimpan dalam ingatannya untuk periode waktu yang lama. Dengan meningkatnya hasil belajar maka model pembelajaran ini dapat dikatakan efektif. Dengan kata lain proses belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih efektif dari pada pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
8. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah ”Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT Hasil belajar Matematika siswa kelas IV SDN Sindang Kasih dapat ditingkatkan”



BAB III
METODE PENELITIAN

1. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini akan merupakan penelitian tindakan kelas yang mempunyai karakteristik yang khas, yaitu adanya tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas (Supardi, 2008:109).
2. SETTING PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas IV SDN Sindang Kasih pada semester genap tahun 2009/2010. Dengan jumlah siswa 39 orang.
3. FAKTOR YANG AKAN DISELIDIKI
Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan, ada beberapa faktor yang ingin diselidiki. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor Siswa, yaitu melihat kemampuan siswa dalam mempelajari matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT, khususnya saat mempelajari materi Bilangan bulat.
b. Faktor Guru, yaitu melihat bagaimana materi pelajaran dipersiapkan serta bagaimana teknik yang digunakan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT di dalam kelas.
4. RENCANA TINDAKAN
Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari dua siklus, dengan tiap siklus akan dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai pada faktor-faktor yang diselidiki. Dari hasil observasi awal berupa wawancara langsung dengan guru bidang studi matematika, disepakati bahwa tindakan yang akan dipergunakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada materi yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Adapun pelaksanaan tindakan tersebut mengikuti prosedur tindakan kelas yaitu:
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan tindakan
c. Observasi dan evaluasi
d. Refleksi
Secara rinci prosedur penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
a. Perencanaan: kegiatan yang dilakukan;
1. Membuat rencana perbaikan pembelajaran
2. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
3. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang diperlukan seperti buku paket, dan LKS yang diperlukan dalam membuat siswa memahami materi pelajaran yang akan diajarkan.
4. Membuat alat evaluasi untuk melihat apakah Hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang digunakan dapat ditingkatkan.
5. Pembuatan jurnal sebagai hasil refleksi diri.
b. Pelaksanaan tindakan: kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana perbaikan pembelajaran yang telah dibuat.
c. Observasi/evaluasi: pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan serta melakukan evaluasi.
d. Refleksi: pada tahap ini, hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan dan dianalisis. Kemudian dari hasil tersebut akan dilihat apakah memenuhi target yang diterapkan pada indikator kinerja, jika belum maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus berikutnya dan kelemahan-kelemahan/kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus diperbaiki pada siklus berikutnya.
5. DATA DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Data
a. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT oleh guru Matematika kelas IV SDN SINDANG KASIH baik dari segi pengajaran, pelaksanaan dan teknik evaluasi, sedangkan data kuantitatif adalah tes hasil belajar.
b. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran matematika yang telah menerapkan model pembelajaran ini dan siswa kelas IV SDN Sindang Kasih tahun pelajaran 2009/2010.


2. Teknik Pengumpulan Data
a. Data mengenai kondisi pelaksanaan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe NHT diperoleh dengan menggunakan lembar observasi.
b. Data mengenai refleksi diri diambil dengan menggunakan jurnal.
c. Data mengenai Hasil belajar matematika siswa dilaksanakan setelah diterapkan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan tes hasil belajar.
6. INDIKATOR KINERJA
Sebagai indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah minimal 80% siswa telah memperoleh nilai ≥ 60 yang berarti dikatakan telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Sedangkan dalam proses pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu minimal 85% dari Rencana Perbaikan Pembelajaran yang dibuat dapat dilaksanakan.


7. RANCANGAN MODEL PENELITIAN TINDAKAN KELAS



(Anonim, 1999:27)
Rancangan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di atas merupakan gambaran secara umum. Dalam penelitian ini pelaksanaan tindakan direncanakan dalam dua siklus.






DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Proyek PGSM Dikti: Jakarta.
Davies,ivor K. 1987.Pengelolaan Belajar. Jakarta: CV Rajawali.
Hadi, Samsul. 2000. Jurnal Gentengkali Edisi 2 Tahun III ( Permainan Kartu Empat Belajar Matematika Sambil Bermain): Surabaya.

Hamalik, Oemar.2008.Proses Belajar Mengajar. Sinar Grafika: Jakarta

Ibrahim,Muslim,dkk. 2000. Pembalajaran Kooperatif. . University Press UNESA: Surabaya.

Ismail.2002. Model-model Pembalajaran. . Depdiknas: Jakarta.
Imron,Ali.1996.Belajar dan Pembelajaran.Pustaka Jaya: Jakarta.
Malang Lie,Anita.2002.Cooperative Learning. Grasindo: Jakarta
Nasution,S.1995.Didakti Asas-Asas Mengajar.Bumi Aksara: Jakarta.
Nur, Mohammad,dkk. 2001. Pembelajaran Kooperatif untuk Kelas IPA. UNESA: Surabaya.

Nurhadi dkk.2003.Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.UN Malang: Malang.

Pannen,Paulina . 1999. Cakrawala Pendidikan .Universitas Terbuka: Jakarta.
Rusyan,Tabrani,dkk.1994. Pendidikan Dalam Proses Belajar Mengajar. remaja Karya: Bandung.

Situnggang,cormetyna dkk.2003.Kamus Belajar. Remaja Rosdakarya: Jakarta.
Slameto,1995. Belajar dan Faktor –Faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta: Jakarta

Sudjana,N. 2002. Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algensindo: Bandung.

Sumarmo, Utari.2002. Alternatif Pembelajaran Matematika Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. FMIPA – UPI: Bandung.

Supardi . 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Sinar Grafida:Jakarta.







Lampiran 1.
RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : Sekolah Dasar (SD)
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV/ II
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Siklus/Pertemuan : 1/1
A. Standar Kompetensi
Mengenal bilangan Bilangan bulat dan menyelesaikan operasinya.
B. Kompetensi Dasar
Siswa menunjukan kemampuan mengenal bilangan Bilangan bulat dan menyelesaikan operasinya.
C. Indikator
Mengenali bilangan Bilangan bulat dan menyelesaikan operasinya.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan pembelajaran berakhir, siswa diharapkan dapat:
1. Menyelesaikan operasi penjumlahan bilangan bulat.
2. Menyelesaikan operasi penjumlahan bilangan bulat dan mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari.



E. Tujuan Perbaikan
Dengan mengunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT diharapkan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat meningkat.
F. Sumber Belajar
1. Buku paket Matematika untuk SD kelas IV.
2. LKS 1.1.
G. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model Pembelajaran : Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT.
2. Metode Pembelajaran : Metode ceramah, Tanya jawab, diskusi dan pemberian tugas.
H. Kegiatan Pembelajaran
No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
A. Pendahuluan (10 menit)
1.

2.
3.


4.
Menyampaikan model pembelajaran yang akan digunakan.
Memotivasi siswa untuk belajar.
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Mengecek pemahaman dasar (apersepsi) siswa terhadap Bilangan bulat dengan metode Tanya jawab. Memberikan perhatian pada penjelasan guru.
Sda.
Menyimak dan mengetahui tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Mampu memberikan gambaran tentang Bilangan bulat.
B. Kegiatan Inti (50 menit)
1.



2.

3.



4.

5.
6.




7.


8.




9.

10.

Membagi siswa dalam beberapa kelompok yang heterogen yang beranggotakan 5 orang. Kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 – 5.
Membagikan LKS dan buku paket.

Memberikan materi pengantar tentang bilangan bulat sebagai informasi tambahan, siswa bisa membaca langsung buku paket yang telah disediakan.
Meminta siswa untuk menyelesaikan LKS 1.1 secara mandiri .
Mengamati setiap kegiatan siswa.
Meminta siswa untuk mendiskusikan masalah, dimana dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk menjawab pertanyaan yang ada pada LKS 1.1.
Membimbing siswa dalam setiap kelompok menyelesaikan masalah dalam LKS.
Memanggil salah satu nomor anggota untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.


Memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh hasil terbaik.
Mengarahkan siswa jawaban yang benar dan kesimpulan akhir dari seluruh pertanyaan. Segera membentuk kelompok dan mengingat nomor anggotanya masing-masing.

Berada ditempatnya masing-masing.
Memberikan perhatian pada penjelasan guru.


Secara mandiri mengerjakan LKS 1.1.
Secara aktif mengerjakan soal.
Saling mengeluarkan pendapat dan mampu menghargai pendapat teman.


Memberikan perhatian pada penjelasan guru.

Setiap anggota kelompok yang memiliki nomor yang sama dan dipanggil, mempresentasikan jawaban kelompoknya di depan kelas. Kelompok yang lain tepuk tangan.
Memperhatikan jawaban dan kesimpulan akhir dari seluruh pertanyaan.
C. Penutup (10 menit)
1.

2. Merangkum materi yang telah dibahas.

Memberikan PR. Merangkum materi yang telah dibahas.
Menyalin atau menandai soal PR yang diberikan.
Kendari, 01 Maret 2010
Guru Bidang Studi, Observer,



Ramla, S.Pd Ni Wayan Ariati
NIP. 131 752 341 A1B4 07 126
Mengetahui ;
Kepala SD Sindang Kasih


Tatat, S.Pd
NIP. 131 746 96
Lampiran 2.
HASIL OBSERVASI PROSES PENGAJARAN TERHADAP GURU DAN SISWA SELAMA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Siklus I: Pertemuan ..............................
Hari / tanggal observasi: ..........................

No. Aspek-aspek yang diobservasi
Ya Tidak Komentar
A. Kegiatan guru
1. Apakah guru memberi tahu siswa tentang model pembelajaran yang digunakan ?
2. Apakah guru memotivasi siswa untuk belajar ?
3. Apakah guru menyampaikan tujuan/indikator yang harus dicapai dalam proses pembelajaran?
4. Apakah guru memberi pemahaman dasar (apersepsi) kepada siswa sebelum memasuki materi pelajaran?
5. Apakah guru mengorganisasikan siswa dalam kelompok?
6. Apakah guru membagikan LKS dan buku paket untuk siswa?
7. Apakah guru memberikan materi pengantar cara kerja dalam LKS kepada siswa?
8. Apakah guru meminta siswa secara mandiri menyelesaikan masalah dalam LKS?
9. Apakah guru mengamati siswa bekerja dalam kelompoknya?
10. Apakah guru meminta siswa untuk mendiskusikan masalah?
11. Apakah guru membimbing siswa dalam setiap kelompok menyelesaikan masalah dalam LKS?
12. Apakah guru memanggil nomor anggota siswa dalam kelompok untuk menjawab atau mempresentasekan hasil kerja kelompoknya?
13. Apakah guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh hasil terbaik?
14. Apakah guru mengarahkan siswa kejawaban yang benar?
15. Apakah guru menyuruh siswa untuk membuat rangkuman?
16. Apakah guru memberikan PR kepada siswa?
B. Kegiatan Siswa
1. Apakah siswa memberikan perhatian pada penjelasan guru?
2. Apakah siswa selalu berada dalam kelompoknya?
3. Apakah siswa aktif dalam kelompoknya?
4. Apakah ada siswa yang merasa kaku berada dalam kelompoknya?
5. Apakah siswa berdiskusi dengan teman kelompoknya dalam menyelesaikan masalah dalam LKS?
6. Apakah siswa mengalami kesulitan menyelesaikan masalah dalam LKS?
7. Apakah siswa mengajukan pertanyaan kepada guru saat mengalami kesulitan menyelesaikan masalah dalam LKS?
8. Apakah siswa terlihat gelisah ketika nomor anggotanya terpanggil?
9. Apakah siswa mampu menjawab atau mempersentasekan hasil kerja kelompoknya di depan kelas?
10. Apakah siswa membuat rangkuman tentang materi yang dipelajari?
11. Apakah siswa selalu mengerjakan PR yang diberikan oleh guru?
Kendari, 1 Maret 2010
Observer



Ni Wayan Ariati
A1B4 07 126



















Lampiran 3.


Lembar Kerja Siswa 1.1
( Pertemuan ke- 1 Siklus I)

Nama : Tanggal :


Jawablah dengan tepat semua pertanyaan di bawah ini!

1. Tentukan hasil dari penjumlahan bilangan bulat berikut
a. 325 + 254 b. 4444 + 4345 c. 35434 + 66846

2. Tentukan hasil dari penjumlahan bilangan bulat berikut ini
a. 546 + ( - 233) b. 3878 + (- 3446) c. 7566 + (-7665)

3. Tentukan hasil dari penjumlahan bilangan bulat berikut ini
a. 5677 + ( - 6677) b. (- 3876) + 7000 c. (-3066) + 3466

4. Tentukan hasil dari penjumlahan bilangan bulat berikut ini
a. (- 2345) + (- 5666) b. (- 4556) +(- 3000¬) c. (-3066) + (-3346)


5. Seorang Ibu membeli sekarung beras dengan harga Rp. 350.000,- dan Minyak tanah sebanyak 5 liter dengan harga Rp. 4.500,-. Berapa rupiah yang harus dibayar oleh Ibu seluruhnya?

















Selengkapnya...

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK MELALUI PEMBELAJARAN SIBERNETIK TEORI-PRAKTEK (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X-1 S

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan mata pelajaran yang mempunyai peranan penting baik penerapannya dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain. Akan tetapi, pada kenyataannya banyak siswa yang masih beranggapan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit, menakutkan dan membosankan karena sifatnya yang abstrak. Hal ini dapat mengakibatkan siswa menjadi malas dan kurang berminat mempelajari matematika. Keadaan tersebut akan berimplikasi pada rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa dan selanjutnya dapat mengakibatkan kurangnya kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan konsep-konsep matematika yang telah dipelajari.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan mata pelajaran yang mempunyai peranan penting baik penerapannya dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain. Akan tetapi, pada kenyataannya banyak siswa yang masih beranggapan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit, menakutkan dan membosankan karena sifatnya yang abstrak. Hal ini dapat mengakibatkan siswa menjadi malas dan kurang berminat mempelajari matematika. Keadaan tersebut akan berimplikasi pada rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa dan selanjutnya dapat mengakibatkan kurangnya kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan konsep-konsep matematika yang telah dipelajari.
Mengingat hal tersebut, maka dalam melaksanakan pembelajaran di kelas, sudah seyogyanya guru matematika menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan bagi siswa serta menghindari pembelajaran yang terpusat pada guru. Misalnya melalui penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi dan tentunya tetap memperhatikan kecocokan metode yang akan digunakan dengan materi pembelajaran yang akan dibahas. Selain itu, dalam pembelajaran matematika, siswa tidak cukup hanya dibekali dengan keterampilan manipulatif dan berhitung saja, tetapi guru seharusnya mengupayakan agar siswa mampu secara aktif dan mandiri untuk menemukan, menelaah, memahami dan mengkonstruksi konsep-konsep matematika, sehingga akan dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa dan kemudian akan berimplikasi pada kemampuan siswa untuk berpikir secara kritis dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika yang bersifat konseptual.
Menanggapi keresahan guru matematika kelas X di SMA Negeri 4 Kendari yang diungkapkan kepada peneliti tentang kurangnya partisipasi aktif sebagian besar siswa dalam proses pembelajaran serta kurangnya kemampuan siswa untuk secara mandiri dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika yang membutuhkan kemampuan analisis, maka pada tanggal 23 Juni 2009 peneliti melakukan wawancara dengan guru yang bersangkutan dengan tujuan untuk mengetahui hal-hal apa yang mungkin menyebabkan munculnya permasalahan tersebut. Melalui wawancara tersebut, guru mengungkapkan kembali tentang pasifnya siswa dalam pembelajaran dan kurangnya kemampuan siswa dalam menganalisis masalah-masalah matematika. Selain itu, secara umum siswa lebih memilih untuk bertanya kepada temannya dibandingkan dengan bertanya kepada guru. Guru juga mengungkapkan bahwa siswa sangat tergantung dan terpaku dengan apa yang telah diberikan oleh guru. Siswa tidak mampu menelaah sendiri konsep matematika yang diberikan oleh guru serta belum mampu menerapkannya dalam menyelesaikan masalah matematika yang bersifat konseptual. Terkait dengan materi pembelajaran, guru yang bersangkutan mengemukakan bahwa salah satu materi pembelajaran yang sulit dipahami oleh siswa adalah Fungsi Kuadrat.
Melalui wawancara tersebut diketahui pula bahwa dalam pembelajaran matematika, guru masih menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas serta. Selain itu, penekanan pembelajaran guru masih didominasi oleh keterampilan manipulatif dan sistem evaluasinya juga masih menekankan pada keterampilan berhitung saja. Buku referensi matematika yang berbasis komputasi belum ada sehingga guru dalam mengajarnya tidak pernah menvisualisasikan konsep matematika yang diajarkan kepada siswa.
Guru mengungkapkan bahwa pada materi-materi pembelajaran yang sifatnya abstrak, metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas masih digunakan dalam pembelajaran matematika di SMA Negeri 4 Kendari khususnya kelas X, karena melalui metode-metode pembelajaran tersebut guru dapat dengan mudah menanamkan konsep matematika kepada siswa dan waktu pembelajaran sangat efisien sehingga target yang ditetapkan juga tercapai dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara di atas, diduga bahwa metode pembelajaran yang digunakan oleh guru menjadi salah satu penyebab kurangnya partisipasi sebagian besar siswa dalam pembelajaran serta kurangnya kemampuan siswa untuk mandiri dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika khususnya yang membutuhkan kemampuan analisis, karena memang melalui metode-metode pembelajaran seperti ini, siswa kurang dikondisikan untuk mandiri dan secara aktif dalam mengolah dan memahami materi yang dipelajari.
Hasil wawancara di atas juga mengungkapkan bahwa siswa kurang mampu menganalisis masalah-masalah matematika sehingga diduga pula bahwa kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah, karena jika kemampuan berpikir kritis siswa cukup memadai, maka akan mempermudah mereka dalam menganalisis dan menyelesaikan masalah-masalah matematika yang diperolehnya. Asumsi ini didukung oleh definisi berpikir kritis yang diungkapkan oleh Wijaya (2003: 81) bahwa berpikir kritis adalah suatu kegiatan atau suatu proses menganalisis ide atau gagasan, selain itu, Johnson dalam Siswono (2009) juga mengungkapkan bahwa berpikir kritis adalah mengorganisasikan proses yang digunakan dalam aktifitas mental seperti pemecahan masalah, pengambilan keputusan, meyakinkan, menganalisis asumsi dan penemuan ilmiah.
Dugaan akan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa tersebut di atas, didukung oleh hasil tes pra-penelitian yang dilaksanakan di Kelas X-1 SMA Negeri 4 Kendari pada tanggal 17 Juli 2009 dan mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematik siswa-siswa di kelas tersebut masih rendah, khususnya pada materi pembelajaran fungsi linear. Sebagai contoh, sebagian besar siswa masih salah dalam menafsirkan bagaimana suatu relasi dapat dikategorikan sebagai fungsi.
Untuk mengatasi keresahan guru tersebut dan mencegah agar permasalahan yang dihadapi terus berlanjut, serta mengingat bahwa pembelajaran matematika di depan kelas tidak cukup membekali siswa dengan keterampilan berhitung saja, melainkan memerlukan adanya upaya nyata yang dilakukan secara intensif untuk menumbuhkan kemampuan siswa untuk mengkonstruksi konsep matematik melalui kegiatan mengeksplorasi konsep-konsep matematik, maka peneliti dan guru sepakat untuk berkolaborasi dalam merancang bahan pembelajaran matematika berbasis komputasi dan melaksanakan suatu kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematik siswa, yaitu dengan menerapkan pembelajaran sibernetik teori-praktek dan menggunakan software matematika derive 6.0 sebagai media pembelajaran.
Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek diyakini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, karena pembelajaran ini memadukan suatu keterampilan dengan praktek, umpan balik dan latihan sampai dikuasainya keterampilan tersebut. Selain itu, dalam pelaksanaannya pembelajaran ini siswa dikondisikan untuk mandiri dalam menemukan dan memahami konsep-konsep matematika melalui memproses informasi yang diterimanya. Dalam pemrosesan informasi tersebut, siswa diarahkan untuk berpikir dan mengolah sendiri informasi melalui praktek, serta melalui diskusi kelompok dan latihan dengan menggunakan software pembelajaran Derive 6.0 sebagai alat bantu.
Pemanfaatan software matematika Derive 6.0. dapat membantu guru dalam menciptakan pembelajaran yang menarik karena melalui software guru dapat menyajikan materi pembelajaran secara visual sehingga siswa dapat mengeksplorasi konsep-konsep matematika dengan mudah. Akan tetapi pemanfaatan software dalam proses pembelajaran membutuhkan kemampuan profesional seorang guru dalam memilih materi, bahan ajar yang berkualitas, serta metodologi pengajaran yang tepat, agar tercipta siswa-siswa yang terampil, teliti, kritis, dan kreatif. Untuk itu, fasilitas komputer yang menggunakan software computer algebra system (derive 6.0) diharapkan dapat membantu para pengembang pembelajaran dan guru untuk mengemas dan menyajikan materi pelajaran matematika secara visual sehingga sajian materi lebih berkualitas dan bervariatif.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian yang berbentuk penelitian tindakan kelas dengan judul “ Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Melalui Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 4 Kendari)”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah kemampuan berpikir kritis matematik siswa kelas X-1 SMA Negeri 4 Kendari pada materi pembelajaran fungsi kuadrat dapat ditingkatakan melalui Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek?”.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematik siswa kelas X-1 SMA Negeri 4 Kendari pada materi pembelajaran fungsi kuadrat melalui Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa: Dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematik siswa, khususnya dalam pembelajaran matematika pada materi pefmbelajaran fungsi kuadrat.
2. Bagi guru: Dapat memperbaiki atau meningktkan mutu pembelajaran matematika di kelas, khususnya pada materi pembelajaran fungsi kuadrat.
3. Bagi sekolah: Sebagai masukan yang baik, dalam rangka perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajaran, khususnya pembelajaran metematika pada materi pembelajaran fungsi kuadrat.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Matematika
Pengertian pembelajaran dapat diartikan secara khusus berdasarkan aliran psikologi tertentu. Pengertian pembelajaran menurut aliran-aliran tersebut yaitu: (1) Psikologi daya, pembelajaran adalah upaya melatih daya-daya yang ada pada jiwa manusia supaya menjadi lebih tajam dan lebih berfungsi, (2) Psikologi kognitif, pembelajaran adalah usaha membantu siswa atau anak didik mencapai perubahan struktur kognitif melalui pemahaman, dan (3) psikologi humanistik, pembelajaran adalah usaha guru untuk menciptakan suasana yang menyenangkan untuk belajar yang membuat siswa menjadi terpanggil untuk belajar (Darsono dalam Rustantiningsih, 2008). Selanjutnya, pembelajaran menurut Oemar Hamalik dalam Yulianti (2009) adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan. Selain itu, Dimyati dan Mudjiono (2006:157) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam rangka memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha sadar dari guru untuk membantu siswa belajar, yaitu melalui interaksi antara guru, peserta didik, sumber belajar dan lingkungan belajar, dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai karakteristik khusus bila dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain. Menurut Sumardyono (2004) matematika memiliki karakteristik: (1) Memiliki objek kajian abstrak, (2) Bertumpu pada kesepakatan, (3) Berpola pikir deduktif, (4) Konsisten dalam sistemnya, (5) Memiliki simbol yang kosong dari arti, dan (6) Memperhatikan semesta pembicaraan. Hal senada diungkapkan pula oleh Hudoyo dalam Hasyim (2009) bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol tersusun secara hierarki dan penalarannya deduktif, sehingga dalam belajar matematika memerlukan daya nalar yang tinggi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu disiplin ilmu yang memiliki karakteristik khusus, dan dalam mempelajarinya membutuhkan daya nalar tinggi. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran matematika sudah seharusnya tidak disamakan dengan ilmu lain. Selain itu, karena siswa yang belajar matematika berbeda-beda pula kemampuannya, maka kegiatan pembelajaran harus diatur sekaligus memperhatikan kemampuan siswa dan karakteristik matematika sehingga kemampuan kognitifnya dapat berkembang dengan baik.
Dalam rangka mengembangkan struktur kognitif, menurut Piaget dalam Budiningsih (2005:35) terjadi tiga proses, yaitu asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu, sedangkan akomodasi merupakan proses penyesuaian struktur kognitif karena adanya informasi baru sehingga informasi itu punya tempat. Ekuilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Asimilasi dan akomodasi akan terjadi apabila seseorang mengalami konflik kognitif atau suatu ketidakseimbangan antara apa yang telah diketahui dengan apa yang dilihat atau dialaminya sekarang. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam pembelajaran khususnya pembelajaran matematika diperlukan adanya keaktifan siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan matematika dalam pikirannya. Selanjutnya Dubinsky (2001) menyatakan bahwa suatu pengetahuan matematika secara individual merupakan kecenderung seseorang untuk merespon adanya situasi masalah matematika yang penyelesaiannya direfleksikan ke dalam konteks sosial dan membangun kembali tindakan, proses, dan objek matematika serta mengaturnya di dalam struktur kognitif untuk digunakan sesuai dengan situasi tertentu.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan pembelajaran matematika adalah usaha guru untuk membantu siswa dalam mengkostruksi pengetahuan matematika melalui interaksi aktif siswa dengan lingkungannya. Siswa diupayakan agar mampu mengkostruksi sendiri pengetahuannya dengan mengidentifikasi, menguji, dan menafsirkan makna konsep yang sedang dipelajarinya melalui proses interaksi dengan lingkungannya seperti berinteraksi dengan konsep yang dipelajari, berdiskusi dengan teman, atau berdiskusi dengan guru. Hasil pengetahuan yang diperoleh disesuaikannya dengan situasi atau masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika guru harus menemukan cara-cara memahami pandangan siswa, merencanakan kerangka alternatif, merancang dan mengembangkan tugas-tugas yang meningkatkan proses konstruksi pengatahuan siswa.
2. Kemampuan Berpikir Kritis Matematik.
a. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Matematik
Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Dalam proses berpikir, tentunya diperlukan daya nalar yang memadai untuk menganalisa masalah yang dihadapi. Menurut Ruggiero berpikir sebagai suatu aktivitas mental untuk membatu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan (Siswono, 2009). Hal ini senada dengan pengertian berpikir yang dikemukakan oleh Liputo dalam Maulana (2008) bahwa berpikir merupakan kegiatan mental yang disadari dan diarahkan untuk membangun dan memperoleh pengetahuan, mengambil keputusan, membuat perencanaan, memecahkan masalah, serta untuk menilai tindakan.
Berdasarkan seluruh pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan mental siswa melalui penalaran sebagai upaya pemecahan masalah, membuat suatu keputusan atau untuk memenuhi hasrat keingintahuan siswa.
Fisher dalam Launch Pad (20010 mengasumsikan berpikir sebagai proses kognisi dalam usaha memperoleh pengetahuan. Selanjutny, Fisher mendeskripsikan bahwa paling sedikit tiga aspek penting keterampilan berpikir, yaitu berpikir kritis, berpikir kreatif, dan problem solving. Ketiga aspek tersebut berbeda, tetapi saling berhubungan. Problem solving perlu penemuan masalah dan pertanyaan-pertanyaan untuk menyelidiki (berpikir kreatif) dan mengevaluasi solusi yang diusulkan (berpikir kritis). Berpikir kritis perlu mengorganisasi keterampilan berpikir seseorang ke dalam suatu kombinasi sebagai alat kerja (berpikir kreatif) dan pada akhirnya berpikir kreatif perlu berpikir kritis. Selanjutnya, Matindas dalam Siswono (2009) mengungkapkan bahwa banyak orang yang tidak terlalu membedakan antara berpikir kritis dan berpikir logis padahal ada perbedaan dasar antara keduanya yakni bahwa berpikir kritis dilakukan untuk membuat keputusan sedangkan berpikir logis hanya dibutuhkan untuk membuat kesimpulan, pada dasarnya pemikiran kritis menyangkut pula pemikiran logis yang diteruskan dengan pengambilan keputusan.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut, maka berpikir kritis berbeda dengan berpikir kreatif dan problem solving akan tetapi saling berhubungan. Problem solving memerlukan berpikir kreatif sedangkan untuk berpikir kreatif, diperlukan kemampuan untuk berpikir secara kritis. Selain itu, berpikir kritis juga berbeda dengan berpikir logis, akan tetapi jika siswa telah berpikir secara kritis, maka tentunya siswa tersebut akan berpikir secara logis.
Berpikir kritis menurut Ennis dalam L.Costa yang dikutip oleh Wahiddin (2008) merupakan cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar untuk menentukan apa yang akan dikerjakan serta diyakini. Sedangkan berpikir kritis menurut Johnson dalam Siswono (2009) adalah mengorganisasikan proses yang digunakan dalam aktifitas mental seperti pemecahan masalah, pengambilan keputusan, meyakinkan, menganalisis asumsi dan penemuan ilmiah. Selain itu, Matindas dalam Wahiddin (2008) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah aktivitas mental yang dilakukan untuk mengevaluasi kebenaran suatu pernyataan. Umumnya evaluasi berakhir dengan putusan untuk menerima, menyangkal atau meragukan kebenaran pernyataan yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian di atas, maka berpikir kritis matematik dalam penelitian ini adalah suatu proses kognitif atau tindakan mental siswa dalam usaha memperoleh pengetahuan matematika berdasarkan penalaran matematik.
b. Fase-Fase dalam Berpikir Kritis
Dalam usaha meningkatkan kemampuan berpikir kritis, maka harus memperhatikan fase-fase kemampuan berpikir kritis. Oleh karena itu, selanjutnya akan diuraikan fase-fase kemampuan berpikir kritis. Brookfield (1987) mengidentifikasi lima fase berpikir kritis, yaitu: (1) Trigger event (cepat tanggap terhadap peristiwa), yaitu pengenalan suatu peristiwa tak terduga yang mengakibatkan terjadinya konflik kognisi internal, (2) Appraisal (penaksiran), yaitu menilai situasi dan mulai bekerja secara teliti, menghadapi peristiwa tak terduga dengan berbagai cara, mengklarifikasi dan mengidentifikasi perhatian orang lain dalam menghadapi situasi serupa. (3) Exploration (eksplorasi), yaitu mencari makna ke resolusi, atau cara dalam menjelaskan pertentangan untuk mengurangi konflik kognisi, mendorong seseorang untuk mencari maksud/arti, menyelidiki cara pikir dan bertindak, (4) Development alternative perspective (mengembangkan alternatif perspektif), yaitu mengembangkan cara pikir baru yang membantu seseorang menyesuaikan kepada peristiwa yang tidak diharapkan. Transisi ini melibatkan suatu usaha untuk mengurangi ketidaksesuaian dalam hidup seseorang, dan (5) Integration (integrasi), yaitu menegosiasikan perspektif baru untuk menfasilitasi integrasi perubahan hidup seseorang, melibatkan pengintegrasian konflik kognisi secara internal atau eksternal untuk mencapai suatu resolusi.
Norris dan Ennis (1989) mengidentifikasi lima fase berpikir kritis, yaitu: (1) Elementary clarification (klarifikasi tingkat rendah), yaitu memusatkan pencapaian klarifikasi umum suatu masalah melalui analis argumentasi, pertanyaan, atau jawaban, (2) Basic support (pendukung dasar), yaitu memutuskan sumber yang kredibel, membuat dan memutuskan hasil pengamatan sendiri; melibatkan informasi yang berbeda, kesimpulan yang diterima, dan latar belakang pengetahuan. (3) Inference (kesimpulan), yaitu membuat dan memutuskan kesimpulan secara induktif dan deduktif, (4) Advanced clarification (klarifikasi tingkat tinggi), yaitu membentuk dan mendefinisikan terminologi, memutuskan dan mengevaluasi definisi, menentukan konteks definisi berdasarkan alasan yang tepat, dan (5) Strategi and tactics (strategi dan cara-cara), yaitu berinteraksi dengan orang lain untuk memutuskan tindakan yang sesuai; mendefinisikan masalah, menaksir kemungkinan solusi dan mengkonstruksi alternatif solusi; monitoring keseluruhan proses pengambilan keputusan.
Menurut Bullen (1997), ada empat fase berpikir kritis, yaitu: (1) Clarification (klarifikasi), yaitu menilai/ memahami sifat alami pada poin-poin pandangan yang berbeda pada isu, dilema, atau masalah. (2) Assessing evidence (menilai fakta), yaitu memutuskan kredibilitas sumber, menaksir bukti untuk mendukung kesimpulan, menetapkan dasar menarik kesimpulan. (3) Making and judging inference (membuat dan menarik kesimpulan), yaitu menduga secara induktif dan deduktif, dan menilai keputusan; pengambilan keputusan dengan pertimbangan bukti yang cukup untuk mendukung argumentasi, dan (4) Using appropriate strategies and tactics (menggunakan strategi dan cara-cara yang tepat), yaitu menggunakan heuristik atau strategi untuk mengarahkan pikiran dalam proses pencapai kesimpulan, membuat suatu keputusan, atau pemecahan suatu masalah secara efektif.
Selanjutnnya, Knedler dalam L.Costa yang dikutip oleh Wahiddin (2008) mengemukakan bahwa berpikir kritis dapat dikelompokkan dalam tiga fase, yaitu: (1) Mengenali masalah yang didalamnya ada empat langkah yaitu mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok, membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan, memilih informasi yang relevan dan merumuskan masalah, (2) Menilai informasi yang relevan yang didalamnya terdapat lima langkah yaitu menyeleksi fakta, opini dan hasil nalar, mengecek konsistensi, mengidentifikasi asumsi, mengenali kemungkinan bias karena salah penafsiran, dan perbedaan orientasi nilai dan ideologi, (3) Pemecahan masalah dan penarikan kesimpulan.
Berpikir kritis menurut Garrison, Anderson, dan Archer (2001) terbagi atas empat fase, yaitu: (1) Trigger event (cepat tanggap terhadap peristiwa), yaitu mengidentifikasi atau mengenali suatu isu, masalah, dilemma dari pengalaman seseorang, yang diucapkan instruktur, atau pelajar lain, (2) Exploration (eksplorasi), memikirkan ide personal dan sosial dalam rangka membuat persiapan keputusan, (3) Integration (integrasi), yaitu mengkonstruksi maksud/arti dari gagasan, dan mengintegrasikan informasi relevan yang telah ditetapkan pada tahap sebelumnya, dan (4) Resolution (mengulangi penyelesaian), yaitu mengusulkan solusi secara hipotetis, atau menerapkan solusi secara langsung kepada isu, dilema, atau masalah serta menguji gagasan dan hipotesis.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Garrison, Anderson, dan Archer, yaitu (1) Trigger event, (2) Exploration (eksplorasi), (3) Integration (integrasi), dan (4) Resolution (mengulangi penyelesaian). Jadi, Berpikir kritis dalam penelitian ini adalah berpikir melalui empat tahapan tersebut berdasarkan penalaran matematik.
3. Konsep Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek
a. Teori Belajar Sibernetik
Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Namun, yang lebih penting lagi bagi teori sibernetik adalah sistem informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa. Asumsi lain dari dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi dan yang cocok untuk semua siswa, sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi (Budiningsih, 2005:81).
Implementasi teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran telah dikembangkan oleh beberapa tokoh, salah satunya adalah pendekatan yang berorientasi pada pemrosesan informasi yang dikembangkan oleh Gage dan Berliner, Biehler, Snowman, Baine dan Tennyson. Komponen pemrosesan informasi dipilih menjadi tiga berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi serta proses terjadinya ”lupa”. Ketiga komponen tersebut adalah: (1) Sensory Receptor (SR), merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar, (2) Working Memory (WM), diasumsikan mampu menangkap informasi yang diperhatikan oleh individu, dan (3) Long Term Memory (LTM), diasumsikan berisi semua pengetahuan yang dimiliki oleh individu, mempunyai kapasitas terbatas, dan bahwa sekali informasi disimpan dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang (Budiningsih, 2005:81 & 83).
Kelebihan Pembelajaran Sibernetik yang berpijak pada teori pemrosesan informasi adalah: (1) Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol, (2) Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis, (3) Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap, (4) Adanya keterarahan seluruh kegiatan kepada tujuan yang ingin dicapai, (5) Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya, (6) Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu, dan (7) Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan (Budiningsih,2005:92-93).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teori sibernetik menekankan pada pemrosesan informasi dengan memperhatikan sistem informasi yang akan diolah tersebut, dan bertujuan untuk menciptakan daya ingat yang kuat atas informasi yang diterima oleh siswa. Melalui pemrosesan informasi, siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam memahami informasi atau konsep yang diterimanya.
b. Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek
Seorang guru, dalam melaksanakan pembelajaran matematika seyogyanya selalu berupaya menciptakan pembelajaran yang efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek merupakan salah satu pembelajaran yang menyatukan antara teori dan praktek (laboratorium komputasi). Komputasi tidak saja dapat digunakan untuk pengolah data, database, presentasi dan alat komunikasi, tetapi dapat juga digunakan sebagai suatu alat untuk merangsang dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika pada siswa serta untuk menciptakan dan membangun pengetahuan baru siswa (Engstrom, 2003). Jadi laboratorium komputasi dapat dimanfaatkan sebagai suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran dengan memanfaatkan komputer sebagai media pembelajaran. Selanjutnya, Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek menurut Sukamto (1993) adalah suatu pembelajaran yang memadukan suatu keterampilan dengan penampilan praktek, umpan balik, latihan, sampai dengan dikuasainya keterampilan itu.
Berdasarkan uraian di atas, maka Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek dalam penelitian ini adalah suatu pembelajaran yang mementingkan sistem informasi yang diterima oleh siswa dan pemrosesan informasi tersebut. Dalam kegiatan pemrosesan informasi ini, siswa diarahkan untuk berpikir dan mengolah sendiri informasi yang diberikan melalui praktek, umpan balik dan latihan dengan menggunakan software pembelajaran (Derive 6.0) sebagai alat bantu.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pembelajaran sibernetik yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan dalam Azwar (2008) ada enam, yaitu: (1) Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran, (2) Menentukan materi pembelajaran, (3) Mengkaji sistem informasi yang terkandung di dalam materi pembelajaran, (4) Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut, (5) Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya, (6) Menyesuaikan materi pelajaran dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran. Sedangkan alur Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek menurut Simundza (2008) adalah:
DESIGN PROBLEM
Concept/Application

COOPERATIVE GROUP WORK
Situation Learning

TECHNOLOGY USED APROPRIATELY
Critical Thinking

HAND-ON ACTIVITY
Data Collection Computer Simulation

CONCRITE RESULT
Reinforcement Math


VERBAL EXPRESSION
Clear Exposition Of Result


REVISIT THE PROBLEM
New Mathematical Concept
Berdasarkan diagram di atas, maka langkah-langkah Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek adalah: (1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa dalam bekerja secara matematik menggunakan teknologi komputer, (2) Mengorganisasikan siswa ke dalam beberapa kelompok bekerja dan belajar yang masing-masing berjumlah 2-3 orang, (3) Menyajikan informasi berupa teori dan latihan melalui LKS, (4) Membimbing kelompok belajar dan bekerja siswa dalam menyelesaikan LKS, (5) Mengarahkan siswa dalam melakukan manipulasi-manipulasi matematis dengan menggunakan software pempelajaran (Derive 6.0) untuk memahami konsep matematika secara utuh, (6) Mendiskusikan hasil manipulasi tersebut dan dijadikan sebagai bahan untuk mengkonstruksi pengetahuan konseptual matematika, dan (7) Memberi penghargaan kepada kelompok yang telah mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
4. Materi pembelajaran Fungsi Kuadrat
Materi pembelajaran Fungsi sangat erat kaitannya dengan Relasi, karena seringkali definisi fungsi diturunkan dari definisi relasi. Oleh karena itu, sebelum memberikan definisi fungsi terlebih dahulu akan dipaparkan tentang definisi Relasi.
Menurut Ruseffendi (1984:322) Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah himpunan pasangan berurutan yang merupakan himpunan bagian dari A X B. Daerah asal, daerah definisi, atau domain dari suatu relasi adalah himpunan yang anggotanya terdiri dari unsur-unsur pertama dari pasangan berurutan itu sedangkan daerah hasil dari suatu relasi adalah himpunan yang anggotanya terdiri dari unsur-unsur kedua dari pasangan berurutan itu. Hal senada diungkapkan dalam Anonim (2009:3) bahwa Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu himpunan bagian dari A X B. Sedangkan Relasi antara dua himpunan menurut Suyanto (2008) adalah aturan yang memasangkan anggota-anggota suatu himpunan dengan anggota himpunan yang lain. Selain itu, Yahya dkk. ( - :110) mengemukakan bahwa jika R adalah suatu cara yang menghubungkan/mengaitkan elemen A dan elemen B, maka dikatakan terdapat suatu Relasi R antara A dan B.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa relasi adalah suatu aturan pemasangan/padanan yang menghubungkan anggota daerah asal (Domain) dengan anggota daerah kawan (Kodomain).
Suatu fungsi f adalah suatu aturan padanan yang menghubungkan tiap objek x dalam satu himpunan, yang disebut daerah asal, dengan sebuah objek nilai unik f(x) dari himpunan kedua. Himpunan nilai yang diperoleh secara demikian disebut daerah nialai (jelajah) fungsi tersebut. Aturan padanan merupakan pusat dari suatu fungsi, tetapi sebuah fungsi belum lengkap ditentukan sampai daerah asalnya diberikan. Daerah asal adalah himpunan elemen-elemen dimana fungsi itu mendapat nilai. Daerah nilai adalah himpunan nilai-nilai yang diperoleh secara demikian/ menurut aturan itu. Untuk memberi nama fungsi, dipakai sebuah huruf tunggal seperti f ( atau g atau F). Maka f(x), yang dibaca ”f dari x” atau ”f pada x”, menunjukkan nilai yang diberikan oleh f kepada x (Purcell dan Varberg, 1984: 44&45). Selanjutnya, Yahya dkk. ( - : 110) mengungkapkan bahwa fungsi dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu relasi yang mengaitkan setiap elemen A dengan satu dan hanya satu elemen B. Hal senada diungkapkan oleh Ruseffendi (1984:328) bahwa fungsi adalah relasi dimana setiap unsur dari daerah asalnya dipasangkan dengan tepat satu unsur dari daerah hasilnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi adalah suatu aturan pemasangan/padanan yang menghubungkan setiap anggota daerah asal (Domain) dengan tepat satu anggota daerah kawan (Kodomain).
Misalkan a, b, dan c bilangan real dan a ≠ 0, maka fungsi yang dirumuskan oleh f(x) = ax2+bx+c dinamakan fungsi kuadrat dalam peubah x. Grafik dari fungsi kuadrat itu adalah sebuah parabola dengan persamaan y = ax2+bx+c (Sartono, 2006:63). Selain itu, Indriani (2007:17) mengungkapkan bahwa suatu fungsi yang mempunyai variabel dengan pangkat tertinggi dua, disebut fungsi kuadrat. Bentuk umumnya f(x) = ax2+bx+c, a ≠ 0 dan a,b,c  bilangan Real. Suatu fungsi kuardrat mempunyai grafik berbentuk parabola yang ditentukan oleh y = ax2+bx+c. Hal senada diungkapkan oleh Mandiri (2007:65) bahwa fungsi kuadrat adalah sejenis fungsi yang berbentuk f(x) = ax2+bx+c, dimana a,b,c R serta a ≠ 0. Grafik fungsi kuadrat berbentuk barabola.
Berdasarkan ketiga pendapat di atas, maka fungsi kuadrat adalah suatu fungsi yang variabelnya mempunyai pangkat tertinggi dua, dengan bentuk umum f(x) = ax2+bx+c dimana a ≠ 0 dan a,b,c  Bilangan Real. Grafik fungsi kuadrat, berbentuk parabola dengan persamaan y = ax2+bx+c.
Sketsa grafik fungsi kuadrat (parabola) dapat dibuat dengan menentukan terlebih dahulu: (1) Keterbukaan parabola, (2) Titik potong terhadap sumbu-x, (3) Titik potong terhadap sumbu-y, (4) Letak sumbu simetri dan (5) Titik puncak (Sukino, 2006:115). Selain itu, Istiyanto (2008) mengemukakan bahwa untuk membuat sketsa grafik fungsi kuadrat, maka langkah-langkah yang harus ditempuh adalah menentukan: (1) Titik potong dengan sumbu-x (jika ada), (2) Titik potong dengan sumbu-y, (3) Persamaan sumbu simetri, dan (4) Titik puncak (titik balik maksimum/minimum). Hal senada diungkapkan oleh Sartono (2006:63) bahwa sketsa grafik fungsi kuadrat secara umum dapat digambarkan dengan cara menentukan terlebih dahulu: (1) Titik potong dengan sumbu x dan y, dan (2) Titik puncak atau titik balik parabola dan persamaan sumbu simetri.
Berdasarkan ketiga pendapat di atas, maka dapat disimpulkan sketsa grafik fungsi kuadrat dapat digambarkan dengan terlebih dahulu menentukan: (1) titik potong dengan sumbu x (jika ada), (2) Titik potong dengan sumbu y, (3) Titik puncak, (4) Persamaan sumbu simetri dan (5) Keterbukaan parabola.
Fungsi kuadrat sering digunakan dalam penyelesaian masalah-masalah fisika, matematika, ekonomi maupun bidang ilmu lainnya. Penerapan ini berkaitan dengan nilai ekstrimnya, yaitu maksimum ataupun minimum (Sukino, 2006:129).
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Inne Wardani (2006) menyimpulkan bahwa: (1) Penggunaan komputer dalam pembelajaran matematika interaktif model tutorial dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan lebih baik daripada pembelajaran ekspositori, (2) Penggunaan komputer dalam pembelajaran matematika interaktif model tutorial dapat meningkatkan motivasi belajar matematik siswa dengan lebih baik daripada pembelajaran ekspositori, dan (3) Penggunaan komputer dalam pembelajaran matematika interaktif model tutorial sama efektifnya dengan pembelajaran ekspositori.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran matematika adalah usaha guru untuk membantu siswa dalam mengkostruksi pengetahuan matematika melalui interaksi aktif siswa dengan lingkungannya. Siswa diupayakan agar mampu mengkostruksi sendiri pengetahuannya dengan mengidentifikasi, menguji, dan menafsirkan makna konsep yang sedang dipelajarinya melalui proses interaksi dengan lingkungannya seperti berinteraksi dengan konsep yang dipelajari, berdiskusi dengan teman, atau berdiskusi dengan guru. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika guru harus menemukan cara-cara memahami pandangan siswa, merencanakan kerangka alternatif, merancang dan mengembangkan tugas-tugas yang meningkatkan proses konstruksi pengatahuan siswa. Selain itu, dalam pembelajaran matematika sudah seyogyanya siswa tidak hanya dibekali dengan keterampilan berhitung dan manipulatif saja, melainkan diperlukan adanya upaya nyata yang intensif untuk menumbuhkan kemampuan siswa dalam mengkonstruksi konsep-konsep matematika utamanya dalam rangka mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya.
Kemampuan beerpikir kritis siswa penting untuk dikembangkan dalam pembelajaran matematika, karena dengan berpikir secara kritis, siswa akan dengan mudah mengkonstruksi konsep-konsep matematika berdasarkan informasi yang diterimanya serta akan bepimplikasi pada kemampuan untuk menganalisis dan menyelesaikan masalah-masalah matematika yang bersifat konseptual dan membutuhkan penalaran.
Kemampuan berpikir kritis matematik siswa dapat dikembangkan dengan memilih dan menerapkan pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran serta dapat memacu siswa untuk berpikir dan mandiri dalam menelaah konsep-konsep matematika yang dipelajarinya.
Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan untuk membatu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa karena pembelajaran ini memadukan suatu keterampilan dengan praktek, umpan balik dan latihan sampai dikuasainya keterampilan tersebut. Selain itu, dalam pelaksanaannya pembelajaran ini siswa dikondisikan untuk mandiri dalam menemukan dan memahami konsep-konsep matematika melalui memproses informasi yang diterimanya dalam. Dalam pemrosesan informasi tersebut, siswa diarahkan untuk berpikir dan mengolah seendiri informasi melalui praktek, serta melalui diskusi kelompok dan latihan dengan menggunakan software pembelajaran Derive 6.0 sebagai alat bantu.
Pemanfaatan software matematika derive 6.0. dapat membantu guru dalam menciptakan pembelajaran yang menarik karena melalui software guru dapat menyajikan materi pembelajaran secara visual sehingga siswa dapat mengeksplorasi konsep-konsep matematika dengan mudah.
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam skema berikut:











C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pemikiran, maka hipotesis tindakan dalam penelitian adalah kemampuan berpikir kritis matematik siswa kelas X-1 SMA Negeri 4 Kendari pada materi pembelajaran Fungsi Kuadrat dapat ditingkatkan melalui Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek.






BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (PTK), yang memiliki ciri: (1) Permasalahan dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru akan adanya masalah dalam praktik pembelajarannya, (2) Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya, (3) Dilaksanakan dalam rangkaian langkah yang berulang, (4) Metode utamanya adalah refleksi diri, dan (5) Bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik pembelajaran.
B. Setting/Latar dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 4 Kendari pada semester ganjil, tahun pelajaran 2009/2010, yakni tanggal 20 Oktober 2009 sampai 24 November 2009. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas X-1 SMA Negeri 4 Kendari, dimana siswa di kelas tersebut berjumlah 32 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 17 orang perempuan.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini tidak diuji validitas maupun reliabilitasnya. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Lembar observasi, untuk memperoleh data tentang kondisi pelaksanaan Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek.
2. Tes kemampuan berpikir kritis, untuk memperoleh data tentang kemampuan berpikir kritis matematik siswa setelah diterapkan Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek, khususnya pada materi pembelajaran Fungsi Kuadrat.
3. Jurnal refleksi diri, untuk memperoleh data tentang refleksi diri. Jurnal utamanya berisi catatan tentang hal-hal yang menurut guru belum tercapai dalam pembelajaran serta kesulitan-kesuliatan guru ketika pembelajaran berlangsung sehingga dapat diminimalisir pada pembelajaran berikutnya.
4. Lembar wawancara pasca observasi, untuk membantu guru dalam melakukan refleksi.
D. Faktor-Faktor yang Diselidiki
1. Faktor siswa: Melihat kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang diajar melalui Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek, khususnya pada materi pembelajaran Fungsi Kuadrat.
2. Faktor guru: Melihat bagaimana kemampuan guru dalam melaksanakan Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yakni siklus I yang terdiri atas tiga kali pertemuan dan siklus II terdiri atas dua kali pertemuan. Adapun proses pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk spiral, sebagai berikut:













(Mukhlis, 2001:14)
Dalam pelaksanaan tindakan pada tiap siklus dalam penelitian ini secara umum mencakup tahapan kegiatan berikut:
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah:
a) Menyiapkan sumber bahan ajar dan media yang dibutuhkan,
b) Membuat rencana pelaksanaan/perbaikan pembelajaran,
c) Mendiskusikan tentang cara penggunaan derive dalam pembelajaran matematika,
d) Menyusun bahan ajar berbasis komputasi,
e) Menyusun instrumen penelitian,
f) Menyiapkan perlengkapan laboratorium komputasi sebagai kelas pembelajaran.
g) Mengadakan tes awal untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil tes awal inilah yang akan dijadikan patokan untuk pembagian kelompok dan melihat apakah setelah penerapan Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek, kemampuan berpikir kritis matematik siswa mengalami peningkatan atau tidak.
2. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah guru matematika menerapkan Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek sesuai dengan rencana pelaksanaan/perbaikan pembelajaran yang telah dibuat.
3. Observasi
Kegiatan pada tahap ini adalah peneliti melakukan pangamatan terhadap proses pembelajaran yang diterapkan guru matematika dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Jadi tahapan observasi ini berlangsung secara bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan.
4. Evaluasi
Tahapan evaluasi ini masih merupakan bagian dari pelaksanaan tindakan, dimana kegiatan ini dilakukan pada setiap akhir siklus dan setiap akhir pembelajaran melalui kuis akhir pembelajaran. Evaluasi akhir siklus dilakukan untuk mengetahui apakah setelah menerapkan Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek, kemampuan berpikir kritis matematik siswa mengalami peningkatan atau tidak. Sedangkan Kuis akhir pembelajaran bertujuan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan, dan sebagai patokan untuk melajutkan materi pembelajaran.
5. Refleksi
Pada tahap ini, melalui kegiatan wawancara pasca observasi, guru berupaya untuk memikirkan kembali proses pembelajaran yang telah dilaksanakannya, kemudian mencocokkannya dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti. Selanjutnya peneliti dan guru berdiskusi untuk menyatukan pemikiran tentang ketercapaian pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan jika ada kekurangan-kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran maka akan diperbaiki pada siklus berikutnya. Pada kegiatan ini, peneliti mengunakan lembar wawancara pasca-observasi untuk membentu poses refleksi tersebut.
F. Data dan Teknik Pengambilannya
1. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa.
2. Jenis data
Data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif yaitu tentang pelaksanaan Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek sedangkan data kuantitatif yaitu tentang kemampuan berpikir kritis matematik siswa.
3. Teknik pemgambilan data
Data tentang pelaksanaan Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek diperoleh dengan menggunakan lembar observasi dan hasil refleksi diri, sedangkan data tentang kemampuan berpikis kritis matematik siswa diperoleh melalui tes kemampuan berpikir kritis.

G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian ini ada dua yaitu:
1. Dari segi proses, tindakan dikategorikan berhasil apabila minimal 90% dari langkah-langkah pembelajaran terlaksana dengan baik.
2. Dari segi hasil, tindakan dikategorikan berhasil apabila minimal 75% siswa memperoleh nilai minimal 60 secara perorangan (Berdasarkan KKM matematika untuk kelas X yang berlaku di SMA Negeri 4 Kendari).















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Kegiatan Pendahuluan
Penelitian ini diawali dengan kegiatan wawancara awal dengan guru bidang studi matematika SMA Negeri 4 Kendari pada tanggal 23 Juni 2009 yang bertujuan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang mungkin menyebabkan munculnya masalah dalam proses pmbelajaran yang dilaksanakannya di kelas. Wawancara ini merupakan tindak lanjut dari adanya keresahan guru yang diungkapkan kepada peneliti akan kurangnya partisipasi aktif sebagian besar siswa dalam proses pembelajaran serta kurangnya kemampuan siswa untuk secara mandiri dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika yang membutuhkan kemampuan analisis.
Melalui wawancara tersebut, guru mengungkapkan kembali tentang pasifnya siswa dalam pembelajaran dan kurangnya kemampuan siswa dalam menganalisis masalah-masalah matematika. Guru juga mengungkapkan bahwa siswa sangat tergantung dan terpaku dengan apa yang telah diberikan oleh guru. Siswa tidak mampu menelaah sendiri konsep matematika yang diberikan oleh guru serta belum mampu menerapkannya dalam menyelesaikan masalah matematika yang bersifat konseptual dan membutuhkan kemampuan analisis.
Melalui wawancara tersebut diketahui pula bahwa dalam melaksanakan pembelajaran matematika, guru masih menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas, khususnya pada materi pembelajaran yang sifatnya abstrak dan sulit untuk divisualisasikan. Selain itu, penekanan pembelajaran guru masih didominasi oleh keterampilan manipulatif dan sistem evaluasinya juga masih menekankan pada keterampilan berhitung saja. Buku referensi matematika yang berbasis komputasi belum ada sehingga guru dalam mengajarnya tidak pernah menvisualisasikan konsep matematika yang diajarkan kepada siswa.
Berdasarkan hasil wawancara di atas, diduga bahwa metode pembelajaran yang digunakan oleh guru menjadi salah satu penyebab kurangnya partisipasi sebagian besar siswa dalam pembelajaran serta kurangnya kemampuan siswa untuk mandiri dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika khususnya yang membutuhkan kemampuan analisis, karena memang melalui metode-metode pembelajaran seperti ini, siswa kurang dikondisikan untuk mandiri dan secara aktif dalam mengolah dan memahami materi yang dipelajari. Selain itu, diduga pula bahwa kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah. Hal ini dapat tergambar dari kurangnya kemampuan siswa dalam menganalisis dan menyelesaikan masalah-masalah matematika utamanya yang membutuhkan penalaran.
Dugaan akan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa tersebut di atas, didukung oleh hasil tes pra-penelitian yang dilaksanakan di Kelas X-1 SMA Negeri 4 Kendari pada tanggal 17 Juli 2009 dan mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematik siswa-siswa di kelas tersebut masih rendah, khususnya pada materi pembelajaran fungsi linear. Hasil tes tersebut mengungkapkan bahwa tahapan berpikir sebagian besar siswa masih berkisar pada tahap 1, hanya 15,38% yang mencapai tahap 2. Selanjutnya, hasil tes tersebut juga menunjukkan bahwa secara klasikal siswa yang memperoleh nilai minimal 60 adalah 0% dengan rata-rata 39,58 dalam hal ini tidak ada siswa yang memperoleh nilai minimal 60.
Selanjutnya pada tanggal 20 Oktober 2009 diadakan tes awal, untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematik siswa kelas X-1 SMAN 4 Kendari sebelum diterapkannya Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek. Tes awal ini dilakukan karena pada saat tes pra-penelitian ada 6 orang siswa yang tidak hadir, sehingga hasil tes pra-penelitian akan kurang tepat digunakan sebagai patokan untuk melihat perubahan kemampuan berpikir kritis matematik siswa kelas X-1 SMA Negeri 4 Kendari tersebut. Selain itu, siswa telah belajar tentang persamaan kuadrat yang merupakan materi yang berkaitan dengan materi fungsi kuadrat sehingga tentu akan menambah pengetahuan yang mungkin akan menyebabkan kemampuan berpikir kritis matematik siswa kelas X-1 meningkat. Jadi yang dijadikan acuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik pada kelas tersebut adalah hasil tes awal.
Soal-soal pada tes awal berupa materi yang berkaitan dengan fungsi kuadrat, yaitu materi fungsi linear yang telah dipelajari di SMP. Soal-soal pada tes awal ini berupa soal-soal essay yang berjumlah 4 butir soal, dimana setiap butir soal mengandung empat dimensi berpikir kritis, yaitu (1) Trigger event, (2) Exploration (eksplorasi), (3) Integration (integrasi), dan (4) Resolution (mengulangi penyelesaian).
Berdasarkan hasil tes awal tersebut, diperoleh bahwa kemampuan berpikir kritis siswa hanya sampai pada tahap 2 yakni 12,50% untuk soal nomor 1; 0% untuk nomor 2; 90.63% untuk nomor 3; dan hanya 9.38% untuk soal nomor 4 (lampiran 12:170). Selanjutnya, hasil tes awal tersebut juga mengungkapkan bahwa tidak ada siswa kelas X-1 SMAN 4 Kendari yang memperoleh nilai minimal 60 dengan rata-rata 29,46. Hal ini memberi gambaran bahwa kemampuan berpikir kritis matematik siswa pada kelas tersebut masih sangat rendah, khususnya pada materi fungsi linear.
2. Tindakan Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan hal-hal yang dilakukan yaitu membuat RPP dan LKS, membuat lembar observasi dan pedoman wawancara pasca-observasi serta membuat soal tes kemampuan berpikir kritis matematik siswa untuk tindakan siklus I.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru matematika kelas X-1 SMA Negeri 4 Kendari sedangkan peneliti bertindak sebagai observer. Peneliti mengamati kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Tindakan siklus I ini dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan.
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 27 Oktober 2009 dan berlangsung di dalam ruang kelas biasa, tidak di laboratorium. Hal ini disebabkan karena padamnya lampu sehingga peneliti dan guru sepakat bahwa guru hanya mengajar secara manual, belum menggunakan Derive.6. dan akan dibahas tentang tujuan pembelajaran pertama dan kedua pada RPP 1.1 (Lampiran 3:74), sedangkan tujuan pembelajaran ketiga akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Jadi pada pertemuan berikutnya baru akan menggunakan Derive.6.
Pembelajaran ini diawali mengucapkan salam, kemudian guru membagikan hasil ulangan harian materi pembelajaran sebelumnya dan mengumumkan siswa-siswa yang harus mengikuti kegiatan remedial. Selanjutnya guru membuka pembelajaran dengan menanyakan kesiapan siswa untuk belajar, kemudian guru mengoganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok kecil, yaitu terdiri atas 2-3 orang siswa. Pembagian kelompok ini, selain berdasarkan pada hasil tes awal juga disesuaikan dengan kemampuan siswa berdasarkan pengamatan guru pada pembelajaran-pembelajaran sebelumnya.
Kegiatan selanjutnya adalah guru dibantu oleh peneliti membagikan LKS 1.1 sampai LKS 2.2 (Lampiran 7:117-135) kepada setiap siswa sebagai alat pendukung proses pembelajaran. Setalah itu, melalui kegiatan tanya jawab guru mengadakan apersepsi tentang materi yang ada kaitannya dengan materi yang akan dibahas. Materi apersepsi ini diantaranya mengenai Persamaan dan Fungsi Linear. Pada kegiatan awal ini, guru lupa menyampaikan tujuan pembelajaran. Di pihak lain, terlihat bahwa kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran cukup baik ini terbukti ketika guru memasuki ruang kelas, seluruh siswa telah berada dalam kelas selain itu dalam kegiatan apersepsi, siswa sangat antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Akan tetapi, kelas menjadi gaduh karena siswa menjawab secara bersamaan.
Guru selanjutnya memberikan materi pengantar yaitu menegaskan beberapa pokok penting dalam materi fungsi yaitu pengertian relasi, fungsi dan perbadaan keduanya, serta memberikan beberapa contoh fungsi dan bukan fungsi. Selain itu, melalui kegiatan tanya jawab, guru membahas tentang domain, kodomain dan range di sini didapati bahwa masih ada siswa yang tidak tahu istilah Range. Selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencatat materi. Sebagian besar siswa terlihat antusias memperhatikan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru sampai mengakibatkan kelas menjadi gaduh karena siswa menjawab secara bersamaan. Akan tetapi masih ada beberapa siswa yang tidak menyimak dengan baik. Salah satunya ada seorang siswa yang main-main ketika guru membahas tentang syarat relasi dikatakan fungsi, yakni siswa tersebut mengandaikan syarat fungsi dengan istilah selingkuh dan tidak selingkuh, sehingga ia mendapat teguran dari guru. Kemudian guru bertanya kepada siswa tersebut tentang apa yang diketahuinya tentang domain, kodomain dan range. Karena masih ada siswa yang kurang memperhatikan inilah, maka guru memberikan motivasi belajar dalam pertengahan pembelajaran seiring ketika siswa mencatat materi yang telah dituliskan di papan tulis yaitu dengan membahas tentang penilaian sikap dan menceritakan tentang orang-orang yang sukses dalam pendidikannya dengan tujuan agar siswa termotivasi untuk belajar lebih giat dan tekun. Siswa menjadi lebih tenang setelah pembicaraan ini.
Setelah bel pertengahan berbunyi telah berlalu beberapa menit, guru kembali melanjutkan pembelajaran dengan mengarahkan siswa untuk menggali dan memahami informasi melalui LKS 1.1 yakni tentang penyajian fungsi. Kemudian guru membimbing siswa untuk mengidentifikasi contoh fungsi dan bukan fungsi dengan menyelesaikan contoh-contoh soal yang ada dalam LKS 1.1 (Lampiran 7:120). Proses pengolahan informasi ini terjadi dalam kelompok-kelompok yang telah ditetapkan dan masih dalam bimbingan guru. Untuk mmenghindari jawaban secara bersamaan, guru menunjuk 4 orang siswa masing-masing dari kelompok 1, 2 ,4 dan 10 untuk menjawab contoh soal pada LKS 1.1 tersebut, dan siswa diarahkan untuk menjawah dari kursinya saja tanpa maju ke papan tulis. Guru menuliskan jawaban siswa di papan tulis kemudian memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, tetapi tidak ada siswa yang bertanya.
Guru selanjutnya memberikan penjelasan kepada siswa bagaimana cara mengenali fungsi jika disajikan dalam pasangan berurutan dan grafik kartesius. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bartanya tetapi karena tidak ada siswa yang bertanya maka guru langsung memberi kesempatan kepada siswa untuk mencatat materi yang telah dibahas.
Kegiatan berikutnya adalah guru membahas tentang fungsi kuadrat yaitu bahwa fungsi kuadrat adalah fungsi yang variabelnya berpangkat dua dengan bentuk umum f(x) = ax2 + bx + c, a≠0. Kemudian guru menyinggung sedikit tentang nilai fungsi yaitu dengan memberikan dua contoh soal.
Kegiatan penutup pada pembelajaran ini hanya berupa pemberian PR, yaitu tentang nilai fungsi (diselesaikan secara manual dan dengan menggunakan derive.6), guru tidak menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dibahas karena waktu pembelajaran telah habis, begitu pula kuis akhir pembelajaran tidak sempat diberikan.


2) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan ini, kegiatan belajar mengajar dilakukan dalam laboratorium komputasi pada hari Selasa, 3 November 2009. Kegiatan ini diawali dengan mengucapkan salam kemudian guru menanyakan kepada siswa apakah ada kesulitan dalam menyelesaikan PR yang diberikan pada pertemuan sebelumnya, tetapi siswa menyatakan bahwa mereka tidak mengalami kesulitan. Selanjutnya guru mengarahkan siswa untuk duduk berdasarkan kelompok yang telah ditetapkan. Setelah siswa telah duduk dalam kelompoknya masing-masing, guru selanjutnya mengingatkan kembali tentang materi pembelajaran sebelumnya melalui kegiatan tanya jawab. Siswa sangat antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru. Selanjutnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan berikutnya adalah guru memberikan contoh cara menentukan nilai fungsi dengan menggunakan derive serta cara menggambar grafik. Kegiatan ini dilakukan untuk menyelesaikan tujuan yang belum tercapai pada pembelajaran sebelumnya.
Setelah memberikan satu contoh, selanjutnya guru memberikan contoh soal lain untuk diselesaikan oleh siswa, yakni diberikan sebuah rumus fungsi kuadrat f(x)= x2- 2x+3, kemudian akan ditentukan nilai fungsi untuk -1, 0 dan 1 serta digambar grafik fungsinya. Kemudian guru berkeliling mengamati siswa bekerja dengan derive, untuk memastikan apakah siswa telah dapat menyelesaikannya dengan baik atau tidak. Dalam kegiatan ini, siswa tidak mendapat hambatan berarti namun masih ada beberapa kelompok yang tetap membutuhkan bimbingan dari guru.
Setelah memastikan bahwa siswa telah dapat menentukan nilai fungsi dan menggambar grafik dengan derive, maka guru mengarahkan siswa untuk membuka LKS 1.2 dan melakukan kegiatan 1.1 (Lampiran 7:122). Banyak siswa yang bertanya bagaimana mereka harus mengisi LKS tersebut, sehingga kemudian guru memberikan petunjuk. Selanjutnya guru berkeliling memberikan bimbingan kepada kelompok-kelompok siswa. Dalam kegiatan ini, kerjasama dan diskusi dalam kelompok dan antar kelompok berlangsung cukup baik. Ada beberapa siswa yang pergi ke kelompok lain untuk mencocokkan jawabannya, dan ada pula yang langsung bertanya kepada guru apakah jawabannya sudah betul atau tidak.
Setelah siswa selesai mengisi LKS 1.2 halaman 122, guru membimbing siswa dalam menemukan sifat-sifat grafik fungsi y=ax2, yaitu dengan mengarahkan siswa untuk menggambar grafik dari fungsi-fungsi yang terdapat pada tabel di halaman 122 satu persatu melalui derive kemudian melengkapi LKS 1.2 di halaman 123. Dipihak lain, siswa sangat antusias menggambar sendiri grafik-grafik tersebut dan banyak siswa yang kegirangan karena jawaban mereka sama dengan jawaban guru.
Guru selanjutnya menjelaskan cara cepat menggambar grafik melalui derive tanpa menuliskan persamaannya satu persatu. Siswa sangat antusias memperhatikan penjelasan guru.
Kegiatan akhir adalah guru membimbing siswa membuat kesimpulan, yaitu dengan memberikan beberapa pertanyaan yang terkait pembelajaran yang telah berlangsung. Selanjutnya, guru memberikan kuis akhir pembelajaran. Siswa baru mengumpulkan hasil kuis ini kepada guru setelah bel akhir pembelajaran berbunyi. Pada pertemuan ini guru lupa memberikan PR.
3) Pertemuan Ketiga
Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 6 November 2009. Seperti yang telah disepakati oleh siswa, guru dan peneliti, kegiatan pembelajaran ini berlangsung di ruang kelas, dengan menggunakan LCD dan 11 laptop sebagai alat bantu. Akan tetapi ada siswa yang lupa membawa laptop, sehingga laptop yang tersedia hanya 9 buah akibatnya setiap kelompok terdapat tiga sampai empat orang siswa.
Pembelajaran ini guru terlambat beberapa menit karena ada kesibukan lain dilaksanakan. Guru mengawali pembelajaran dengan salam, kemudian menanyakan siswa yang tidak hadir kepada ketua kelas kemudian guru memastikan bahwa siswa telah duduk dalam kelompoknya masing-masing. Selanjutnya, karena laptop yang tersedia hanya 9 maka anggota kelompok 10 dan 11 diarahkan untuk bergabung ke kelompok lain.
Setelah kedua kelompok tersebut bergabung dengan kelompok lain, selanjutnya melalui kegiatan tanya jawab guru mengingatkan kembali tentang nilai fungsi dan cara menggambar grafik fungsi kuadrat dengan memberikan contoh soal yang sederhana. Selain itu, guru menyinggung tentang nama lain dari sumbu-x dan sumbu-y, ternyata masih ada siswa yang belum bisa membedakan ordinat dan koordinat. Ketika guru memberikan apersepsi, ada siswa yang sibuk sendiri dengan laptopnya, sehingga guru menyuruh siswa mematikan sementara laptopnya. Selanjutnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan berikutnya adalah guru memberikan materi pengantar. Selanjutnya, guru mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan 1.2 pada LKS 1.3 (Lampiran 7:125) dan kemudian berkeliling memberikan bimbingan kepada kelompok-kelompok siswa serta sekali-sekali ke depan kelas untuk memberikan petunjuk penggunaan derive. Siswa sangat antusias menggunakan derive dalam kegiatan ini, kerjasama dalam kelompok juga berlangsung dengan sangat baik. Ada beberapa kelompok yang mengadakan pembagian tugas yakni ada yang menghitung nilai tabel dan ada yang menguji grafik yang mereka peroleh dengan menggunakan derive. Selanjutnya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasekan hasil kerja kelompoknya. Ada satu kelompok yang mengangkat tangan yakni kelompok 1. Kemudian guru memberi kesempatan kepada perwakilan kelompok tersebut untuk maju ke papan tulis. Materi presentase pada pertemuan ini terkait dengan LKS 1.3, khususnya membuat kesimpulan dari kegiatan 1.2. pada saat presentase kelompok, ada Siswa lain yang kurang menghargai hasil kerja temannya sehingga mendapat sorakan dari teman yang lainya, akibatnya kelas menjadi gaduh. Guru langsung menenagkan siswa kemudian memberi penghargaan dan penguatan atas jawaban kelompok penyaji. Siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik.
Kegiatan penutup pada pembelajaran ini adalah guru memberikan beberapa kesimpulan sedangkan siswa mencatatnya. Selanjutnya guru mengadakan kuis akhir pembelajaran. Siswa baru mengumpulkan hasil pekerjaannya setelah bel akhir pembelajaran berbunyi. Pada pertemuan ini, guru tidak memberikan PR.
Guru Selanjutnya menyampaikan bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan Ulangan Harian untuk materi fungsi kuadrat yang telah dipelajari kemudian pembelajaran diakhiri dengan membaca doa sesuai dengan keyakinan masing-masing yang dipimpin oleh ketua kelas.
c. Observasi
Hasil observasi terhadap guru secara umum menunjukan hal-hal sebagai berikut:
1) Pertemuan pertama
Pada pertemuan ini, ada beberapa langkah-langkah pembelajaran yang lupa dilakukan oleh guru, yakni guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran dan tidak memberikan penghargaan serta tidak memberikan kesimpulan terhadap materi yang telah dibahas. Selain itu ada pula beberapa kegiatan yang tidak dapat dilakukan karena kondisi yang tidak mendukung, yakni bimbingan kelompok siswa yang bekerja dengan derive khususnya pada pertemuan pertama.
Secara umum ketuntasan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan diikuti oleh siswa pada pertemuan ini mencapai 68,75% (Lampiran 16:178)
2) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan ini, guru semakin terampil menerapkan Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek pada pertemuan kedua dengan pengelolaan waktu yang cukup baik. Akan tetapi masih ada langkah-langkah pembelajaran yang lupa dilakukan oleh guru, yakni persentase kelompok, penghargaan dan PR. Dari hasil wawancara pasca-observasi, guru mengaku kewalahan mengontrol siswa karena ruang pembelajaran yang luas. Oleh karena itu guru dan peneliti sepakat bahwa pembelajaran akan dilakukan dikelas dengan laptop sebagai alat bantu, LCD juga sudah dapat digunakan sehingga diharapkan pembelajaran akan lebih efektif jika dilaksanakan di dalam kelas.
Secara umum ketuntasan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan diikuti oleh siswa pada pertemuan ini mencapai 87,50% (Lampiran 16:178)
3) Pertemuan Ketiga
Tidak seperti kedua pertemuan sebelumnya, pada pertemuan ini guru telah melakukan langkah-langkah sesuai dengan RPP yang teleh dibuat, hanya saja masih ada beberapa hal yang harus diperbaiki, diantaranya motivasi siswa untuk berani mempresentasekan hasil kerja kelompoknya dan berani mengemukakan pendapat ataupun pertanyaan. Selain itu, siswa akan dilatih uantuk dapat menghargai pendapat dari siswa lain. Dari hasil wawancara pasca-observasi, pada pertemuan ini guru mengaku lupa PR. Kendala pada pertemuan ini adalah kurangnya laptop yang tersedia, akan tetapi kendala ini tidak berpengaruh banyak terhadap kelancaran proses mengajar-mengajar dan antusiasme siswa dalam bekerja dengan derive.
Secara umum ketuntasan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan diikuti oleh siswa pada pertemuan ini mencapai 96,88% (Lampiran 16:178)
Hasil observasi terhadap siswa secara umum menunjukan hal-hal sebagai berikut:
1) Petemuan Pertama
Pada pertemuan ini, kesiapan siswa untuk belajar secara fisik dan psikis tampak baik. Dalam kelompok, kerjasama dan diskusi antar siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok masih kurang. Siswa belum mampu secara mandiri dalam menggali dan mengolah informasi dari LKS serta memecahkan masalah/tugas, sehingga masih membutuhkan bimbingan yang intensif dari guru. Selain itu, karena tidak adanya presentse kelompok, maka kemampuan siswa untuk mengajukan pendapat/komentar/pertanyaan kepada siswa lain belum tampak, begitu pula dalam menghargai pendapat/komentar/pertanyaan dari siswa lain.
2) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan ini, kesiapan siswa untuk belajar secara fisik dan psikis kurang baik, hal ini tampak ketika guru memberikan apersepsi masih ada siswa yang kurang memperhatikan. Dalam kelompok, kerjasama dan diskusi antar siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok sudah baik, meskipun masih ada siswa yang pasif.
Walaupun pada pertemuan ini tidak ada presentase kelompok, akan tetapi diskusi antar kelompok sudah terjadi, ada siswa yang bergerak ke kelompok lain untuk bertanya dan sekedar menyamakan jawaban. Selain itu, ada juga yang langsung bertanya kepada guru.
Ketika guru mengarahkan siswa untuk menyelesaikan LKS, siswa masih bingung bagaimana cara menyelesaikan LKS tersebut, sehingga dalam menggali dan mengolah informasi dari LKS, siswa masih harus dibimbing oleh guru begitu pula dalam memecahkan masalah/tugas. Siswa sangat antusias memperhatikan penjelasan dari guru.
3) Pertemuan Ketiga
Pada pertemuan ini, kesiapan fisik dan psikis siswa secara umum sudah cukup baik, walaupun masih ada siswa yang kurang fokus ketika pembelajaran dimulai. Diskusi dan kerjasama dalam kelompok sudah baik, akan tetapi diskusi antar kelompok masih perlu diupayakan agar lebih baik lagi.
Kemampuan siswa menggali dan mengolah informasi dari LKS sudah baik, Siswa juga sudah mampu menyelesaikan masalah dalam LKS, akan tetapi untuk menarik kesimpulan dari kegiatan yang mereka lakukan, mereka masih memerlukan bimbingan guru.
Ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentsekan hasil kerja kelompoknya, sudah ada siswa yang berani angkat tangan walaupun pada kegiatan ini diskusi antar siswa belum terjadi karena tidak ada siswa dari kelompok lain yang bertanya. Selain itu, masih ada siswa yang kurang menghargai hasil kerja temannya.

d. Evaluasi
Evaluasi tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Jum’at, 13 November 2009. Evaluasi ini dilakukan untuk melihat sejauhmana peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik pada siswa kelas X-1 SMA Negeri 4 Kendari setelah Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek diterapkan dalam proses pembelajaran, khususya pada materi pembelajaran Fungsi Kuadrat. Berdasarkan hasil evaluasi siklus I ini, diperoleh bahwa telah ada siswa yang kemampuan berpikirnya sampai pada tahapan 4, yakni 43,75% untuk soal nomor 1; 31,25% untuk nomor 2; 37,50% untuk nomor 3; serta 3,13% untuk soal nomor 4 (Lampiran 12:170). Hasil ini menunjukkan bahwa 100% tahapan berpikir kritis siswa meningkat dari hasil tes awal, walaupun ada siswa yang peningkatannya tahapan berpikirnya tidak signifikan. Data tentang perubahan tahapan berpikir kritis siswa dari tes awal ke siklus I terlampir (Lampiran 14:175).
Hasil evaluasi siklus I tersebut juga mengungkapkan bahwa siswa yang memperoleh nilai minimal 60 adalah sebanyak 26 orang atau sebesar 81,25% dengan nilai rata-rata 66,93. Artinya, kemampuan berpikir kritis matematik siswa secara klasikal meningkat sebesar 81,25% dibandingkan dengan hasil pada tes awal, dimana pada tes awal tidak ada seorangpun siswa yang memperoleh nilai minimal 60 atau sebesar 0% dengan nilai rata-rata 29,46. Hasil evaluasi tindakan siklus I, terlampir (lampiran 15 :176-177).
e. Refleksi
Pada tahap ini, peneliti dan guru secara kolaboratif mendiskusikan kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada pelaksanaan tindakan siklus I untuk kemudian diperbaiki pada tindakan siklus II. Pada tindakan siklus I, penerapan Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek sudah cukup maksimal walaupun masih ada hal-hal yang belum terlaksana. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata ketuntasan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru yang diikuti oleh siswa yang telah mencapai 84,38% (Lampiran 16:178). Akan tetapi, Persentase ini belum memenuhi indikator kinerja yang diharapkan yaitu 90%. Oleh karena itu, dari segi proses tindakan belum dapat dikatakan berhasil.
Berdasarkan hasil observasi, hal utama penyebab tidak tuntasnya pelaksanaan pembelajaran terletak pada aspek interaksi antar siswa dan aktivitas siswa, utamanya tidak adanya presentase kelompok yang menjadi sarana penting bagi siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan/komentar kepada peserta didik lain. Selain itu, masih adanya siswa yang pasif dalam kegiatan kelompok.
Berdasarkan hasil evaluasi tindakan siklus I, tahapan berpikir kritis siswa meningkat 100% dari tes awal meskipun masih ada siswa yang peningkatanya tidak signifikan. Selanjutnya, kemampuan berpikir kritis matematik siswa secara klasikal menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan yakni mencapai 81,25 % dengan rata-rata 66,93. Persentase ini telah memenuhi indikator kinerja dari segi hasil seperti yang diharapkan yaitu minimal 75 % siswa memperoleh nilai minimal 60.
Meskipun hasil evaluasi telah mencapai indikator kinerja yaitu 75% memperoleh nilai minimal 60, akan tetapi untuk melihat sejauhmana peningkatannya, penelitian ini tatap akan dilajutkan pada siklus II dan tentunya kekurangan-kekurangan pada siklus I akan diperbaiki.
3. Tindakan Siklus II
a. Perencanaan
Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan yaitu merancang Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP), membuat lembar observasi dan pedoman wawancara pasca-observasi serta membuat soal-soal tes kemampuan berpikir kritis matematik siswa untuk tindakan siklus II.
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada tindakan siklus I, maka peneliti bersama guru merencanakan tindakan siklus II agar kekurangan-kekurangan yang terdapat pada tindakan siklus I dapat diminimalkan, sehingga diharapkan tindakan silkus II mengalami penyempurnaan. Oleh karena itu, terdapat beberapa hal yang masih perlu mendapat perhatian guru yang masih dapat dimaksimalkan pelaksanaannya antara lain:
1) Guru hendaknya lebih mengoptimalkan kegiatan dikusi antar kelompok agar siswa terlatih untuk bertanya, mengemukakan pendapat ataupun menanggapi pertanyaan.
2) Presentase kelompok harus diupayakan untuk dilaksanakan pada setiap pertemuan karena kegiatan ini akan menjadi wadah bagi siswa untuk dapat berdiskusi dengan temannya dari kelompok lain.
3) Pada setiap akhir pembelajaran, penarikan kesimpulan dan pemberian tugas harus selalu dilaksanakan.


b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru matematika kelas X-1 SMA Negeri 4 Kendari sedangkan peneliti bertindak sebagai observer. Peneliti mengamati kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Tindakan siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 17 November 2009 di ruang kelas pembelajaran biasa, dengan menggunakan laptop dan LCD sebagai alat bantu. Pada pertemuan ini, ada 11 laptop yang tersedia sehingga setiap kelompok terdiri dari 2 sampai 3 orang siswa.
Pembelajaran ini diawali dengan mengucapkan salam dan menanyakan siswa yang tidak hadir pada ketua kelas, kemudian guru membuka pembelajaran dengan menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Secara umum, kesiapan siswa untuk belajar tampak baik, hal ini terlihat tidak adanya siswa yang terlambat masuk kelas dan siswa telah duduk dalam kelompoknya masing-masing dengan rapi. Selanjutnya, melalui kegiatan tanya jawab guru mengingatkan kembali tentang materi pembelajaran sebelumnya dan memberikan motivasi belajar kepada siswa. Siswa menjawab pertanyaan dan memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Selanjutnya, guru membahas soal-soal tes siklus I yang belum dapat dijawab dengan baik oleh siswa, yaitu tentang grafik fungsi kuadrat dan pemahaman siswa tentang bilangan Real. Sekali lagi, pada pertemuan ini guru lupa menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan berikutnya adalah guru mengarahkan siswa untuk secara berkelompok melakukan kegiatan 1.3 pada LKS 2.1 (Lampiran 7:128-132), yaitu menggambar grafik secara manual, menarik kesimpulan dari kegiatan yang mereka lakukan, kemudian dengan bantuan derive siswa diarahkan untuk menemukan sendiri sifat-sifat grafik fungsi kuadrat y = a(x-h)2 + k. Ketika melakukan kegiatan 1.3, diskusi dan kerjasama siswa dalam kelompok dan antar kelompok berlangsung sangat baik, walaupun masih ada siswa yang pasif. Ada kelompok yang memberikan informmasi kepada kelompok lain yang datang bertanya ke kelompoknya, salah satunya adalah kelompok 1 yang memberikan informasi kepada kelompok 6 dan 11. Selain itu, siswa juga aktif bertanya kepada guru ketika guru berkeliling memperhatikan siswa dalam menyelesaikan LKS 2.1 dan memberikan bimbingan seperlunya. Akan tetapi, masih ada siswa yang sibuk sendiri dengan laptopnya.
Guru selanjutnya memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasekan hasil kerja kelompoknya, karena tidak ada siswa yang angkat tangan, maka guru menunjuk kelompok 3. Setelah perwakilan kelompok 3 selesai mepresentasekan hasil kerja kelompoknya, guru memberi kesempatan kepada siswa dari kelompok lain untuk mengajukan pertanyaan. Ada 2 orang siswa yang bertanya utamanya tentang kesimpulan kegiatan 1.3 dan sifat-sifat grafik fungsi kaudrat y = a(x-h)2 + k. Perwakilan kelompok penyaji menjawab pertanyaan tersebut dengan baik, tetapi masih dibantu oleh guru. Selanjutnya guru mengarahkan siswa untuk memberikan penghargaan kepada kelompok penyaji.
Kegiatan berikutnya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan soal-soal menantang. Akan tetapi karena tidak ada siswa yang angkat tangan, maka guru memberikan 1 contoh penyelesaian soal-soal menantang yang ada pada LKS 2.1 (Lampiran 7:132). Siswa sangat antusias memperhatikan penjelasan guru. Selanjutnya guru memberikan contoh soal lain yang mirip dengan yang telah dibahas, kemudian memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikannya. Ada beberapa siswa yang mengangkat tangan, tetapi guru hanya memberikan kesempatan kepada salah seorang siswa untuk maju ke papan tulis dan menyelesaiakan soal tersebut sedangkan siswa lain memperhatikan dengan baik. Selanjutnya guru memberi penghargaan kepada siswa tersebut, kemudian memberi kesempatan kepada siswa lain untuk bertanya tetapi tidak ada siswa yang bertanya. Kemudian guru menyampaikan kepada siswa bahwa soal menantang nomor 2 pada LKS 2.1 dijadikan sebagai PR.
Kegiatan terakhir adalah guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan dan siswa mencatat kesimpulan yang diperoleh. Selanjutnya guru melaksanakan kuis akhir pembelajaran, siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya setelah bel akhir pembelajaran berbunyi. Pembelajaran ini ditutup oleh guru dengan salam dan mengingatkan kembali tentang PR untuk pertemuan berikutnya.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 20 November 2009, dengan 11 laptop dan LCD sebagai alat bantu. Pembelajaran ini diawali dengan mengucapkan salam kemudian menanyakan kesiapan siswa untuk belajar, selain itu guru menanyakan siswa yang tidak hadir pada ketua kelas. Secara umum kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran sudah baik, hal ini tampak dari tidak adanya siswa yang terlambat masuk kelas dan siswa telah duduk dengan rapi dalam kelompoknya masing-masing.
Guru membuka pelajaran dengan membahas PR yakni dengan menunjuk salah seorang siswa untuk menyelesaikannya di papan tulis. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa lain untuk mengajukan jawabannya jika berbeda dengan jawaban temannya yang ada di papan tulis, tetapi tidak ada siswa yang berbeda jawabannya. Kemudian guru melanjutkan pembelajaran dengan memberikan apersepsi melalui kegiatan tanya jawab. Selanjutnya guru memberikan motivasi dan menyampaikan bahwa pertemuan berikutnya akan diadakan ulangan harian kedua untuk materi fungsi kuadrat, sehingga siswa harus belajar dengan baik.
Kegiatan berikutnya adalah guru memberikan petunjuk dan mengarahkan siswa untuk menyelesaikan LKS 2.2 (Lampiran 7:133-135) secara berkelompok. Ada siswa yang tidak mengerti tentang cara mengubah fungsi kuadrat y = ax2 + bx + c kedalam bentuk y = a(x-h)2 +k sehingga guru menjelaskannya di papan tulis. Kemudian guru mengarahkan kepada siswa untuk melanjutkan pekerjaannya menyelesaikan LKS 2.2.
Secara umum, diskusi dan kerjasama antar kelompok maupun antar kelompok dalam menyelesaikan masalah pada LKS 2.2 berlangsung sangat baik, siswa juga aktif bertanya kepada guru utamanya tentang soal-soal menantang. Siswa sangat antusias untuk menyelesaikan sendiri soal-soal menantang yang ada pada LKS 2.2, walaupun masih ada siswa yang main-main di belakang dan hal ini tidak tampak oleh guru karena guru masih memberikan bimbingan kepada kelompok lain.
Kegiatan berikutnya adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasekan hasil kerja kelompoknya di papan tulis. Ada tiga kelompok yang angkat tangan, tetapi guru hanya menunjuk kelompok 10. Setelah kelompok 10 selesai mempresentasekan hasil kerja kelompoknya, guru memberi kesempatan kepada siswa lain untuk bertanya kepada kelompok penyaji tetapi tidak ada siswa yang bertanya karena siswa sudah mengerti dengan apa yang telah dipresentasekan oleh kelompok penyaji. Selanjutnya guru memberikan contoh soal tambahan yang mirip dengan contoh pada LKS 2.2 halaman 134 untuk diselesaikan oleh siswa yaitu menggambar grafik fungsi secara manual. Secara umum siswa telah mampu menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru, walaupun masih tetap ada siswa yang main-main di belakang.
Kegiatan berikutnya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan soal-soal menantang pada LKS 2.2 (Lampiran 7:135) ada satu orang siswa dari kelompok 2 yang angkat tangan dan guru langsung memberikan kesempatan kepada siswa tersebut untuk menyelesaikan soal no 1 di papan tulis. Siswa lain memperhatikan dengan baik ketika temannya menuliskan jawabannya, guru memberikan sedikit arahan kepada siswa tersebut karena rumus yang digunakannya masih keliru. Selanjutnya guru memberi kesempatan kepada siswa lain untuk bertanya, secara umum siswa mengaku masih bingung dengan jawaban temannya, sehingga guru langsung memberikan penguatan bahwa jawaban temannya di papan tulis sudah betul, hanya saja masih ada beberapa kekeliruan dan guru langsung memperbaikinya. Tidak lupa, guru memberikan penghargaan atas jawaban dari siswa yang maju ke papan tulis. Selanjutnya guru menyampaikan bahwa soal menantang nomor 2 dan 3 pada LKS 2.2 dijadikan sebagai PR.
Kegiatan terakhir adalah guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan kemudian guru mengadakan evaluasi akhir pembelajaran. Setelah siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya, selanjutnya guru mengingatkan kembali kepada siswa bahwa pertemuan berikutnya akan dilaksanakan ulangan harian kedua untuk materi Fungsi Kuadrat.
c. Observasi
Hasil observasi terhadap guru menunjukan hal-hal sebagai berikut:
1) Pertemuan Pertama
Secara umum pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada pertemuan ini sudah berlangsung dengan sangat baik sesuai rencana perbaikan pembelajaran yang telah dibuat. Waktu pembelajaran juga terorganisir dengan baik oleh guru, begitu pula presentase kelompok yang berlangsung pada pertemuan ini dapat menimbulkan diskusi kelompok yang cukup baik, walaupun masih ada siswa yang pasif. Akan tetapi guru lupa memberikan motivasi kepada siswa-siswa yang pasif dan tidak serius dalam melakukan kegiatan kelompok.
Secara umum ketuntasan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan diikuti oleh siswa pada pertemuan ini mencapai 96,88% (Lampiran 16:178).
2) Pertemuan Kedua
Seperti halnya pada pertemuan pertama, secara umum pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada pertemuan ini juga berlangsung dengan sangat baik dan sesuai rencana perbaikan pembelajaran yang telah dibuat. Pengorganisasian waktu juga sangat baik, walaupun presentase kelompok yang berlangsung tidak berlangsung baik seperti pertemuan pertama, karena tidak ada siswa yang menanggapi hasil presentase temannya, hal ini disebabkan karena secara umum siswa sudah mengerti dengan materi presentasenya.
Secara umum ketuntasan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan diikuti oleh siswa pada pertemuan ini mencapai 100% (Lampiran 16:178)
Hasil observasi terhadap siswa menunjukan hal-hal sebagai berikut:
1) Pertemuan Pertama
Secara umum, kesiapan siswa secara fisik maupun psikis pada pertemuan ini tampak baik. Hal ini terlihat ketika guru memasuki ruang kelas, siswa telah berada dalam kelas dengan keadaan rapi, selain itu ketika guru memberikan apersepsi siswa sangat antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru. Begitu pula kerjasama dan diksusi dalam kelompok maupun antar kelompok dalam menyelesaikan tugas juga berlangsung dengan baik.
Kemampuan siswa untuk menggali dan mengolah sendiri informasi melalui LKS dan dengan bantuan derive sudah baik, siswa sudah dapat mandiri dalam menemukan sendiri konsep yang sedang dibahas meskipun masih ada beberapa kelompok siswa yang membutuhkan bimbingan dari guru. Selain itu, kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara lisan ataupun tertulis serta mempresentasekan hasil kerja kelompoknya sudah mulai mengalami perkembangan. Walaupun masih ada beberapa siswa yang pasif, tetapi secara umum mereka memperhatikan jalannya presentase kelompok dengan baik. Pada saat presentase kelompok, proses tanya jawab antar siswa sudah berlangsung dengan baik.
2) Pertemuan Kedua
Seperti halnya pada peretemuan pertama, secara umum kesiapan siswa secara fisik maupun psikis pada pertemuan ini tampak baik. Begitu pula ketika guru memberikan apersepsi, siswa sangat antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru.
Kerjasama dan diksusi dalam kelompok maupun antar kelompok dalam menyelesaikan tugas juga berlangsung dengan baik. Kemampuan siswa untuk menggali dan mengolah sendiri informasi melalui LKS dan dengan bantuan derive sudah baik, siswa sudah dapat mandiri dalam menemukan sendiri konsep yang sedang dibahas meskipun masih ada beberapa kelompok siswa yang membutuhkan bimbingan dari guru.
Kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara lisan ataupun tertulis serta mempresentasekan hasil kerja kelompoknya sudah baik. Walaupun masih tetap ada beberapa siswa yang pasif, tetapi secara umum mereka memperhatikan jalannya presentase kelompok dengan baik. Akan tetapi, pada pertemuan ini proses tanya jawab antar siswa ketika presentase tidak terjadi, hal ini disebabkan karena secara umum siswa sudah mengerti dengan materi presentase tersebut.
d. Evaluasi
Evaluasi tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 24 November 2009. Evaluiasi ini dilakukan untuk melihat sejauhmana peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa kelas X-1 SMA Negeri 4 Kendari setelah guru menerapkan Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek, khususnya pada materi pembelajaran Fungsi Kuadrat. Hasil evaluasi siklus II ini mengungkapkan bahwa siswa yang tahapan berpikirnya sampai pada tahap 4 untuk soal nomor 1,2,3 dan 4 berturut-turut adalah 43,75%; 28,13%; 15,63% dan 12,50% (Lampiran 12:172). Walaupun hasil evaluasi siklus II ini meningkat 100% dari tes awal, namun secara umum 62,50% siswa mengalami penurunan tahapan berpikir jika dibandingkan dengan hasil evaluasi siklus I (Lampiran 14:175).
Berdasarkan hasil evaluasi siklus II, walaupun hasil yang diperoleh telah memenuhi indikator kinerja yang telah ditetapkan, tetapi kemampuan berpikir kritis matematik siswa menurun sebesar 3,12% dari siklus I, yakni dari 81,25% menjadi 78,13% dimana siswa yang memperoleh nilai minimal 60 berkurang dari 26 orang menjadi 25 orang. Begitupula nilai rata-ratanya menurun dari 66,93 menjadi 64,36. Hasil evaluasi tindakan siklus II, terlampir (Lampiran 15:176-177). Selanjutnya, pada hari Rabu, 25 November 2009 ketika peneliti mengadakan wawancara singkat dengan siswa tentang kurangnya nilai yang mereka peroleh, secara umum siswa-siswa mengaku bahwa mereka kurang belajar karena pada hari yang sama ada tiga ulangan harian dari tiga mata pelajaran yang harus mereka ikuti.
e. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi, pelaksanaan pembelajaran pada Siklus II menunjukkan hasil yang baik, yakni ketuntasan rencana perbaikan pembelajaran mencapai 98,45%, akan tetapi karena penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang bercirikan perbaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil dari proses pembelajaran itu, maka secara umum pelaksanaan tindakan pada siklus II ini belum dapat dikatakan berhasil, karena meskipun telah memenuhi indikator kinerja yang telah ditetapkan tetapi terjadi penuruna tahapan berpikir kritis siswa sebesar 62,5% dari evaluasi siklus I ke siklus II. Akibatnya, nilai dari kemampuan berpikir kritis matematim siswa juga menurun dari siklus I ke siklus II sebesar 3,12%, yakni siswa yang memperoleh nilai minimal 60 berkurang dari 81,25% menjadi 78,13%.
Bertitik tolak dari adanya penurunan hasil evaluasi tindakan siklus II ini, seyogyanya penelitian tindakan kelas ini dilanjutkan pada siklus III, akan tetapi karena materi pelajaran telah habis, maka penelitian ini dihentikan sampai pada siklus II. Dengan demikian hipotesis tindakan yaitu bahwa kemampuan berpikir kritis matematik siswa kelas X-1 SMA Negeri 4 Kendari pada materi pembelajaran Fungsi Kuadrat dapat ditingkatkan melalui Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek, belum dapat dikatakan tercapai.


B. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas dua siklus, siklus I terdiri atas tiga pertemuan sedangkan siklus II terdiri atas tiga pertemuan. Materi pembelajaran dalam penelitian ini berkaitan dengan materi Fungsi Kuadrat yakni pada siklus I membahas tentang pengertian, rumus dan nilai fungsi, grafik fungsi kuadrat y = ax2 serta grafik fungsi kuadrat y = ax2 + c sedangkan pada siklus II membahas tentang grafik fungsi kuadrat y = a(x-h)2 dan grafik fungsi kuadrat y = ax2 + bx + c serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penelitian ini, siswa belajar melalui Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek, dimana siswa dikondisikan untuk melakukan proses berpikir kritis yakni melalui pengamatan, mengklasifikasi, membuat analogi, menganalisis dan membuat kesimpulan untuk menemukan sendiri konsep dan prinsip matematika, khususnya konsep dan prinsip matematika pada materi pembelajaran fungsi kuadrat.
Proses pengolahan informasi untuk menemukan sendiri konsep dan prinsip matematika tersebut berlangsung dalam kelompok-kelompok kecil dengan petunjuk yang telah disajikan dalam LKS dan program derive.6 sebagai alat bantu. Kegiatan penemuan konsep dan prinsip-prinsip tersebut, selain melalui diskusi kerjasama dalam kelompok juga dapat terjadi melalui kerjasama dan diskusi antar kelompok.
Sebelum dilaksanakan tindakan silklus I, terlebih dahulu para siswa diberikan tes awal untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematik siswa kelas X-1 SMA Negeri 4 Kendari sebelum diterapkan Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek. Hasil tes awal ini digunakan pula sebagai patokan pembagian kelompok siswa pada proses pembelajaran, khususnya ketika melaksanakan pembelajaran sibernetik teori-praktek. Hasil tes awal menunjukkan bahwa tahapan berpikir kritis siswa hanya sampai pada tahap 2 yakni untuk soal nomor 1,2,3 dan 4 berturut-turut adalah 12,50%; 0%; 90,63% dan 9,38% (Lampiran 12:169). Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis tes awal ini diperoleh pula bahwa kemampuan berpikir kritis matematik siswa masih sangat rendah yaitu tidak ada siswa yang memperoleh nilai minimal 60 dengan rata-rata 29,46 (Lampiran 15:176-177).
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I diperoleh bahwa penerapan Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek sudah cukup maksimal walaupun masih mengalami beberapa hambatan, seperti padamnya lampu. Selain itu ada beberapa langkah pembelajaran yang tidak dilakukan oleh guru seperti penyampaian tujuan pembelajaran, presentase kelompok, penarikan kesimpulan pelaksanaan kuis akhir pembelajaran dan pemberian PR. Di pihak lain, ada beberapa siswa yang tidak serius dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu diskusi dan kerja sama siswa dalam menyelesaikan tugas baik dalam kelompok maupun antar kelompok belum berlangsung dengan baik.
Berdasarkan hasil evaluasi siklus I ini, diperoleh bahwa telah ada siswa yang tahapan berpikir kritisnya sampai pada tahap 4 yakni untuk soal nomor 1,2,3 dan 4 persentase jumlah siswa yang mencapai tahap itu berturut-turut adalah 43,75%; 31,25%; 37,50% dan 3,13% (Lampiran 12:171). Selanjutnya, jika dilihat pada perubahan jumlah siswa yang mencapai setiap tahapan pemikiran pada setiap item soal, tampak adanya peningkatan yang cukup signifikan dari hasil tes awal ke siklus I, utamanya untuk soal nomor 1,2 dan 4 sedangkan untuk soal nomor 3, peningkatan yang signifikan hanya terjadi pada tahap 3 dan 4 dimana pada tes awal tidak ada siswa yang mencapai tahap 3 dan 4 sedangkan pada evaluasi siklus I 78,13% siswa mencapai tahap 3 dan 37,50% mencapai tahap 4. Grafik perubahan tahapan berpikir kritis siswa dari tes awal ke evaluasi siklus I untuk setiap item soal terlampir (Lampiran 13:173-174). Hasil evaluasi tindakan pada siklus I ini menunjukkan bahwa secara umum, tahapan berpikir kritis siswa meningkat 100% dari tes awal, meskipun masih beberapa ada siswa yang peningkatan tahapan berpikir kritisnyanya tidak signifikan.
Berdasarkan hasil tes siklus I ini diperoleh pula bahwa kemampuan berpikir kritis matematik siswa secara klasikal sebesar 81,25% atau sebanyak 26 orang siswa yang memperoleh nilai minimal 60 dengan rata-rata 66,93 (Lampiran 15:176). Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan dari tes awal sebesar 81,25%, dimana tes awal menunjukkan kemampuan berpikir kritis matematik siswa adalah 0% dengan rata-rata 29,46. Selanjutnya, berdasarkan hasil observasi, ketuntasan pelaksanaan rencana pelaksanaan/perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru mencapai 84,38% (Lampiran 16:178).
Hasil observasi dan evaluasi tindakan siklus I di atas menunjukkan bahwa dari segi proses tindakan yang dilakukan tidak berhasil karena pelaksanaan RPP belum mencapai indikator kinerja yakni 90%, akan tetapi dari segi hasil dapat dikatakan berhasil karena telah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan yakni 75% siswa memperoleh nilai minimum 60 secara perorangan. Oleh karena itu, penelitian ini dilanjutkan pada siklus II untuk melihat bagaimana perubahan kemampuan berpikir kritis matematik siswa dengan menerapkan Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek khususnya pada materi pembelajaran Fungsi Kuadrat dan tentunya tetap melihat beberapa kekurangan yang terjadi pada siklus I sehingga dapat diupayakan untuk diperbaiki pada siklus II.
Pada tindakan siklus II, pembelajaran sibernetik teori-praktek yang dilakukan oleh guru sudah berlangsung dengan sangat baik, kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I sudah diperbaiki. Meskipun kegiatan diskusi pada saat presentase kelompok masih kurang baik, tetapi secara umum kegiatan siswa sudah berlangsung dengan baik. Misalnya siswa telah mampu secara mandiri dalam menggali dan mengolah informasi dari LKS begitu pula kerjasama dan diskusi dalam kelompok maupun antar kelompok sudah berlangsung dengan baik meskipun masih ada siswa yang pasif.
Berdasarkan hasil evaluasi siklus II ini, diperoleh bahwa siswa yang tahapan berpikir kritisnya sampai pada tahap 4 yakni untuk soal nomor 1,2,3 dan 4 berturut-turut adalah 43,75%; 28,13%; 15,63% dan 12,50%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sukar soalnya, semakin sedikit siswa yang tahap berpikir kritisnya sampai pada tahap 4, dan secara umum siswa masih mengalami kesulitan menyelesaikan soal cerita meskipun model soal tersebut telah dibahas di kelas. Selain itu, pola jawaban siswa masih tergantung dengan jawaban yang diberikan oleh guru pada saat proses pembelajaran di kelas. Grafik perubahan tahapan berpikir pada setiap item untuk evaluasi siklus II terlampir (Lampiran 12:172). Selanjutnya, jika dilihat pada perubahan jumlah siswa yang mencapai setiap tahapan pemikiran dari Evaluasi siklus I ke siklus II untuk setiap item soal, tampak bahwa untuk soal nomor 1 ada peningkatan tahapan berpikir kritis siswa dari siklus I ke siklus II, khususnya pada tahap 2 dan 3 yaitu untuk tahap 2 meningkat 6,25% yakni dari 93,75% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II. Sedangkan untuk tahap 3 meningkat 9,37% yaitu dari 90,63% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II. Akan tetapi, tidak seperti pada soal nomor 1, terjadi penurunan tahapan berpikir kritis siswa pada soal nomor 2,3 dan 4, kecuali pada soal nomor 4 untuk tahap 4 terjadi peningkatan sebesar 9,37% yaitu dari 3,13% pada siklus I menjadi 12,5% pada siklus II. Data tentang perubahan tahapan berpikir kritis siswa dari evaluasi siklus I ke siklus II untuk setiap item soal terlampir (Lampiran 13:173-174). Terjadinya menurunan tahapan berpikir khususnya pada soal nomor 2,3 dan 4 ini dapat disebabkan karena materi yang dipelajari pada siklus II lebih rumit dari pada siklus I sehingga soal-soal evaluasi siklus II juga lebih sulit. Misalnya, pada siklus II terdapat soal cerita yang tentunya lebih menekankan pada pemahaman konsep, sedangkan pada siklus I tidak ada. Jadi, hasil evaluasi siklus II ini menunjukkan bahwa tahapan berpikir kritis siswa meningkat 100% dari tes awal, akan tetapi jika dibandingkan dengan hasil evaluasi siklus I diperoleh bahwa 62,50% siswa mengalami penurunan tahapan berpikir. Analisis tentang perubahan tahapan berpikir kritis siswa secara umum dari tes awal, siklus I ke siklus II terlampir (Lampiran 14:175).
Selanjutnya, berdasarkan hasil evaluasi tindakan siklus II ini tampak bahwa kemampuan berpikir kritis matematik siswa telah memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan yakni secara klasikal sebesar 78,13% atau sebanyak 25 orang siswa yang memperoleh nilai minimal 60 dengan rata-rata 64,36 (Lampiran 15:176). Akan tetapi, hal ini menunjukkan terjadinya penurunan dari evaluasi siklus I sebesar 3,12%, dimana hasil evaluasi siklus I menunjukkan kemampuan berpikir kritis matematik siswa adalah 81,25% dengan rata-rata 66,93. Penurunan hasil evaluasi siklus II ini berbanding terbalik dengan ketuntasan pelaksanaan rencana perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dimana pada siklus II ini keterlaksanaan RPP meningkat 14,07% dari siklus I, yakni pada siklus II mencapai 98,45% sedangkan pada siklus I hanya mencapai 84,38% (Lampiran 16:178). Oleh karena itu, maka pada hari Rabu, 25 November 2009 peneliti melakukan dikususi dengan beberapa orang siswa dan terungkap bahwa penyebab utama menurunnya hasil evaluasi tindakan siklus II ini adalah terpecahnya konsentrasi belajar siswa karena pada hari yang sama, ada tiga ulangan harian dari tiga mata pelajaran yang harus diikuti oleh siswa.
Berdasarkan hasil evaluasi siklus II di atas, seyogyanya penelitian tindakan kelas ini dilanjutkan pada siklus III, akan tetapi karena materi pelajaran telah habis, maka penelitian ini dihentikan sampai pada siklus II. Dengan demikian hipotesis tindakan bahwa kemampuan berpikir kritis matematik siswa kelas X-1 SMA Negeri 4 Kendari pada materi pembelajaran Fungsi Kuadrat dapat ditingkatkan melalui Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek, belum dapat dikatakan tercapai.



BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematik siswa kelas X-1 SMA Negeri 4 Kendari pada materi pembelajaran Fungsi Kuadrat belum dapat ditingkatkan melalui Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek. Hal ini disebabkan karena pada evaluasi siklus II jumlah siswa yang memperoleh nilai minimal 60 menurun 3,12% dari siklus I, yakni pada siklus I mencapai 81,25% atau sebanyak 26 dengan rata-rata 66,93 sedangkan pada siklus II hanya mencapai 78,13% atau sebanyak 25 orang dengan rata-rata 64,36. Selain itu, tahapan berpikir kritis matematik siswa pada siklus II tersebut juga menurun jika dibandingkan dengan siklus I, yakni secara umum terdapat 20 orang siswa atau 60,50% yang tahapan berpikir kritisnyanya menurun. Penurunan hasil evaluasi siklus II ini berbanding terbalik dengan ketuntasan pelaksanaan rencana perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dimana pada siklus II ini keterlaksanaan RPP meningkat 14,07% dari siklus I, yakni pada siklus II mencapai 98,45% sedangakan pada siklus I hanya mencapai 84,38%. Setelah mengadakan sedikit diskusi dengan siswa pada kelas tersebut, peneliti menduga bahwa penyebab utama terjadinya penurunan hasil evaluasi ini adalah karena pada hari yang sama, ada tiga ulangan harian yang harus dijalani oleh siswa sehingga siswa kurang belajar.
Meskipun hasil evaluasi siklus II ini mencapai indikator kinerja yaitu dan meningkat jika dibandingkan dengan tes awal, dimana pada tes awal ini siswa yang memperoleh nilai minimal 6,0 adalah 0% dengan rata-rata 29,46. Tetapi karena hasil evaluasi siklus II tersebut menurun dari hasil evaluasi siklus I maka tindakan yang dilakukan pada penelitian ini belum dapat dikatakan berhasil.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti nenyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Kepada pihak sekolah agar laboratorium komputasi dapat dikelola dengan lebih baik sehingga akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
2. Kepada guru bidang studi matematika agar Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek diterapkan lebih lanjut untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
3. Kepada siswa-siswa agar dapat lebih secara mandiri mengembangkan potensinya dan memanfaatkan dengan baik waktu dan fasilitas laboratorium komputer yang tersedia dan mengurangi kegiatan yang kurang bermanfaat.





DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Idham. 2008. Belajar dan Pempelajaran. Tersedia: http://poshanuazwar. blogspot.com/2008/05/belajar-dan-pembelajaran.html [Akses internet Juli 2009].
Anonim. 2009. Diktat Mata Kuliah Struktur Aljabar 1. Kendari: Universitas Haluoleo.
Brookfield, S. D. (1987). Developing Critical Thinkers. San Fransisco: Jossey-Bass
Budiningsih, Asri C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Bullen, M. 1997. A Case Study of Participation and Critical Thinking in a University Level Course Delivered by Computer Conferencing. Tersedia: http://www2. cstudies . ubc.ca/~bullen/Diss/thesis.doc [Akses internet Juli 2009].
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dubinsky, Ed. 2001. A Theory of Learning in College Mathematics Course. Tersedia:http://www.mathstore.ac.uk/newsletter/may2001/pdf/learning.pdf [Akses internet Juli 2009].
Engstrom, Lil. 2003. Teacher’s Role when using the Computer in Mathematics Education. Tersedia: http://www.vxu.se/msi/picme10/L5EL.pdf [Akses internet Juli 2009].
Garrison. D. R., Anderson, T. & Archer, W. 2001. Critical Thinking and Computer Conferencing: A Model and Tool to Assess Cognitive Presence. Tersedia:http://communitiesofinquiry.com/documents/CogPresFinal.pdf. [Akses internet Juli 2009].
Hasyim, Hadi Muttaqin. 2009. Tujuan pembelajaran Matematika. Tersedia: http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/06/14/tujuan-pembelajaran-matematika/. [Akses internet Februari 2010].
Indriani, Gina. 2007. Think Smart Matematika. Bandung: Grafindo Media Pratama. Tersedia: http://books.google.co.id/books?id=UVWlIsmafEQC&pg=PA17& dq=FUNGSI+KUADRAT&cd=7#v=onepage&q=BAB%202&f=true [Akses internet Februari 2010]
Istiyanto. 2008. Modul Matematika untuk SMA. Tersedia: http://istiyanto.com/wp-content/uploads/2008/07/modul_matematika_fungsi-kuadrat.pdf) [Akses internet Februari 2010].
Launch Pad. 2001. Thinking Skill. Westminster Institute of Education. Oxford Brookes University.
Mandiri, Noor. 2007. Matematika untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Maulana. 2008. Pendekatan Metakognitif Sebagai Alternatif Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Krtis Mahasiswa PGSD. Tersedia: http://hidup-penuh-perjuangan.blogspot.com/2008/11/ pendekatan-metakognitif-sebagai.html [Akses Internet Januari 2010]
Mukhlis, Abdul. 2001. Penelitian Tindakan Kelas Konsep Dasar dan Langkah-Langkah. Depdiknas, Universitas Negeri Surabaya.
Norris, S.P. & Ennis, R. 1989. Evaluating Critical Thinking (dalam R.J. Schwartz & D. N. Perkins (Eds), The Practitioners' Guide to Teaching Thinking Series. Pacific Grove, California: Midwest Publications.
Purcell dan Varberg. 1984. Kalkulus dan Geometri Analitis Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Ruseffendi, E.T. 1984. Dasar-Dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru. Bandung: Tarsito.
Rustantiningsih. 2008. Implikasi pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran. Tersedia: http://re-searchengines.com/rustanti30708.html [Akses internet Januari 2010].
Sartono, Wirodikromo. 2006. Matematika untuk SMA Kelas X. Erlangga: Jakarta.
Simundza, Gary. 2000. The Fifth Rule: Experiential Mathematics. Tersedia: http:// www.oswego.edu/nsf-precalc/Fifthrul_SIMUNDZA.pdf [Akses internet Juli 2009]
Siswono, Tatag Yuli Eko. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa.Tersedia:http://suaraguru.Wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/ [Akses internet Juli 2009].
Sukamto,T., Wardani, I.G.A.K., dan Winataputra, U.S. 1993. Prinsip Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ditjen Dikti.
Sukino. 2006. Matematika Untuk SMA Kelas X. Erlangga: Jakarta.
Sumardyono. 2004. Karakteristik Matematika dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Matematika. Tersedia: http://p4tkmatematika.org/downloads /ppp/PPP04_KarMtk.pdf [Akses internet Januari 2010]
Suyanto. 2008. Relasi dan Fungsi. Tersedia: http://www.google.co.id/search?hl=id&q =perbedaan+fungsi%2C+relasi+dan+pemetaan&btnG=Telusuri&meta. [Akses internet Juli 2009]
Wahiddin, Didin. 2008. Berpikir Kritis dan Pengembangannya.Tersedia: http://didin-uninus.blogspot.com/2008/03/berpikir-kritis-dan-pengembangannya.html [Akses Internet Januari 2010]
Wardhani, Inne. 2006. Efektifitas Penggunaan Komputer dalam Pembelajaran Matematika Interaktif Model Tutorial untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Motovasi Belajar Matematika Siswa. (Suatu Penelitian terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Tarogong Kidul Garut pada Pokok Bahasan Peluang). Tersedia: http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0705106-112428/unrestricted.pdf/ [Akses internet juli 200].
Yahya dkk. __. Matematika Dasar untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Ghalia indonesia.
Yulianti, Lia. 2009. Pengertian Pembelajaran. Tersedia: http://gurulia.wordpress.com/ 2009/03/25/pengertian-pembelajaran/ [Akses internet Januari 2010]









Lampiran 1
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 4 KENDARI

No Uraian Kegiatan Waktu Pelaksanaan Keterangan
1 Kegiatan pendahuluan
a. Observasi/Wawancara awal
b. Tes pra penelitian
Selasa, 23 Juni 2009
Jumat, 17 juli 2009
2 Seminar proposal Rabu, 29 juli 2009
3 Tes Awal Selasa, 20 Oktober 2009 10.25-11.55
4 Pelaksanaan tindakan siklus I
a. Pertemuan pertama
b. Pertemuan kedua
c. Pertemuan ketiga
d. Evaluasi siklus I
Selasa, 27 Oktober 2009
Selasa, 03 November 2009
Jumat, 06 Novembar 2009 Jumat, 13 November 2009
10.25-11.55
10.25-11.55
09.45-11.15
09.45-11.15
5 Pelaksanaan tindakan siklus II
a. Pertemuan pertama
b. Pertemuan kedua
c. Evaluasi siklus II
Selasa, 17 November 2009
Jumat, 20 November 2009
Selasa, 24 November 2009
10.25-11.55
09.45-11.15
10.25-11.55







Lampiran 2
SILABUS

Nama Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : MATEMATIKA
Kelas , Semester : X . 1
Standar Kompetensi : 1. Menggunakan operasi dan sifat serta manipulasi aljabar dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan bentuk pangkat, akar dan logaritma, persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat, sistem persamaan linear, kuadrat, pertidaksamaan satu variabel, logika matematika.

Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian Materi Indikator Pencapaian Pengalaman Belajar Penilaian Alokasi Waktu Sumber / Bahan
Jenis Tagihan Bentuk Instrumen Contoh Instrumen
1 2 3 4 5 6 7 8 9

1.3 Menggunakan sifat dan aturan tentang akar persamaan kuadrat, diskriminan, sumbu simetri dan titik puncak damal pemecahan masalah
Fungsi Kuadrat

o Grafik Fungsi Kuadrat


o Mengidentifikasi ciri-ciri relasi yang merupakan fungsi
o Menentukan nilai suatu fungsi
o Menentukan persamaan sumbu simetri dan koordinat titik puncak grafik fungsi kuadrat

• Mengidentifikasi ciri-ciri relasi yang merupakan fungsi
• Menentukan nilai suatu fungsi
• Menentukan persamaan sumbu simetri pada fungsi kuadrat
• Menentukan koordinat titik puncak fungsi kuadrat

TI




URO




Terlampir
6 X 45’
Sartono, 2003, Matematika Ib, Erlangga

Tim Penyusun soal, 2003, PR Matematika, Intan Pariwara
o Menggambar grafik fungsi kuadrat
• Menentukan titik potong grafik fungsi kuadrat dengan sb x dan sb y
• Menentukan koordinat titik puncak grafik fungsi kuadrat
• Menentukan koordinat titik Bantu pada grafik fungsi kuadrat
• Membuat sketsa grafik.
TI
URO

Terlampir

o Menjelaskan kaitan persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat
• Menentukan tanda nilai a melalui pengamatan grafik fungsi kuadrat untuk mengetahui grafik membuka ke atas/ ke bawah
TI




URO




Terlampir


1 2 3 4 5 6 7 8 9
1.4. Merancang model matematika yang berkaitan dengan persamaan dan fungsi kuadrat, me- nyelesaikan model-nya dan menafsir-kan hasil yang diperoleh. o Model matematika per- samaan atau fungsi kua drat.


o Menjelaskan karakter-istik masalah yang mempunyai model matematika persamaan atau fungsi kuadrat.


o Menentukan besaran masalah yang dirancang sebagai variabel per-samaan atau fungsi kuadrat.

o Merumuskan persama-an atau fungsi kuadrat yang merupakan model mate-matika dari masalah.


o Menentukan penyelesaian dari model matematika.

o Memberikan tafsiran ter-hadap hasil yang diper-oleh.
• Mendiskusikan persoalan kehidupan sehari-hari ke dalam model matematika yang berkaitan dengan persamaan dan fungsi kuadrat.

• Mempresentasikan hasil diskusi

• Mengaplikasikan konsep per-samaan dan fungsi kuadrat dalam kehidupan sehari-hari.

TK







TK


UB

UK







UK


UO
Terlampir 4 X 45’

Lampiran 3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 1.1)
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : X/1
Siklus/Pertemuan : 1/1
Alokasi Waktu : 2 x 45'
Standar Kompetensi : Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi,
persamaan dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan kuadrat.
Kompetensi Dasar : Memahami konsep fungsi
Indikator : 1. Mengidentifikasi ciri-ciri relasi yang merupakan fungsi.
2. Menentukan nilai suatu fungsi kuadrat.
3. Menggambar grafik fungsi dengan derive.
I. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri relasi yang merupakan fungsi.
2. Siswa dapat menentukan nilai suatu fungsi kuadrat.
3. Siswa dapat menggambar grafik fungsi dengan derive.
II. Materi Ajar
Fungsi Kuadrat: 1. Pengertian, Rumus, dan Nilai Fungsi
III. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek
Metode : Penemuan, Diskusi dan Tanya Jawab
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
a. Kegiatan Awal ( 15 Menit)
1. Guru mengucapkan salam.
2. Guru mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok kecil.
3. Guru memberikan beberapa soal prasyarat tentang relasi yang pernah diperoleh siswa di SMP.
4. Guru memotivasi siswa.
5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti (60 Menit)
1. Guru mengarahkan siswa untuk memahami definisi fungsi dan penyajiannya dalam LKS.
2. Guru membimbing siswa dalam mengidentifikasi contoh fungsi dan bukan fungsi, melalui diskusi kelompok.
3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasekan hasil diskusi kelompoknya.
4. Guru mengarahkan siswa untuk memahami bentuk umum fungsi kuadrat dan interpretasinya.
5. Guru membimbing siswa untuk menentukan nilai fungsi secara manual dan dengan menggunakan derive.
6. Guru meminta siswa untuk menggambar grafik dari contoh-contoh fungsi dalam LKS.
c. Kegiatan Akhir (15 Menit)
1. Guru membimbing siswa untuk merangkum pelajaran.
2. Guru melaksanakan evaluasi, kemudian memberikan PR.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Lab. Komputer, LCD, LKS, Buku Matematika untuk Kelas X (Sartono, 2003, Matematika, Erlangga)
VI. Penilaian
1. Penilaian proses : Lembar keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
2. Penilaian hasil : Tes esai.
Soal:
1. Apakah merupakan fungsi? Jelaskan jawabanmu
2. Tentukan nilai f(-2) dan f(2) dari fungsi kuadrat f(x) = x2 – 4.
3. Gambarlah grafik fungsi kuadrat f(x) = x2 – 4 dengan derive, lalu jiplak dalam lembar jawaban anda.

Guru Mata Pelajaran




Drs. Ahmad Daaba .
NIP. 19670625 199303 1 009 Kendari, Oktober 2009
Peneliti




W a H a i r a n i . NIM.A1C105017


Mengetahui,
Kepala SMAN 4 Kendari




Drs. H. Muhammad Ali, M.Si
NIP. 19651231 198903 1 190





Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP 1.2)
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : X/1
Siklus/Pertemuan : 1/2
Alokasi Waktu : 2 x 45'
Standar Kompetensi : Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi,
persamaan dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan kuadrat.
Kompetensi Dasar : Menggambar grafik fungsi aljabar sederhana dan fungsi
kuadrat.
Indikator : 1. Menggambar grafik fungsi kuadrat y = ax2, menggunakan
sifat-sifatnya.
2. Menentukan titik puncak fungsi kuadrat y = ax2.
3. Menentukan sumbu simetri fungsi kuadrat y = ax2.
I. Tujuan Pembelajaran
1. Menggambar grafik fungsi kuadrat y = ax2, menggunakan sifat-sifatnya.
2. Menentukan titik puncak fungsi kuadrat y = ax2.
3. Menentukan sumbu simetri fungsi kuadrat y = ax2.
II. Tujuan Perbaikan Pembelajaran
Agar segala kekurangan yang terdapat pada pertemuan dapat diminimalkan terutama dalam aspek pengorganisasian waktu, ketuntasan dan kesesuaian perlakuan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan diikuti oleh siswa, serta kerjasama siswa antar kelompok.
III. Materi Ajar
Fungsi Kuadrat: 2. Menggambar Garafik Fungsi Kuadrat
IV. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek
Metode : Penemuan, Diskusi dan Tanya Jawab
V. Langkah-Langkah Pembelajaran
a. Kegiatan Awal (15 Menit)
1. Guru memastikan bahwa siswa telah bergabung dalam kelompok yang telah ditetapkan.
2. Guru memberikan apersepsi dan memotivasi siswa.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti (60 Menit)
1. Guru mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan menggambar fungsi kuadrat y = ax2 dalam LKS, secara berkelompok.
2. Guru membimbing siswa dalam menemukan sifat-sifat fungsi kuadrat y = ax2 .
3. Guru membimbing siswa menggambar fungsi kuadrat y = ax2 dengan derive.
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasekan hasil kerja kelompoknya, dan siswa lain untuk bertanya kepada kelompok penyaji.
5. Guru memberikan contoh soal untuk diselesaikan oleh siswa.
6. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
c. Kegiatan Akhir (15 Menit)
1. Guru membimbing siswa untuk merangkum pelajaran.
2. Guru melaksanakan evaluasi, kemudian guru memberikan PR.
VI. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Lab. Komputer, LCD, LKS, Buku Matematika untuk Kelas X (Sartono, 2003, Matematika, Erlangga).
VII. Penilaian
1. Penilaian proses : Lembar keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
2. Penilaian hasil : Tes esai.
Soal:
1. Tentukanlah titik puncak dan sumbu simetri y= kemudian gambarlah grafiknya.
2. Gambarlah grafik fungsi kuadrat f(x) =3 x2 ,f(x) =-3 x2dan f(x)= x2 dengan derive, lalu jiplak dalam lembar jawaban anda. Apa kesimpulan yang anda peroleh?


Guru Mata Pelajaran




Drs. Ahmad Daaba .
NIP. 19670625 199303 1 009 Kendari, November 2009
Peneliti




W a H a i r a n i . NIM. A1C105017


Mengetahui,
Kepala SMAN 4 Kendari




Drs. H. Muhammad Ali, M.Si
NIP. 19651231 198903 1 190



Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP 1.3)
Nama Sekolah : SMA Negeri 4 Kendari
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : X/1
Siklus/Pertemuan : 1/3
Alokasi Waktu : 2 x 45'
Standar Kompetensi : Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi,
persamaan dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan kuadrat.
Kompetensi Dasar : Menggambar grafik fungsi aljabar sederhana dan fungsi
kuadrat.
Indikator : 1. Menggambar grafik fungsi kuadrat y = ax2 + c.
2. Menentukan titik puncak fungsi kuadrat y = ax2 + c .
3. Menentukan sumbu simetri fungsi kuadrat y = ax2 + c .
I. Tujuan Pembelajaran
1. Menggambar grafik fungsi kuadrat y = ax2 + c , menggunakan sifat-sifatnya.
2. Menentukan titik puncak fungsi kuadrat y = ax2 + c.
3. Menentukan sumbu simetri fungsi kuadrat y = ax2 + c .
II. Tujuan perbaikan pembelajaran
Agar presentase kelompok dan pemberian tugas untuk pertemuan berikutnya lebih diperhatikan.
III. Materi Ajar
Fungsi Kuadrat: 2. Menggambar Garafik Fungsi Kuadrat
IV. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek
Metode : Penemuan, Diskusi dan Tanya Jawab
V. Langkah-Langkah Pembelajaran
a. Kegiatan Awal (15 Menit)
1. Guru memastikan bahwa siswa telah bergabung dalam kelompok yang telah ditetapkan.
2. Guru memberikan apersepsi dan memotivasi siswa.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
1. b. Kegiatan Inti (60 Menit)
1. Guru mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan menggambar fungsi kuadrat y = ax¬¬2 + c dalam LKS secara berkelompok.
2. Guru membimbing siswa dalam menemukan sifat-sifat fungsi kuadrat y = ax¬¬2 + c.
3. Guru membimbing siswa menggambar fungsi kuadrat y = ax¬¬2 + c dengan derive.
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasekan hasil kerja kelompoknya, dan siswa lain untuk bertanya kepada kelompok penyaji.
5. Guru memberikan contoh soal untuk diselesaikan oleh siswa.
6. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
c. Kegiatan Akhir (15 Menit)
1. Guru membimbing siswa untuk merangkum pelajaran.
2. Guru melaksanakan evaluasi, kemudian memberikan PR.
1. VI. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Lab. Komputer, Laptop, LCD, LKS, Buku Matematika untuk Kelas X (Sartono, 2003, Matematika, Erlangga).
VII. Penilaian
1. Penilaian proses : Lembar keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
2. Penilaian hasil : Tes esai.
Soal:
1. Tentukanlah titik puncak dan sumbu simetri y = dan Gambarlah grafiknya.
2. Gambarkan secara manual, grafik f(x)= x2 +4 dan grafik f(x) = x2. Kesimpulan apa yang anda peroleh?

Guru Mata Pelajaran




Drs. Ahmad Daaba .
NIP. 19670625 199303 1 009 Kendari, November 2009
Peneliti




W a H a i r a n i . NIM.A1C105017


Mengetahui,
Kepala SMAN 4 Kendari




Drs. H. Muhammad Ali, M.Si
NIP. 19651231 198903 1 190






Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP 2.1)
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : X/1
Siklus/Pertemuan : 2/1
Alokasi Waktu : 2 x 45'
Standar Kompetensi : Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi,
persamaan dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan kuadrat.
Kompetensi Dasar : Menggambar grafik fungsi aljabar sederhana dan fungsi
kuadrat.
Indikator :
1. Menggambar grafik fungsi kuadrat y = a(x-h)2. Dengan menggunakan sifat-sifatnya.
2. Menentukan titik puncak fungsi kuadrat y = a(x-h)2.
3. Menentukan persamaan sumbu simetri fungsi kuadrat y = a(x-h)2.
4. Menentuka nilai ekstrim fungsi kuadrat y = a(x-h)2.
5. Menentukan titik potong grafik fungsi kuadrat y = a(x-h)2 terhadap sumbu-x dan titik potongnya terhadap sumbu-y.
I. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menggambar grafik fungsi kuadrat y = a(x-h)2. Dengan menggunakan sifat-sifatnya.
2. Siswa dapat menentukan titik puncak fungsi kuadrat y = a(x-h)2.
3. Siswa dapat menentukan persamaan sumbu simetri fungsi kuadrat y = a(x-h)2.
4. Siswa dapat menentuka nilai ekstrim fungsi kuadrat y = a(x-h)2.
5. Siswa dapat menentukan titik potong grafik fungsi kuadrat y = a(x-h)2 terhadap sumbu-x dan titik potongnya terhadap sumbu-y.
II. Tujuan Perbaikan Pembelajaran
Dengan menerapkan Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek, diharapkan kemampuan berpikir kritis matematik siswa kelas X-1 SMA Negeri 4 Kendari pada materi pembelajaran fungsi kuadrat dapat meningkat sesuai dengan standar yang diberikan dan segala kekurangan yang terjadi pada tindakan siklus I dapat diminimalkan terutama dalam aspek pengorganisasian waktu, ketuntasan dan kesesuaian perlakuan dengan rencana perbaikan pembelajaran. Selain itu, diskusi antar kelompok siswa dapat diupayakan untuk lebih hidup dimana siswa lebih dituntut untuk berani mengeluarkan pendapat/komentar ataupun bertanya kepada siswa lain.
III. Materi Ajar
Fungsi Kuadrat: 2. Menggambar Garafik Fungsi Kuadrat
IV. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek
Metode : Penemuan, Diskusi dan Tanya Jawab
V. Langkah-Langkah Pembelajaran
a. Kegiatan Awal (10 Menit)
1. Guru memastikan bahwa siswa telah bergabung dalam kelompok yang telah ditetapkan.
2. Guru memberikan apersepsi dan memotivasi siswa.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti (65 Menit)
1. Guru mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan menggambar fungsi kuadrat y = a(x-h)2 dalam LKS secara berkelompok.
2. Guru membimbing siswa dalam menemukan sifat-sifat fungsi kuadrat y = a(x-h)2.
3. Guru membimbing siswa menggambar fungsi kuadrat y = a(x-h)2 dengan derive.
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasekan hasil kerja kelompoknya,
5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk bertanya kepada kelompok penyaji.
6. Untuk menambah pemahaman siswa, Guru membahas lebih lanjut tentang sosl-soal menantang.
7. Guru memberikan contoh soal untuk diselesaikan oleh siswa.
8. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
c. Kegiatan Akhir (15 Menit)
1. Guru membimbing siswa untuk merangkum pelajaran.
2. Guru melaksanakan evaluasi, kemudian memberikan PR.
VI. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Lab. Komputer, LCD, LKS, Buku Matematika untuk Kelas X (Sartono, 2003, Matematika, Erlangga).

VII. Penilaian
1. Penilaian proses : Lembar keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
2. Penilaian hasil : Tes esai.
Soal:
1. Tentukanlah titik puncak dan sumbu simetri y = (x + 3)2 dan Gambarlah grafik fungsi kuadrat y = (x + 3)2.
2. Gambarkan grafik f(x)= (x-3)2-4 dan grafik f(x) = x2 dengan Derive,lalu jiblak dalam dembar jawaban Anda. Kesimpulan apa yang anda peroleh?


Guru Mata Pelajaran




Drs. Ahmad Daaba .
NIP. 19670625 199303 1 009 Kendari, November 2009
Peneliti




W a H a i r a n i . NIM.A1C105017


Mengetahui,
Kepala SMAN 4 Kendari





Drs. H. Muhammad Ali, M.Si
NIP. 19651231 198903 1 190



Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP 2.2)
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : X/1
Siklus/Pertemuan : 1/2
Alokasi Waktu : 2 x 45'
Standar Kompetensi : Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi,
persamaan dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan kuadrat.
Kompetensi Dasar : Menggambar grafik fungsi aljabar sederhana dan fungsi
kuadrat.
Indikator :
1. Menggambar grafik fungsi kuadrat y = ax2 + bx + c .
2. Menentukan titik puncak fungsi kuadrat y = ax2 + bx + c.
3. Menentukan persamaan sumbu simetri fungsi kuadrat y = ax2 +bx + c.
4. Menentuka nilai ekstrim fungsi kuadrat y = ax2 + bx + c.
5. Menentukan titik potong grafik fungsi kuadrat y = ax2 + bx + c terhadap sumbu-x dan titik potongnya terhadap sumbu-y.
I. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menggambar grafik fungsi kuadrat y = ax2 + bx + c .
2. Siswa dapat menentukan titik puncak fungsi kuadrat y = ax2 + bx + c.
3. Siswa dapat menentukan persamaan sumbu simetri fungsi kuadrat y = ax2 +bx + c.
4. Siswa dapat menentuka nilai ekstrim fungsi kuadrat y = ax2 + bx + c.
5. Siswa dapat menentukan titik potong grafik fungsi kuadrat y = ax2 + bx + c terhadap sumbu-x dan titik potongnya terhadap sumbu-y.
II. Tujuan Perbaikan Pembelajaran
Dengan menerapkan Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek, diharapkan kemampuan berpikir kritis matematik siswa kelas X-1 SMA Negeri 4 Kendari dapat meningkat, sesuai dengan standar yang diberikan khususnya pada materi pembelajaran fungsi kuadrat. Kemampuan siswa untuk menerapkan konsep yang diperolehnya dalam menyelesaikan masalah sehari-hari harus lebih ditingkatkan.
III. Materi Ajar
Fungsi Kuadrat: 2. Menggambar Garafik Fungsi Kuadrat
IV. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek
Metode : Penemuan, Diskusi dan Tanya Jawab
V. Langkah-Langkah Pembelajaran
a. Kegiatan Awal (10 Menit)
1. Guru memastikan bahwa siswa telah bergabung dalam kelompok yang telah ditetapkan.
2. Guru memberikan apersepsi dan memotivasi siswa.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti (65 Menit)
1. Guru mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan menggambar fungsi kuadrat y = ax2 + bx + c dalam LKS secara berkelompok.
2. Guru membimbing siswa dalam menemukan sifat-sifat fungsi kuadrat y = ax2 + bx + c .
3. Guru membimbing siswa menggambar fungsi kuadrat y = ax2 + bx + c dengan derive.
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasekan hasil kerja kelompoknya.
5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk bertanya kepada kelompok penyaji.
6. Untuk menambah pemahaman siswa, guru membahas lebih lanjut tentang sosl-soal menantang.
7. Guru memberikan contoh soal untuk diselesaikan oleh siswa.
8. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan contoh soal dipapan tulis.
9. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
c. Kegiatan Akhir (15 Menit)
1. Guru membimbing siswa untuk merangkum pelajaran.
2. Guru melaksanakan evaluasi, kemudian memberikan PR.
VI. Alat/Bahan/Sumber Belajar
Lab. Komputer, Laptop, LCD, LKS, Buku Matematika untuk Kelas X (Sartono, 2003, Matematika, Erlangga).


VII. Penilaian
1. Penilaian proses : Lembar keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
2. Penilaian hasil : Tes esai.
Soal:
1. Diberikan grafik fungsi f(x) = –x2+3x +4, Tentukanlah:
a. Titik puncak
b. Sumbu simetri
c. Nilai ekstrim
d. Keterbukaan grafik (Terbuka ke atas atau ke bawah)
e. Titik potong terhadap sumbu-x dan sumbu-y
2. Gambarlah grafik fungsi kuadrat f(x) = –x2+3x +4.

Guru Mata Pelajaran




Drs. Ahmad Daaba .
NIP. 19670625 199303 1 009 Kendari, November 2009
Peneliti




W a H a i r a n i . NIM.A1C105017


Mengetahui,
Kepala SMAN 4 Kendari





Drs. H. Muhammad Ali, M.Si
NIP. 19651231 198903 1 190

Lampiran 4
KISI-KISI LEMBAR OBSERVASI DAN PANDUAN WAWANCARA
Kisi-kisi lembar observasi:
Indikator No. Item
a. Guru
1. Mengetahui kesiapan sarana pembelajaran
2. Mengetahui keterampilan memberi apersepsi dan motivasi
3. Mengetahui kejelasan kompetensi/tujuan pembelajaran
4. Mengetahui keterampilan menjelaskan dan penguasaan materi
5. Mengetahui keterampilan mengorganisasikan kelompok belajar siswa.
6. Mengetahui keterampilan membimbing diskusi dan kerja kelompok
7. Mengetahui keterampilan menggunakan media dan alat pembelajaran
8. Mengetahui keterampilan memberi penghargaan
9. Mengetahui keterampilan mengelola kelas
10. Mengetahui keterampilan mengadakan variasi
11. Mengetahui keterampilan mengelola waktu
12. Mengetahui keterampilan penanganan pertanyaan dan respon siswa
13. Mengetahui keterampilan menutup pembelajaran
b. Siswa
1. Mengetahui kesiapan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran
2. Mengetahui keaktifan siswa dalam kelompok dan peran siswa dalam pembelajaran serta peran siswa dalam mememberikan umpan balik.
3. Mengetahui perhatian siswa
A1,
A3,B18
A4
B11,B23
B12

B13,4,5,6
B15, B11, B26

B17
B21
B22
B24
B27
C1,2,3,4

A2
B31,2,3,B41,2,3,4,5


B46

Kisi-kisi panduan wawancara pasca observasi:
Indikator No. Item
1. Mengetahui kesan guru setelah melaksanakan proses pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek.
2. Mengetahui kekurangan dan kelebihan pembelajaran yang telah dilaksanakan, serta upaya perbaikannya.
3. Mengetahui kesulitan guru dan siswa selama proses pembelajaran, serta upaya mengatasinya.
4. Mengetahui ketercapaian kompetensi siswa.
5. Mengetahui ketercapaian langkah-langkah pembelajaran. 1

2,3,10

4,5,6

7
8,9

Lampiran 5
HASIL OBSERVASI/PASCA-OBSERVASI
PROSES PEMBELAJARAN GURU PENDIDIKAN MATEMATIKA
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)











Sekolah
Nama Guru
NIP
Mata Pelajaran yang Diampuh
Siklus/Evaluasi : SMAN 4 Kendari
: Drs. Ahmad Daaba
: 19670625 199303 1 009

: Matematika
: I/I







HASIL OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN GURU


No Aspek yang Diamati A D A TIDAK ADA
Perlu Perbaikan
Ya Tidak
A KEGIATAN PENDAHULUAN
1. Kesiapan ruang belajar yang kondusif, alat bantu dan/atau media pembelajaran 
2. Kesiapan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran 
3. Menguji dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang dipelajari . 
4. Kejelasan kompetensi/tujuan pembelajaran yang akan dicapai 
B KEGIATAN INTI
Penerapan Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek
1. Pemberian petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan pembelajaran 
2. Mengorganisasikan kelompok belajar, 2-3 siswa perkelompok. 
3. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk mengelaborasi konsep melalui LKS sesuai dengan topik/tema materi yang dipelajari 
4. Membimbing kelompok dalam mengerjakan contoh dan latihan soal secara manual. 
5. Membimbing kelompok dalam mengerjakan contoh dan latihan soal dengan derive. 
6. Persentase hasil kelompok. 
7. Memberikan penghargaan. 
8. Pemberian motivasi kepada siswa yang kurang /belum berpartisipasi aktif. 
Kemampuan Ginerik Pemb. Guru
1. Pengelolaan kelas 
2. Variasi metode pembelajaran. 
3. Penguasaan Materi 
4. Pengelolaan waktu 
5. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan menurut urutan yang logis 
6. Penggunaan white board/papan tulis 
7. Penanganan pertanyaan dan respon siswa. 
Interaksi antar peserta didik
1. Saling bekerja sama dalam menyelesaikan suatu tugas (kelompok) 
2. Mengajukan pendapat/komentar/ pertanyaan kepada peserta didik lain 
3. Menghargai pendapat/komentar/ pertanyaan yang dikemukakan siswa lain 
Aktivitas peserta didik
1. Menggali informasi dari LKS. 
2. Mengolah informasi/data 
3. Memecahkan masalah/tugas 
4. Berkomunikasi lisan atau tertulis dan mempresentasikan hasil kerja 
5. Bertanya / menjawab 
6. Menyimak penjelasan guru atau peserta didik lain 
C KEGIATAN PENUTUP
1. Pembimbingan peserta didik dalam membuat kesimpulan/rangkuman 
2. Tugas untuk pertemuan berikutnya 
3. Pelaksanaan evaluasi akhir pembelajaran 
4. Pembersihan alat/bahan yang telah digunakan 


Kendari, 27 Oktober 2009
Pengamat,




Wa Hairani
NIM. A1C1 05 017
Catatan :








HASIL WAWANCARA PASCA OBSERVASI

Lama Wawancara : …… Menit
No Pertanyaan Catatan Pengamat
1 Bagaimana kesan saudara setelah menyajikan pelajaran ini? Memuaskan, karena siswa memperhatikan dengan baik materi yang diajarkan dan tampaknya mereka mengerti dengan materinya.
2 Cobalah ceritakan hal-hal yang Saudara rasakan telah memuaskan dalam pembelajaran tadi? Secara garis besar, siswa antusias untuk belajar.
3 Cobalah ceritakan hal-hal yang Saudara rasakan kurang memuaskan dalam pembelajaran tadi? Ada siswa yang tidak serius mengikuti pelajaran dan tidak aktif ketika bekerja dalam kelompok.
4 Apa yang menjadi kesulitan siswa? -
5 Apa yang menjadi kesulitan Saudara? -
6 Bagaimana solusi yang Saudara ambil dalam mengatasi kesulitan siswa dan kesulitan Saudara tersebut? -
7 Bagaimana perkiraan Saudara mengenai ketercapaian kompetensi siswa? Tercapai
8 Bagaimana perkiraan Saudara mengenai ketercapaian langkah-langkah pembelajaran yang telah ditetapkan? Tercapai
9 Mari kita cocokkan dengan hasil observasi pengamat! Apakah sudah sesuai dengan pikiran Saudara. DISKUSI GURU DAN PENGAMAT
Masih ada yang langkah-langkah pembelajaran yang tidak/kurang terlaksana, seperti tujuan pembelajaran, diskusi antar kelompok, pemberian penghargaan, membimbing siswa menyimpulkan materi pembelajaran.
10 Hasil kesepakatan tentang hal-hal yang perlu diperbaiki:  Tujuan pembelajaran akan diperhatikan
 Diskusi antar kelompok akan diupayakan
 Pemberian penghargaan akan diperhatikan
 Bimbingan pembuatan kesimpulan akan diupayakan, begitu pula kuis akhir pembelajaran.
 Akan diupayakan agar pembelajaran dilaksanakan di kelas dengan laptop sebagai alat bantu karena berdasarkan pengalaman sebelumnya, jika pembelajaran dilakukan dilaboratorium, siswa banyak yang sembunyi-sembunyi membuka internet, sehingga tidak fokus dalam belajar.

Kendari, 27 Oktober 2009
Pengamat,





Wa Hairani
NIM. A1C1 05 017























HASIL OBSERVASI/PASCA-OBSERVASI
PROSES PEMBELAJARAN GURU PENDIDIKAN MATEMATIKA
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)











Sekolah
Nama Guru
NIP
Mata Pelajaran yang Diampuh
Siklus/Evaluasi : SMAN 4 Kendari
: Drs. Ahmad Daaba
: NIP. 19670625 199303 1 009

: Matematika
: I/II













HASIL OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN GURU


No Aspek yang Diamati A D A TIDAK ADA
Perlu Perbaikan
Ya Tidak
A KEGIATAN PENDAHULUAN
1. Kesiapan ruang belajar yang kondusif, alat bantu dan/atau media pembelajaran 
2. Kesiapan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran 
3. Menguji dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang dipelajari 
4. Kejelasan kompetensi/tujuan pembelajaran yang akan dicapai 
B KEGIATAN INTI
Penerapan Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek
1. Pemberian petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan pembelajaran 
2. Mengorganisasikan kelompok belajar, 2-3 siswa perkelompok. 
3. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk mengelaborasi konsep melalui LKS sesuai dengan topik/tema materi yang dipelajari 
4. Membimbing kelompok dalam mengerjakan contoh dan latihan soal secara manual. 
5. Membimbing kelompok dalam mengerjakan contoh dan latihan soal dengan derive. 
6. Persentase hasil kelompok. 
7. Memberikan penghargaan. 
8. Pemberian motivasi kepada siswa yang kurang /belum berpartisipasi aktif. 
Kemampuan Ginerik Pemb. Guru
1. Pengelolaan kelas 
2. Variasi metode pembelajaran. 
3. Penguasaan Materi 
4. Pengelolaan waktu 
5. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan menurut urutan yang logis 
6. Penggunaan white board/papan tulis 
7. Penanganan pertanyaan dan respon siswa. 
Interaksi antar peserta didik
1. Saling bekerja sama dalam menyelesaikan suatu tugas (kelompok) 
2. Mengajukan pendapat/komentar/ pertanyaan kepada peserta didik lain 
3. Menghargai pendapat/komentar/ pertanyaan yang dikemukakan siswa lain 
Aktivitas peserta didik
1. Menggali informasi dari LKS. 
2. Mengolah informasi/data 
3. Memecahkan masalah/tugas 
4. Berkomunikasi lisan atau tertulis dan mempresentasikan hasil kerja 
5. Bertanya / menjawab 
6. Menyimak penjelasan guru atau peserta didik lain 
C KEGIATAN PENUTUP
1. Pembimbingan peserta didik dalam membuat kesimpulan/rangkuman 
2. Tugas untuk pertemuan berikutnya 
3. Pelaksanaan evaluasi akhir pembelajaran 
4. Pembersihan alat/bahan yang telah digunakan 


Kendari, 3 November 2009
Pengamat,




Wa Hairani
NIM. A1C1 05 017
Catatan :








HASIL WAWANCARA PASCA OBSERVASI

Lama Wawancara : …… Menit
No Pertanyaan Catatan Pengamat
1 Bagaimana kesan saudara setelah menyajikan pelajaran ini? Sangat menarik, karena melalui pembelajaran ini siswa sangat antusias untuk menemukan sendiri konsep matematika.
2 Cobalah ceritakan hal-hal yang Saudara rasakan telah memuaskan dalam pembelajaran tadi? Secara umum siswa aktif dan antusias untuk belajar dan menemukan sendiri konsep matematika.

3 Cobalah ceritakan hal-hal yang Saudara rasakan kurang memuaskan dalam pembelajaran tadi? Ada beberapa siswa yang sibuk sendiri, dan sembunyi-sembunyi membuka internet.
4 Apa yang menjadi kesulitan siswa? Ada yang sudah lupa cara menggunakan derive.6.
5 Apa yang menjadi kesulitan Saudara? Ruang laboratorium terlalu luas sehingga sulit mengontrol siswa.
6 Bagaimana solusi yang Saudara ambil dalam mengatasi kesulitan siswa dan kesulitan Saudara tersebut? Lebih baik pembelajaran dilakukan dikelas dengan laptop sebagai alat bantu, karena LCD di ruang kelas juga sudah dapat digunakan.
Siswa lebih banyak belajar sendiri diluar pelajaran selain itu guru akan mengontrol siswa dalam bekerja dengan komputer selama proses pembelajaran.
7 Bagaimana perkiraan Saudara mengenai ketercapaian kompetensi siswa? Tercapai
8 Bagaimana perkiraan Saudara mengenai ketercapaian langkah-langkah pembelajaran yang telah ditetapkan? Tercapai
9 Mari kita cocokkan dengan hasil observasi pengamat! Apakah sudah sesuai dengan pikiran Saudara. DISKUSI GURU DAN PENGAMAT
Sebagian besar telah sesuai, tetapi masih ada yang belum terlaksana yaitu persentase kelompok. Terkait dengan pemberian PR, guru merasa pada pembelajaran ini tidak diperlukan pemberian PR karena siswa telah dapat memahami dengan baik, hal ini diketahui ketika guru mberkeliling memberi bimbingan dan pada saat membuat kesimpulan.
10 Hasil kesepakatan tentang hal-hal yang perlu diperbaiki: - Pembelajaran akan dilakukan di kelas
- Persentase kelompok akan diupayakan, tetapi harus disesuaikan dengan waktu yang tersedia.

Kendari, 3 November 2009
Pengamat,




Wa Hairani
NIM. A1C1 05 017




























HASIL OBSERVASI/PASCA-OBSERVASI
PROSES PEMBELAJARAN GURU PENDIDIKAN MATEMATIKA
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)











Sekolah
Nama Guru
NIP
Mata Pelajaran yang Diampuh
Siklus/Evaluasi : SMA Negeri 4 Kendari
: Drs. Ahmad Daaba
: 19670625 199303 1 009

: Matematika
: I/III













HASIL OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN GURU


No Aspek yang Diamati A D A TIDAK ADA
Perlu Perbaikan
Ya Tidak
A KEGIATAN PENDAHULUAN
1. Kesiapan ruang belajar yang kondusif, alat bantu dan/atau media pembelajaran 
2. Kesiapan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran 
3. Menguji dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang dipeajari 
4. Kejelasan kompetensi/tujuan pembelajaran yang akan dicapai 
B KEGIATAN INTI
Penerapan Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek
1. Pemberian petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan pembelajaran 
2. Mengorganisasikan kelompok belajar, 2-3 siswa perkelompok. 
3. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk mengelaborasi konsep melalui LKS sesuai dengan topik/tema materi yang dipelajari 
4. Membimbing kelompok dalam mengerjakan contoh dan latihan soal secara manual. 
5. Membimbing kelompok dalam mengerjakan contoh dan latihan soal dengan derive. 
6. Persentase hasil kelompok. 
7. Memberikan penghargaan. 
8. Pemberian motivasi kepada siswa yang kurang /belum berpartisipasi aktif. 
Kemampuan Ginerik Pemb. Guru
1. Pengelolaan kelas 
2. Variasi metode pembelajaran. 
3. Penguasaan Materi 
4. Pengelolaan waktu 
5. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan menurut urutan yang logis 
6. Penggunaan white board/papan tulis 
7. Penanganan pertanyaan dan respon siswa. 
Interaksi antar peserta didik
1. Saling bekerja sama dalam menyelesaikan suatu tugas (kelompok) 
2. Mengajukan pendapat/komentar/ pertanyaan kepada peserta didik lain 
3. Menghargai pendapat/komentar/ pertanyaan yang dikemukakan siswa lain 
Aktivitas peserta didik
1. Menggali informasi dari LKS. 
2. Mengolah informasi/data 
3. Memecahkan masalah/tugas 
4. Berkomunikasi lisan atau tertulis dan mempresentasikan hasil kerja 
5. Bertanya / menjawab 
6. Menyimak penjelasan guru atau peserta didik lain 
C KEGIATAN PENUTUP
1. Pembimbingan peserta didik dalam membuat kesimpulan/rangkuman 
2. Tugas untuk pertemuan berikutnya 
3. Pelaksanaan evaluasi akhir pembelajaran 
4. Pembersihan alat/bahan yang telah digunakan 


Kendari, 6 November 2009
Pengamat,




Wa Hairani
NIM. A1C1 05 017
Catatan :




HASIL WAWANCARA PASCA OBSERVASI

Lama Wawancara : …… Menit
No Pertanyaan Catatan Pengamat
1 Bagaimana kesan saudara setelah menyajikan pelajaran ini? Cukup memuaskan, walaupun ada siswa yang sibuk sendiri dengan laptopnya.

2 Cobalah ceritakan hal-hal yang Saudara rasakan telah memuaskan dalam pembelajaran tadi? Siswa telah dapat bekerjasama dengan baik dalam kelompok.
Siswa bisa menemukan sendiri sifat-sifat grafik berdasarkan kegiatan yang dilakukannya,walaupun masih ada beberapa kelompok yang memerlukan bimbingan yang intensif dari guru.
3 Cobalah ceritakan hal-hal yang Saudara rasakan kurang memuaskan dalam pembelajaran tadi? Masih ada siswa yang pasif dalam kelompok, dan sibuk sendiri dengan laptopnya ketika pemberikan materi pengantar.
4 Apa yang menjadi kesulitan siswa? Belum bisa berbahasa yang baik/tepat dalam mengemukakan pendapat ketika menarik kesimpulan dari kegiatan yang dilakukan.
5 Apa yang menjadi kesulitan Saudara? Tidak semua siswa aktif dalam bekerja dengan komputer sehingga guru tidak dapat mengetahui apakah semua siswa telah paham dengan kegiatan yang dilakukan dalam kelompok.
6 Bagaimana solusi yang Saudara ambil dalam mengatasi kesulitan siswa dan kesulitan Saudara tersebut? Membimbing siswa untuk mampu menyusun kalimat yang baik dalam mengemukakan pendapat.
Akan memberikan tugas tentang penggunaan derive.
Siswa yang tidak aktif akan lebih dikontrol.
7 Bagaimana perkiraan Saudara mengenai ketercapaian kompetensi siswa? Tercapai
8 Bagaimana perkiraan Saudara mengenai ketercapaian langkah-langkah pembelajaran yang telah ditetapkan?
Tercapai
9 Mari kita cocokkan dengan hasil observasi pengamat! Apakah sudah sesuai dengan pikiran Saudara. DISKUSI GURU DAN PENGAMAT
Sudah sesuai, akan tetapi guru lupa memberikan PR.
10 Hasil kesepakatan tentang hal-hal yang perlu diperbaiki: Diupayakan agar ada laptop cadangan yang disiapkan jika ada siswa yang lupa membawa laptop.


Kendari, 6 November 2009
Pengamat,




Wa Hairani
NIM. A1C1 05 017



























HASIL OBSERVASI/PASCA-OBSERVASI
PROSES PEMBELAJARAN GURU PENDIDIKAN MATEMATIKA
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)











Sekolah
Nama Guru
NIP
Mata Pelajaran yang Diampuh
Siklus/Evaluasi : SMAN 4 Kendari
: Drs. Ahmad Daaba
: 19670625 199303 1 009

: Matematika
: II/I














HASIL OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN GURU


No Aspek yang Diamati A D A TIDAK ADA
Perlu Perbaikan
Ya Tidak
A KEGIATAN PENDAHULUAN
1. Kesiapan ruang belajar yang kondusif, alat bantu dan/atau media pembelajaran 
2. Kesiapan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran 
3. Menguji dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang dipelajari 
4. Kejelasan kompetensi/tujuan pembelajaran yang akan dicapai 
B KEGIATAN INTI
Penerapan Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek
1. Pemberian petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan pembelajaran 
2. Mengorganisasikan kelompok belajar, 2-3 siswa perkelompok. 
3. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk mengelaborasi konsep melalui LKS sesuai dengan topik/tema materi yang dipelajari 
4. Membimbing kelompok dalam mengerjakan contoh dan latihan soal secara manual. 
5. Membimbing kelompok dalam mengerjakan contoh dan latihan soal dengan derive. 
6. Persentase hasil kelompok. 
7. Memberikan penghargaan. 
8. Pemberian motivasi kepada siswa yang kurang /belum berpartisipasi aktif. 
Kemampuan Ginerik Pemb. Guru
1. Pengelolaan kelas 
2. Variasi metode pembelajaran. 
3. Penguasaan Materi 
4. Pengelolaan waktu 
5. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan menurut urutan yang logis 
6. Penggunaan white board/papan tulis 
7. Penanganan pertanyaan dan respon siswa. 
Interaksi antar peserta didik
1. Saling bekerja sama dalam menyelesaikan suatu tugas (kelompok) 
2. Mengajukan pendapat/komentar/ pertanyaan kepada peserta didik lain 
3. Menghargai pendapat/komentar/ pertanyaan yang dikemukakan siswa lain 
Aktivitas peserta didik
1. Menggali informasi dari LKS. 
2. Mengolah informasi/data 
3. Memecahkan masalah/tugas 
4. Berkomunikasi lisan atau tertulis dan mempresentasikan hasil kerja 
5. Bertanya / menjawab
6. Menyimak penjelasan guru atau peserta didik lain 
C KEGIATAN PENUTUP
1. Pembimbingan peserta didik dalam membuat kesimpulan/rangkuman 
2. Tugas untuk pertemuan berikutnya 
3. Pelaksanaan evaluasi akhir pembelajaran 
4. Pembersihan alat/bahan yang telah digunakan 


Kendari, 17 November 2009
Pengamat,




Wa Hairani
NIM. A1C1 05 017
Catatan :








HASIL WAWANCARA PASCA OBSERVASI
Lama Wawancara : …… Menit
No Pertanyaan Catatan Pengamat
1 Bagaimana kesan saudara setelah menyajikan pelajaran ini? Pembelajaran yang menarik.
2 Cobalah ceritakan hal-hal yang Saudara rasakan telah memuaskan dalam pembelajaran tadi? Sebagian besar kelompok siswa sudah dapat mengemukakan pendapatnya dengan bahasa yang kritis, dapat menemukan sendiri konsep matematika, tanpa bantuan guru.
3 Cobalah ceritakan hal-hal yang Saudara rasakan kurang memuaskan dalam pembelajaran tadi? -
4 Apa yang menjadi kesulitan siswa? Mengubah masalah sehari-hari yang berkaitan dengan fungsi kuadrat ke dalam kalimat matematika, menganalisis konsep yang sesuai menyelesaikan soal cerita.
5 Apa yang menjadi kesulitan Saudara? -
6 Bagaimana solusi yang Saudara ambil dalam mengatasi kesulitan siswa dan kesulitan Saudara tersebut? Memberikan beberapa contoh soal yang berkatian dengan masalah sehari-hari, untuk lebih melatih siswa dalam menerapkan konsep yang telah diperoleh.
7 Bagaimana perkiraan Saudara mengenai ketercapaian kompetensi siswa? Tercapai
8 Bagaimana perkiraan Saudara mengenai ketercapaian langkah-langkah pembelajaran yang telah ditetapkan? Tercapai
9 Mari kita cocokkan dengan hasil observasi pengamat! Apakah sudah sesuai dengan pikiran Saudara. DISKUSI GURU DAN PENGAMAT
Sudah sesuai.
10 Hasil kesepakatan tentang hal-hal yang perlu diperbaiki: -





Kendari, 17 November 2009
Pengamat,


Wa Hairani
NIM. A1C1 05 017



HASIL OBSERVASI/PASCA-OBSERVASI
PROSES PEMBELAJARAN GURU PENDIDIKAN MATEMATIKA
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)











Sekolah
Nama Guru
NIP
Mata Pelajaran yang Diampuh
Siklus/Evaluasi : SMAN 4 Kendari
: Drs. Ahmad Daaba
: NIP. 19670625 199303 1 009

: Matematika
: II/II













HASIL OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN GURU


No Aspek yang Diamati A D A TIDAK ADA
Perlu Perbaikan
Ya Tidak
A KEGIATAN PENDAHULUAN
1. Kesiapan ruang belajar yang kondusif, alat bantu dan/atau media pembelajaran 
2. Kesiapan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran 
3. Menguji dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang dipelajari 
4. Kejelasan kompetensi/tujuan pembelajaran yang akan dicapai 
B KEGIATAN INTI
Penerapan Pembelajaran Sibernetik Teori-Praktek
1. Pemberian petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan pembelajaran 
2. Mengorganisasikan kelompok belajar, 2-3 siswa perkelompok. 
3. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk mengelaborasi konsep melalui LKS sesuai dengan topik/tema materi yang dipelajari 
4. Membimbing kelompok dalam mengerjakan contoh dan latihan soal secara manual. 
5. Membimbing kelompok dalam mengerjakan contoh dan latihan soal dengan derive. 
6. Persentase hasil kelompok. 
7. Memberikan penghargaan. 
8. Pemberian motivasi kepada siswa yang kurang /belum berpartisipasi aktif. 
Kemampuan Ginerik Pemb. Guru
1. Pengelolaan kelas 
2. Variasi metode pembelajaran. 
3. Penguasaan Materi 
4. Pengelolaan waktu 
5. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan menurut urutan yang logis 
6. Penggunaan white board/papan tulis 
7. Penanganan pertanyaan dan respon siswa. 
Interaksi antar peserta didik
1. Saling bekerja sama dalam menyelesaikan suatu tugas (kelompok) 
2. Mengajukan pendapat/komentar/ pertanyaan kepada peserta didik lain 
3. Menghargai pendapat/komentar/ pertanyaan yang dikemukakan siswa lain 
Aktivitas peserta didik
1. Menggali informasi dari LKS. 
2. Mengolah informasi/data 
3. Memecahkan masalah/tugas 
4. Berkomunikasi lisan atau tertulis dan mempresentasikan hasil kerja 
5. Bertanya / menjawab 
6. Menyimak penjelasan guru atau peserta didik lain 
C KEGIATAN PENUTUP
1. Pembimbingan peserta didik dalam membuat kesimpulan/rangkuman 
2. Tugas untuk pertemuan berikutnya 
3. Pelaksanaan evaluasi akhir pembelajaran 
4. Pembersihan alat/bahan yang telah digunakan 


Kendari, 20 November 2009
Pengamat,




Wa Hairani
NIM. A1C1 05 017
Catatan :








HASIL WAWANCARA PASCA OBSERVASI

Lama Wawancara : …… Menit
No Pertanyaan Catatan Pengamat
1 Bagaimana kesan saudara setelah menyajikan pelajaran ini? Pambelajaran yang menarik

2 Cobalah ceritakan hal-hal yang Saudara rasakan telah memuaskan dalam pembelajaran tadi? Secara keseluruhan, proses pembelajaran ini sangat memuaskan, karena siswa sudah aktif dalam kelompok dan mampu berinteraksi dengan baik dalam diskusi antar kelompok serta sudah berani mengamukakan pendapatnya.
3 Cobalah ceritakan hal-hal yang Saudara rasakan kurang memuaskan dalam pembelajaran tadi? -

4 Apa yang menjadi kesulitan siswa? -
5 Apa yang menjadi kesulitan Saudara? -
6 Bagaimana solusi yang Saudara ambil dalam mengatasi kesulitan siswa dan kesulitan Saudara tersebut? -
7 Bagaimana perkiraan Saudara mengenai ketercapaian kompetensi siswa? Tercapai
8 Bagaimana perkiraan Saudara mengenai ketercapaian langkah-langkah pembelajaran yang telah ditetapkan? Tercapai
9 Mari kita cocokkan dengan hasil observasi pengamat! Apakah sudah sesuai dengan pikiran Saudara. DISKUSI GURU DAN PENGAMAT
Sudah sesuai.
10 Hasil kesepakatan tentang hal-hal yang perlu diperbaiki: -

Kendari, 20 November 2009
Pengamat,




Wa Hairani
NIM. A1C1 05 017

Lampiran 6
JURNAL REFLEKSI DIRI
A. Tindakan Siklus I
Berdasarkan hasil observasi dan diskusi pasca observasi serta hasil evaluasi, pelaksanaan tindakan pada siklus I belum terlaksana secara maksimal. Ada beberapa hal yang masih akan diupayakan untuk diperbaiki, yaitu:
1. Kesiapan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.
2. Presentase kelompok dan diskusi antar kelompok siswa, dalam hal ini siswa akan lebih dimotivasi untuk berani tampil menyajikan hasil diskusi kelompoknya serta sehingga diskusi antar kelompok dapat berlangsung dengan baik.
3. Kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat dan menjelaskan hasil kerja kelompknya, dalam hal ini guru akan membimbing siswa untuk mampu berbahasa yang baik dalam berpendapat.
4. Siswa yang tidak aktif dalam kegiatan kelompok akan lebih dikontrol.
5. Pemberian kesimpulan, PR dan kuis akhir pembelajaran.
B. Tindakan Siklus II
Berdasarkan hasil observasi dan diskusi pasca observasi serta hasil evaluasi pada tindakan siklus II, peneliti melihat bahwa upaya perbaikan yang dilakukan guru atas kekurangan-kekurangan yang terjadi pada tindakan siklus I telah menunjukkan hasil yang cukup baik, walaupun masih ada yang harus diperbaiki, khususnya pada pertemuan pertama dalam siklus ini. Secara umum kegiatan diskusi dalam kelompok maupun antar kelompok berjalan dengan baik, siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran yang diterapkan, sehingga mereka lebih mandiri dalam menemukan konsep matematika khususnya berkaitan dengan materi yang sedang dibahas, meskipun masih ada beberapa kelompok yang memerlukan bimbingan intensif dari guru.
















Lampiran 7
LKS 1.1
B. Fungsi Kuadrat
1. Pengertian, Rumus, dan Nilai Fungsi
Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri relasi yang merupakan fungsi.
2. Siswa dapat menentukan nilai suatu fungsi kuadrat.
3. Siswa dapat menggambar grafik fungsi dengan derive.
Perhatikan diagram di samping ini:
Definisi: Suatu fungsi f dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu relasi yang memasangkan setiap elemen dari A secara tunggal , dengan elemen pada B.
Ditulis f : A → B dibaca “fungsi f memetakan A ke B”
Apabila f memetakan suatu elemen x  A ke suatu y  B dikatakan bahwa y adalah peta dari x oleh f dinotasikan dengan f(x), dan biasa ditulis dengan f : x → f(x), sedangkan x biasa disebut prapeta dari f(x).
Himpunan A dinamakan daerah asal (domain) dari fungsi f, sedangkan himpunan B disebut daerah kawan (kodomain) sedangkan himpunan dari semua peta di B dinamakan daerah nilai (range) dari fungsi f tersebut.
Ada beberapa cara penyajian fungsi, di antaranya:
1) Penyajian dalam diagram panah.
Domain A = {-2, -1, 0, 1, 2} dan Kodomain B = {0, 1, 2} dihubungkan oleh relasi
f : x → x2 atau f(x) = x2

A B

2) Penyajian pasangan berurutan
Domain A = {-2, -1, 0, 1, 2} dan Kodomain B = {0, 1, 2}
dihubungkan oleh relasi f: x → x2 atau f(x) = x2 {(-2,4), (-1,1), (0,0), (1,1), (2,4)}
3) Penyajian dalam bentuk tabel
Domain A = {-2, -1, 0, 1, 2} dan Kodomain B = {0, 1, 2} dihubungkan oleh relasi f: x → x2 atau f(x) = x2 X -2 -1 0 1 2
f(x) 4 1 0 1 4

4) Grafik Kartesius
Domain R dan Kodomain R dihubungkan oleh relasi
f: x → x2 atau f(x) = x2

Jika daerah asal dari fungsi tidak dinyatakan maka yang dimaksud adalah himpunan terbesar yang membuat fungsi tersebut terdefinisi. Macam-macam fungsi pada R antara lain:
1) Fungsi konstan (tetap), yaitu fungsi f: x → c didefinisikan sebagai f(x) = c, dengan c konstan. Contoh : f(x) = 3
2) Fungsi Identitas, yaitu fingsi I : x → x didefinisikan sebagai f(x) = x
3) Fungsi Modulus, yaitu fungsi M : x → M(x) didefinisikan sebagai M(x) = |x|
Contoh : f(x) = |x − 3|
4) Fungsi Genap dan Fungsi Ganjil
Fungsi f : x → f(x) disebut fungsi genap jika f(−x) = f(x), dan
Fungsi f : x → f(x) disebut fungsi ganjil jika f(−x) = −f(x), sedang fungsi yang tidak memenuhi salah satu dari pernyataan di atas dikatakan fungsi yang tidak genap maupun tidak ganjil.
Contoh :
f(x) = x2 adalah fungsi genap, sebab f(−x) = (−x) 2= x2 = f (x)
f(x) = x3 − 2x adalah fungsi ganjil, sebab f(-x) = (−x)3 − (−x) = − x3 + x
= −(x3 − x) = −f (x)
f(x) = -x2 −x adalah bukan fungsi genap maupun ganjil sebab f(−x) = (−x)2 − (−x) = x2 +x, di mana bentuk terakhir ini tidak sama dengan f(x) maupun −f(x).
5) Fungsi Tangga atau Fungsi Nilai Bulat Terbesar, yaitu fungsi f : x → [[x]] didefinisikan sebagai f(x) = [[x]], untuk x ∈ R
6) Fungsi Linear, yaitu fngsi f : x → f(x) yang didefinisikan : f(x) = ax + b, a dan b konstan dengan a ≠ 0 disebut fungsi linear. Contoh: f(x) = 2x + 3
7) Fungsi Kuadrat, yaitu fungsi f : R → R yang didefinisikan : f(x) = ax2 + bx + c,
dengan a, b, c ∈ R dan a ≠ 0 disebut fungsi kuadrat. Contoh: f(x) = 2x2 + 3x + 1
8) Fungsi Turunan, yaitu fungsi f : R → R adalah suatu fungsi yang diketahui dan f'’ ditentukan oleh , maka f’ disebut fungsi turunan
Secara umum f(x) = , dengan a, b, dan c R dan a ≠ 0 disebut rumus fungsi kuadrat. Untuk keperluan menggambar grafik fungsi kuadrat, maka f(x) diganti dengan y sehingga , dengan a, b, dan c R dan a ≠ 0 disebut persamaan fungsi kuadrat.
• y adalah variabel tak bebas dan x adalah variabel bebas
• a adalah koefisien dari x2
• b adalah koefisien dari x
• c adalah konstanta (tetapan)
Jika f(x) = 0, maka , dengan a, b, dan c R dan a ≠ 0 adalah persamaan fungsi kuadrat khusus disebut persamaan kuadrat.

Contoh 1. Manakah dari gambar berikut yang merupakan fungsi? Jika jawabanmu adalah fungsi, apa domain, kodomain, dan range fungsi tersebut? Jelaskan jawabanmu.


Gambar (a) Gambar (b)

Gambar (c)
Gambar (d)
Jawab:
Gambar (a): ......…………………………..……………………...............................
Gambar (b): ..……………………………………………………………………….
Gambar (c): ...............................................................................................................
Gambar (d): ...............................................................................................................
Contoh 2. Diketahui suatu fungsi f(x)= , Tentukanlah nilai f(1), f(-2), dan f(0).
Jawab:
f(1) = ………………………..
f(-2) = ……………………….
f(0) = ………………………..

Menggambar Grafik dengan Derive:
Tulislah persamaan fungsi kuadrat, lalu enter, dan klik icon gambar.

Soal Kuis:
1. Apakah merupakan fungsi? Jelaskan jawabanmu
2. Tentukan nilai f(-2) dan f(2) dari fungsi kuadrat f(x) = x2 – 4.
3. Gambarlah grafik fungsi kuadrat f(x) = x2 – 4 dengan derive, lalu jiplak dalam lembar jawaban anda.









LKS 1.2
2. Grafik Fungsi Kuadrat y = ax2
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menggambar grafik fungsi kuadrat y = ax2, dengan menggunakan sifat-sifatnya.
2. Siswa dapat menentukan titik puncak fungsi kuadrat y = ax2.
3. Siswa dapat menentukan sumbu simetri fungsi kuadrat y = ax2.
Lakukan kegiatan 1.1 berikut.
a. Isilah tabel berikut, untuk nilai x yang diberikan!
X y = 2x2 y = x2 y = -x2 y = -2x2
-3 ........... ............... ............... ...............
-2 ........... ............... ............... ...............
-1 ........... ............... ............... ...............
0 ........... ............... ............... ...............
1 ........... ............... ............... ...............
2 ........... ............... ............... ...............
3 ........... ............... ............... ...............

b. Pada bidang koordinat, gambarlah setiap titik (x, y). Hubungkan titik-titik (x,y) dengan kurva mulus untuk menggambar sketsa grafik dari keempat fungsi yang diberikan.

c. Amatilah gambar anda, apa perbedaan dari keempat grafik tersebut, lalu lengkapilah sifat-sifat garafik fungsi y = ax2 berikut.
Sifat- Sifat Garafik Fungsi y = ax2
1. Grafik y = ax2 adalah sebuah parabola dengan titik puncak ............
2. Sumbu simetrinya adalah .................. dengan persamaan ...............
3. Semakin kecil nilai , semakin ................. parabolanya
4. Jika a > 0 maka parabola terbuka ................
5. Jika a < y =" -ax2" y =" 2x2," y =" x2," y =" -x2," y =" -2x2," y =" ax2" y =" ax2" y =" ax2" y =" ax2" y =" x2" y =" x2" y =" x2" y =" x2" y =" x2" y =" x2?" y =" ax2" y =" ax2"> 0 maka parabola terbuka ................
5. Jika a < y =" a(x-h)2" y =" a(x-h)2." y =" a(x-h)2." y =" a(x-h)2." y =" a(x-h)2." y =" a(x-h)2" y =" (x" y =" (x" y =" x2" y ="(x" y =" (x" y =" x2?" y =" (x" y =" x2?" y =" a(x" y =" a(x" yekstrim =" ................."> 0 maka parabola terbuka ................ sehingga jenis nilai ekstrimnya adalah nilai ............
5. Jika a < y =" ax2" y =" ax2" y =" ax2" y =" ax2" y =" ax2" y =" ax2" y =" ax2" y =" a(x-h)2" y =" ax2" y =" y" y =" y" y =" a(x-h)2" h =" -b/2a" k =" -D/4a" y =" ax2" yekstrim =" ................."> 0 maka parabola terbuka ................ sehingga jenis nilai ekstrimnya adalah nilai ............
5. Jika a < y =" 2x2" x="5" x="3," y =" x2" y =" (x+1)2-4." y =" (x+1)2-4" y =" (x+1)2-4" y =" -x2" y=" ax2" y =" -x2" y =" -x2" y =" -x2" y =" x2" y =" (x-1)2-4." y =" (x-1)2-4" y =" (x-1)2-4" y =" x2" y=" ax2" y =" x2" y =" x2" y =" x2" x =" -2" x =" ….?" 000 =" 500.000x" 000x =" 3.300.000" 000x =" 3.000.000" x =" 3.000.000/500.000" k =" x" k=" x" k="3" k="3s." s =" K/3" l =" Jadi," l =" 3" x=".........?" 36 =" 2x2" 2x2 =" -36+6" x2 =" -15" x =" karena" x =" bukan" a =" q+3" 3 ="0," x="5," q =" ….?" 17 =" (q+3)52" q =" (q+3)25" q =" 25q+75" q =" 21q" 17 =" 21q-80" 21q =" 17-80" q =" -3" a =" 0," y =" ax2" x="0"> 0 maka parabola terbuka atas
4. Jika a < x="0" x=".........?" 37 =" 3x2" 3x2 =" -37+7" x2 =" -10" x =" karena" x =" bukan" a =" p-2" 2 ="0," x="3," p =" ….?" 18 =" (p-2)32" 3p ="(p-2)9" 3p =" 9p-" 3p =" 6p" 18 =" 6p-30" 6p =" -18" 30 =" 12" q =" 2" a =" 0," y =" ax2" x="0"> 0 maka parabola terbuka atas
d. Jika a < x="0"> 0
Gambar:

3

2





2







2

3


2

5






2

2

1
6











3




2

4



2

2
4

Jumlah 47









KUNCI JAWABAN SOAL EVALUASI SIKLUS II (Tipe A)
No Kunci jawaban Skor
1. a.



b.







c.










d.



e.





f.


2.a.



b.



c.

d.












e.












3.a.
b.





c.







d.











4.a.
b.
c.







d.




Titik puncak
Sumbu simetri
Titik potong terhadap sumbu-x
Titik potong terhadap sumbu-y
 Untuk y=x2
titik puncak (0,0)
nilai ekstrim y=0
persamaan sumbu simetri x=0
 Untuk y=(x+1)2 -4
titik puncak (-1,-4)
nilai ekstrim y=-4
persamaan sumbu simetri x=-1
 Titik potong dengan sumbu-x, berarti y=0
y=(x+1)2 -4 x+1=2 atau x+1=-2
0=(x+1)2 -4 x = 1 atau x = -3
(x+1)2=4
Jadi titik potongnya dengan sumbu-x adalah (1,0) dan (-3,0)
 Titik potong dengan sumbu-y, berarti x=0
y=(x+1)2 -4
y=(0+1)2-4
y= 1-4 =-3
Jadi titik potongnya dengan sumbu-y adalah (0,-3)
Nilai ekstrim dari fungsi y=(x+1)2 -4 adalah minimum, karena grafiknya terbuka ke atas yaitu a>0



y= x2 y=(x+1)2 -4

Dari kedua grafik di atas, tampak bahwa grafik y= (x+1)2 -4 dapat diperoleh dengan menggeser grafik y=x2, yaitu 1 satuan ke kiri dan 4 satuan ke bawah.
Titik puncak
Sumbu simetri
Titik potong terhadap sumbu-x
Titik potong terhadap sumbu-y
Untuk grafik fungsi kuadrat y= ax2 + bx +c ,
Koordinat titik puncaknya : ( , )
Persamaan sumbu simetrinya : x=
Nilai ekstrimnya : y= =
Nilai ekstrim dari fungsi y=-x2 -3x +4 adalah maksimum, karena grafiknya terbuka ke bawah yaitu a<0. y="0" y="-x2" 0="-x2" 4 =" 0" 1="0" 4="0" x=" 1" x=" -4" x="0" y="-x2" y="-02" y=" 4" y="-x2" c="0" y="10→" x="10+y" f =" x.y" y =" 10y+y2" a=" 1," b=" 10" c="0" yaitu =" karena" c="0" maka =" ="" k=" 2(p+l)" l =" p" k="28" fungsinya="….?" k ="28" p=" 14-" l =" p" l =" (14-" xl =" 14l" p=" 14-" a="-1," b=" 14" c="0" l =" ="" p=" 14-" l =" 14-7" y="x2" y="0" x="0" y="(x+1)2" y="-4" x="1" y="0" y="(x-1)2" 1="2" 1="-2" 0="(x-1)2" x =" 3" x =" -1" 2="4" x="0" y="(x-1)2" y="(0-1)2-4" y=" 1-4" y="(x-1)2">0

y= x2 y=(x+1)2 -4

Dari kedua grafik di atas, tampak bahwa grafik y= (x-1)2 -4 dapat diperoleh dengan menggeser grafik y=x2, yaitu 1 satuan ke kanan dan 4 satuan ke bawah.
Titik puncak
Sumbu simetri
Titik potong terhadap sumbu-x
Titik potong terhadap sumbu-y
Untuk grafik fungsi kuadrat y= ax2 + bx +c ,
Koordinat titik puncaknya : ( , )
Persamaan sumbu simetrinya : x=
Nilai ekstrimnya : y= =
Nilai ekstrim dari fungsi y= x2 -4x +3 adalah minimum, karena grafiknya terbuka ke atas yaitu a>0.
 Titik potong dengan sumbu-x. berarti y=0
y= x2 -4x +3
0= x2 -4x +3
x2 -4x +3 = 0
(x-1)(x-3)=0
x-1=0 V x-3=0
x= 1 V x= 3

Jadi titik potongnya dengan sumbu –x adalah (1,0) dan (3,0).
 Titik potong dengan sumbu-y, berarti x=0
y= x2 -4x +3
y= 02 -4(0) +3
y= 3
Jadi titik potongnya dengan sumbu –y adalah (0,3)
Sebelum menggambar grafik y=x2-4x+3, terlebih dahulu harus ditentukan titik puncak dan persamaan sumbu simetrinya. Yaitu:
Titik puncak, ( , )
= ( , )
= ( , )
= ( , )
= ( , )

Ya, berkaitan dengan nilai ekstrim fungsi kuadrat
Untuk fungsi kuadrat f(x)=ax2+bx,
koordinat titik puncaknya : ( , )
=( , ) , c=0
=( , )
=( , )
Andaikan bilangan-bilangan itu adalah x dan y dan f adalah hasil kali kedua bilangan tersebut.
Diketahui, selisih x dan y adalah 8→ x-y=8→ x=8+y
Maka f = x.y
= (8+y).y
= 8y+y2
f(y) = y2+8y
Jadi rumus fungsinya adalah f(y) = y2+8y
Dik: f(y) = y2+8y → a= 1, b= 8 dan c=0
Dit: hasil kali minimum dari f(y)
Penye:
Hasil kali minimum dari f(y), berarti yang ditanyakan adalah nilai ekstrimnya, yaitu
= karena c=0 maka
=
= =
= -16
Jadi. Dua bilangan yang selisihnya 8, hasil kali minimumnya adalah -16
Ya, berkaitan dengan titik puncak serta nilai ekstrimnya.
K= 2(p+l) L = p x l
Dik: K=40
Dit: rumus fungsinya=….?
Penye:
K =40 → 2(p+l)=40 →(p+l)=20 → p= 20- l
L = p x l
= (20- l)xl
= 20l - l2
Jadi rumus fungsinya adalah L(l) = -l2 +20l
Dik: L(l) = -l2 +20l
p= 20- l
Dit: nilai p dan l agar L maksimum?
Penye:
L(l) = l2 +14l → a=-1, b= 20 dan c=0
Agar L maksimum ( ), maka l harus sama dengan
l = =
= = 10
p= 20- l = 20-10
= 10
Jadi agar luas tanah tersebut maksimum, maka panjang dan lebarnya masing-masing harus 10 m. 2



3



3



3




3





2



8




3


2



3




2

3








3




3






5





2

2





4






5












2
2
5







4





Jumlah 74












Lampiran 11

DAFTAR SKOR PEROLEHAN SISWA UNTUK SETIAP ITEM SOAL PADA TES AWAL
No Nama
Siswa Nomor Soal Total Nilai
1 2 3 4
a b C d a b c d a b c d a b c d
(3) (3) (3) (2) (1) (3) (2) (2) (2) (3) (4) (3) (1) (2) (6) (2) (42)
1 SW 2 1 1 1 2 2.5 4 1 1 2 17.5 41.67
2 St.FM 2 1 2 0.5 1 1 1 4 1 1 2 16.5 39.29
3 A DZ 2 1 1.5 0.5 1 4 1 1 1 13 30.95
4 AW.A.H 2 1 1 3.5 1 1 2 11.5 27.38
5 ZSK 2 1 1 0.5 1 1 3.5 1 1 1 13 30.95
6 MS 2 1 1 0.5 1 1.5 1 2 3.5 1 1 1 1 17.5 41.67
7 AM S. 0 0 0 0 0.00
8 VA 2 1 1 3.5 1 1 9.5 22.62
9 IP 2 1 0.5 3.5 1 8 19.05
10 A W 2 1 1 1 1 3.5 1 1 11.5 27.38
11 I K A 2 1.5 1 2 1 1.5 1 2 1 2.5 3.5 1 20 47.62
12 N M 2 3.5 1 6.5 15.48
13 F Z 2 0.5 3.5 1 7 16.67
14 E 2 1 1 0.5 2 2.5 4 1 1 3 18 42.86
15 MS 2 0.5 0.5 3.5 1 7.5 17.86
16 K I 2 0.5 0.5 2 2.5 4 1 1 3 16.5 39.29
17 LM. F.A 2 1 0.5 1 3.5 1 1 3 13 30.95
18 WL M 2 1 2 2.5 3.5 1 2 14 33.33
19 E SN JD. 2 1 3.5 2 8.5 20.24
20 M SM 2 1.5 1 1.5 1 1 2 3.5 1 1 1 2 18.5 44.05
21 CI 2 1 2 2 1 2 10 23.81
22 DA 2 1 1 1 3.5 1 2 11.5 27.38
23 S J 2 1 1 1 1 1 3.5 10.5 25.00
24 P E 2 1 1 0.5 1 1 1 1 1 9.5 22.62
25 D A 2 0.5 1 2 2.5 3.5 1 1 2 15.5 36.90
26 H 2 1 1.5 1 1 3.5 1 0.5 1 12.5 29.76
27 M R 2 1 1 3.5 1 8.5 20.24
28 D R 2 1 1 2 2.5 3.5 1 1 2 16 38.10
29 LM. AA 2 1.5 1.5 2 1 1.5 1 2 3.5 2 18 42.86
30 K R 2 0.5 1 1 3.5 2 10 23.81
31 MHFA. 2 1 1 2 1 1.5 3.5 3 15 35.71
32 E P 2 0.5 2 2.5 3.5 1 11.5 27.38
Jumlah 942.86
Rata-Rata 29.46



DAFTAR SKOR PEROLEHAN SISWA UNTUK SETIAP ITEM SOAL PADA EVALUASI TINDAKAN SIKLUS I
No Nama
Siswa Nomor Soal Tot Nilai
1 2 3 4
A b C d a b c d a b c D A b c d e
(3) (2) (2) (2) (3) (2) (5) (2) (2) (2) (6) (3) (2) (4) (2) (2) (4) (48)
1 SW 3 2 1.5 2 3 2 4 2 1 4 2 2 2 1 2 2 35.5 73.96
2 St.FM 3 2 1.5 2 3 2 4 1 4 2 2 2 1 2 2 33.5 69.79
3 A DZ 3 1 1.5 2 3 2 5 1 2 6 1.5 2 4 2 2 2 40 83.33
4 AW.A.H. 3 1 1 1 2 1 5 1 2 6 1.5 2 2 2 2 1 33.5 69.79
5 ZSK 3 1 1.5 1.5 3 2 5 1 2 4 1 2 3 2 2 34 70.83
6 MS 3 1 1.5 1.5 2.5 2 5 1 2 4 1 2 3 2 2 33.5 69.79
7 AM S. 3 1 1 2 1 4 2 1 4 3 2 2 1 2 29 60.42
8 VA 3 1 1 1.5 3 2 3 1 1 2 2 1 1.5 1 1 25 52.08
9 IP 3 2 1.5 1.5 3 2 3 1 2 4 2.5 2 0.5 2 2 32 66.67
10 A W 3 1 2 1.5 3 2 4 1 2 4 3 1.5 2 2 2 1 35 72.92
11 I K A 3 1 1 2 3 2 4 1 2 6 1 2 4 1 2 3 38 79.17
12 N M 3 1.5 1.5 2 3 2 4 2 2 4 2 2 2 1 2 34 70.83
13 F Z 3 1.5 1.5 2 2 4 2 2 3 3 2 2 1 29 60.42
14 E 3 1.5 1.5 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 31 64.58
15 MS 2.5 1 1 1 3 1.5 6 1 17 35.42
16 K I 3 1.5 1.5 1.5 2 1.5 5 2 2 6 2.5 2 2 1 2 2 37.5 78.13
17 LM. F.A 2.5 1 0.5 1.5 3 2 5 2 1 2 6 1 2 2 1 2 2 36.5 76.04
18 WL M 3 1 2 2 3 2 4 2 0.5 2 5 2.5 1,5 2 2 2 1 36 75.00
19 E SN JD. 3 1 1.5 1 2 1.5 4 1 1 2 5 1 1.5 2 2 1 30.5 63.54
20 M SM 3 1.5 0.5 1.5 2 1.5 1 1 3 1 2 2 1.5 2 1 24.5 51.04
21 CI 2.5 1 1 1.5 2.5 2 1 1 1.5 1 2 1.5 1 19.5 40.63
22 DA 3 1 2 1 3 2 3 1 2 6 1 1.5 2 2 2 2 34.5 71.88
23 S J 3 1 1 2 2.5 2 2 1 2 2 1 1.5 1.5 1 23.5 48.96
24 P E 3 1 1.5 1.5 3 2 5 1 1 2 6 1.5 1.5 2 2 2 2 38 79.17
25 D A 3 1.5 1.5 1.5 3 2 4 1 2 4 1 2 2 2 2 2 34.5 71.88
26 H 3 1 1.5 2 3 2 5 1 2 6 2 1 4 2 2 2 39.5 82.29
27 M R 2.5 1 2 1.5 2 2 4 1 1 3 1 1 2 2 1 2 29 60.42
28 D R 3 1.5 1.5 1.5 2.5 2 4 1 2 4 1 2 2 1 1.5 30.5 63.54
29 LM. AA 3 1 1.5 1.5 4 1 2 4 1 2 2 1 1 25 52.08
30 K R 3 1.5 1.5 3 2 4 1 2 4 3 2 2 1 2 32 66.67
31 MHFA. 3 2 2 2 3 2 5 2 1 2 4 3 2 2 2 2 39 81.25
32 E P 3 2 2 2 3 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 38 79.17
Jumlah 2141.67
Rata-Rata 66.93







DAFTAR SKOR PEROLEHAN SISWA UNTUK SETIAP ITEM SOAL PADA EVALUASI TINDAKAN SIKLUS II

No Nama
Siswa Nomor Soal Tot Nilai
1 2 3 4
a b c d e F a b c d e a b C D a b c d
(2) (6) (6) (2) (8) (2) (2) (3) (2) (6) (8) (1) (2) (4) (5) (2) (2) (5) (5) (73)
1 SW 2 5 6 2 8 2 3 2 5.5 7.5 1 1 4 4 1 2 3.5 3 62.5 85.62
2 St.FM 2 5 6 6 2 2 3 2 6 7.5 1 2 4 4 2 1 55.5 76.03
3 A DZ 2 6 5 2 2 2 2 5 1 1 4 4 1 2 4 4 47 64.38
4 AW.AH 2 6 6 2 8 2 2 3 2 1 1 3 4 2 2 4 4 54 73.97
5 ZSK 2 6 6 7.5 2 3 1 5 32.5 44.52
6 MS 2 6 6 2 8 2 2 2 2 1 1 3 5 2 2 4.5 50.5 69.18
7 AM S. 2 5 6 2 7.5 2 2 3 2 1 1 4 5 1 2 45.5 62.33
8 VA 2 6 6 6 1.5 2 3 6 6 2 1 1 1 2 4 49.5 67.81
9 IP 2 6 6 4 2 3 6 4 1 1 1 1 2 5 44 60.27
10 A W 2 6 6 2 8 2 2 3 2 1 1 3 4 2 2 4 50 68.49
11 I K A 2 6 6 2 7.5 2 3 2 6 8 1 1 3.5 4 54 73.97
12 N M 2 3 6 5 2 2 3 6 1 1 1 2 1 1 2 4 42 57.53
13 F Z 2 6 6 2 2 2 3 5 3 1 2 1 1 1 2 5 44 60.27
14 E 2 5 6 8 2 3 2 6 2 1 1 4 5 47 64.38
15 MS 1.5 6 6 2 3 1 1 4 4 28.5 39.04
16 K I 2 6 6 2 8 2 2 2 2 1 1 4 4 2 4 48 65.75
17 LM. FA 2 6 6 2 3 2 3 2 6 7 1 1 3 3 1 2 50 68.49
18 WL M 2 6 6 2 8 1 1 3.5 4 33.5 45.89
19 E SN J 2 6 6 2 6 2 2 3 2 1 1 2 2 4 5 46 63.01
20 M SM 2 6 6 2 8 2 3 2 6 1 1 4 4 1 2 4 1 55 75.34
21 CI 2 6 6 2 2 2 3 6 7.5 1 2 2 1 1 2 4 49.5 67.81
22 DA 2 6 6 2 8 2 1 2 6 7.5 1 1 4 4 52.5 71.92
23 S J 2 6 6 7.5 2 3 6 7.5 1 1 4 4 50 68.49
24 P E 2 6 4 2 2 2 3 2 1 1 4 4.5 33.5 45.89
25 D A 2 5 6 2 6.5 2 3 2 6 8 1 1 4 4 1 2 3.5 3 62 84.93
26 H 2 6 6 2 8 2 2 3 2 1 1 4 4 2 2 5 5 57 78.08
27 M R 2 6 6 1 7 2 3 1 28 38.36
28 D R 2 6 6 2 5 2 3 2 5 1 1 4 5 1 2 1 48 65.75
29 LM.AA 1.5 6 6 2 1 1 4 4 25.5 34.93
30 K R 2 5 6 2 8 2 2 3 2 6 6 1 1 1 47 64.38
31 MFA. 2 5 6 2 7 2 2 3 2 6 7.5 1 1 3 3 2 2 0 56.5 77.40
32 E P 2 6 6 2 8 2 2 2 6 8 1 1 3 3 1 2 55 75.34
Jumlah 2059.59
Rata-Rata 64.36





Lampiran 12
DESKRIPSI PERUBAHAN TAHAPAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA PADA SETIAP ITEM SOAL UNTUK TES AWAL, EVALUASI SIKLUS I DAN EVALUASI SIKLUS II

TES AWAL
NO NAMA SISWA NOMOR SOAL
1 2 3 4
1 SW 1 0 2 2
2 St.FM 1 0 2 0
3 A DZ 1 0 2 1
4 AW.A.H. 1 0 2 2
5 ZSK 1 0 2 1
6 MS 1 0 2 1
7 AM S.
8 VA 1 0 2 1
9 IP 1 0 2 0
10 A W 1 0 2 1
11 I K A 2 0 2 1
12 N M 1 0 2 0
13 F Z 1 0 2 0
14 E 2 0 2 2
15 MS 1 0 2 0
16 K I 1 0 2 1
NO NAMA SISWA NOMOR SOAL
1 2 3 4
17 LM. F.A 1 0 2 1
18 WL M 1 0 2 0
19 E SN JD. 1 0 2 0
20 M SM 1 0 2 1
21 CI 1 0 1 1
22 DA 1 0 2 1
23 S J 1 0 2 0
24 P E 1 0 1 1
25 D A 1 0 2 1
26 H 1 0 2 1
27 M R 1 0 2 0
28 D R 1 0 2 1
29 LM. AA 2 1 2 0
30 K R 1 0 2 0
31 MHFA. 2 1 2 0
32 E P 1 0 2 0


Jumlah Siswa yang Mencapai Setiap Tahapan Pemikiran NOMOR SOAL
1 2 3 4
TAHAP 1 31 2 31 18
TAHAP 2 4 0 29 3
TAHAP 3 0 0 0 0
TAHAP 4 0 0 0 0

Persentase Jumlah Siswa yang Mencapai Setiap Tahapan Pemikiran NOMOR SOAL
1 2 3 4
TAHAP 1 (%) 96.88 6.25 96.88 56.25
TAHAP 2 (%) 12.50 0.00 90.63 9.38
TAHAP 3 (%) 0.00 0.00 0.00 0.00
TAHAP 4 (%) 0.00 0.00 0.00 0.00


EVALUASI SIKLUS I
NO NAMA SISWA NOMOR SOAL
1 2 3 4
1 SW 4 4 4 3
2 St.FM 4 3 4 3
3 A DZ 4 3 3 3
4 AW.A.H. 3 3 3 3
5 ZSK 4 3 3 3
6 MS 4 3 3 3
7 AM S. 3 4 4 3
8 VA 4 3 2 3
9 IP 3 3 4 3
10 A W 3 3 4 3
11 I K A 4 3 3 4
12 N M 4 4 4 3
13 F Z 3 4 4 2
14 E 4 4 4 3
15 MS 1 3
16 K I 3 4 4 3
NO NAMA SISWA NOMOR SOAL
1 2 3 4
17 LM. F.A 3 4 3 2
18 WL M 4 4 3 2
19 E SN JD. 3 3 3 3
20 M SM 3 2 2 3
21 CI 4 2 1 1
22 DA 3 3 3 3
23 S J 3 2 3 2
24 P E 3 3 3 2
25 D A 2 3 3 3
26 H 4 3 4 3
27 M R 3 3 2 2
28 D R 3 3 2 2
29 LM. AA 1 3 2 2
30 K R 3 3 4 3
31 MHFA. 4 4 4 3
32 E P 4 4 3 3


Jumlah Siswa yang Mencapai Setiap Tahapan Pemikiran NOMOR SOAL
1 2 3 4
TAHAP 1 32 32 31 31
TAHAP 2 30 32 30 30
TAHAP 3 29 29 25 22
TAHAP 4 14 10 12 1

Persentase Jumlah Siswa yang Mencapai Setiap Tahapan Pemikiran NOMOR SOAL
1 2 3 4
TAHAP 1 (%) 100.00 100.00 96.88 96.88
TAHAP 2 (%) 93.75 100.00 93.75 93.75
TAHAP 3 (%) 90.63 90.63 78.13 68.75
TAHAP 4 (%) 43.75 31.25 37.50 3.13


EVALUASI SIKLUS II
NO NAMA SISWA NOMOR SOAL
1 2 3 4
1 SW 3 4 3 3
2 St.FM 4 4 3 2
3 A DZ 3 3 3 4
4 AW.A.H. 4 2 3 4
5 ZSK 3 3
6 MS 4 2 4 3
7 AM S. 4 2 4 2
8 VA 4 3 3 3
9 IP 3 3 2 3
10 A W 4 2 3 3
11 I K A 4 4 3
12 N M 4 3 3 3
13 F Z 4 3 2 3
14 E 3 3 4
15 MS 3 3
16 K I 4 2 3 2
NO NAMA SISWA NOMOR SOAL
1 2 3 4
17 LM. F.A 3 3 4 2
18 WL M 3 3
19 E SN JD. 4 2 2 4
20 M SM 3 3 3 3
21 CI 3 4 3 3
22 DA 3 4 3
23 S J 3 4 3
24 P E 3 2 3
25 D A 3 4 3 3
26 H 4 2 3 4
27 M R 3 2
28 D R 3 3 4 2
29 LM. AA 3 3
30 K R 4 3 2
31 MHFA. 4 4 3 2
32 E P 3 4 3 2


Jumlah Siswa yang Mencapai Setiap Tahapan Pemikiran NOMOR SOAL
1 2 3 4
TAHAP 1 32 29 30 21
TAHAP 2 32 29 30 21
TAHAP 3 32 20 26 14
TAHAP 4 14 9 5 4

Persentase Jumlah Siswa yang Mencapai Setiap Tahapan Pemikiran NOMOR SOAL
1 2 3 4
TAHAP 1 (%) 100.00 90.63 93.75 65.63
TAHAP 2 (%) 100.00 90.63 93.75 65.63
TAHAP 3 (%) 100.00 62.50 81.25 43.75
TAHAP 4 (%) 43.75 28.13 15.63 12.50


Lampiran 13
DESKRIPSI PERUBAHAN TAHAPAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA DARI TES AWAL, EVALUASI SIKLUS I KE EVALUASI SIKLUS II UNTUK SETIAP ITEM SOAL
A. Soal Nomor 1
Persentase Jumlah Siswa yang Tes Awal Siklus I Siklus II
Mencapai Setiap Tahapan Pemikiran
Tidak Mencapai Tahap 1 3.13 0.00 0.00
TAHAP 1 (%) 96.88 100.00 100.00
TAHAP 2 (%) 12.50 93.75 100.00
TAHAP 3 (%) 0 90.63 100.00
TAHAP 4 (%) 0 43.75 43.75



B. Soal Nomor 2
Persentase Jumlah Siswa yang Tes Awal Siklus I Siklus II
Mencapai Setiap Tahapan Pemikiran
Tidak Mencapai Tahap 1 100.00 0.00 9.38
TAHAP 1 (%) 6.25 100.00 90.63
TAHAP 2 (%) 0 100.00 90.63
TAHAP 3 (%) 0 90.63 62.50
TAHAP 4 (%) 0 31.25 28.13


C. Soal Nomor 3
Persentase Jumlah Siswa yang Tes Awal Siklus I Siklus II
Mencapai Setiap Tahapan Pemikiran
Tidak Mencapai Tahap 1 3.13 3.13 6.25
TAHAP 1 (%) 96.88 96.88 93.75
TAHAP 2 (%) 90.63 93.75 93.75
TAHAP 3 (%) 0 78.13 81.25
TAHAP 4 (%) 0 37.50 15.63



D. Soal Nomor 4
Persentase Jumlah Siswa yang Tes Awal Siklus I Siklus II
Mencapai Setiap Tahapan Pemikiran
Tidak Mencapai Tahap 1 3.13 3.13 6.25
TAHAP 1 (%) 56.25 96.88 65.63
TAHAP 2 (%) 9.38 93.75 65.63
TAHAP 3 (%) 0 68.75 43.75
TAHAP 4 (%) 0 3.13 12.50



Lampiran 14
ANALISIS PERUBAHAN TAHAPAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 4 KENDARI

NO NAMA SISWA Peningkatan
Dari Tes Awal ke Siklus 1 Dari Tes Awal ke Siklus 2 Dari Siklus 1 ke Siklus 2
1 SW 1 1 -1
2 St.FM 1 1 -1
3 A DZ 1 1 0
4 AW.A.H. 1 1 1
5 ZSK 1 1 -1
6 MS 1 1 0
7 AM S. 1 1 -1
8 VA 1 1 1
9 IP 1 1 -1
10 A W 1 1 -1
11 I K A 1 1 -1
12 N M 1 1 -1
13 F Z 1 1 -1
14 E 1 1 -1
15 MS 1 1 1
16 K I 1 1 -1
17 LM. F.A 1 1 0
18 WL M 1 1 -1
19 E SN JD. 1 1 0
20 M SM 1 1 1
21 CI 1 1 1
22 DA 1 1 -1
23 S J 1 1 0
24 P E 1 1 -1
25 D A 1 1 1
26 H 1 1 -1
27 M R 1 1 -1
28 D R 1 1 1
29 LM. AA 1 1 -1
30 K R 1 1 -1
31 MHFA. 1 1 -1
32 E P 1 1 -1
Jumlah siswa yang tahapan kemampuan berpikirnya meningkat 32 (100%) 32 (100%) 7 (21.88%)
Jumlah siswa yang tahapan kemampuan berpikirnya menurun 20 (62.50%)
Jumlah siswa yang tahapan kemampuan berpikirnya tetap 5 (15.63%)
Keterangan: 1 = Tahapan kemampuan berpikir kritis siswa meningkat
-1 = Tahapan kemampuan berpikir kritis siswa menurun
0 = Tahapan kemampuan berpikir kritis siswa tetap


Lampiran 15
DAFTAR NILAI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 4 KENDARI
PADA MATERI PEMBELAJARAN FUNGSI KUADRAT
No Nama Siswa Evaluasi
Awal Evaluasi
Siklus I Evaluasi
Siklus II
1 SW 41.67 73.96 85.62
2 St.FM 39.29 69.79 76.03
3 A DZ 30.95 83.33 64.38
4 AW.A.H. 27.38 69.79 73.97
5 ZSK 30.95 70.83 44.52
6 MS 41.67 69.79 69.18
7 AM S. 0.00 60.42 62.33
8 VA 22.62 52.08 67.81
9 IP 19.05 66.67 60.27
10 A W 27.38 72.92 68.49
11 I K A 47.62 79.17 73.97
12 N M 15.48 70.83 57.53
13 F Z 16.67 60.42 60.27
14 E 42.86 64.58 64.38
15 MS 17.86 35.42 39.04
16 K I 39.29 78.13 65.75
17 LM. F.A 30.95 76.04 68.49
18 WL M 33.33 75.00 45.89
19 E SN JD. 20.24 63.54 63.01
20 M SM 44.05 51.04 75.34
21 CI 23.81 40.63 67.81
22 DA 27.38 71.88 71.92
23 S J 25.00 48.96 68.49
24 P E 22.62 79.17 45.89
25 D A 36.90 71.88 84.93
26 H 29.76 82.29 78.08
27 M R 20.24 60.42 38.36
28 D R 38.10 63.54 65.75
29 LM. AA 42.86 52.08 34.93
30 K R 23.81 66.67 64.38
31 MHFA. 35.71 81.25 77.40
32 E P 27.38 79.17 75.34
Jumlah 942.86 2141.67 2059.59
Rata-Rata 29.46 66.93 64.36
Ketuntasan Secara Klasikal 0.00 81.25 78.13


Tindakan Tes Awal (%) Evaluasi Siklus I (%) Evaluasi Siklus II (%)
Ketuntasan Secara Klasikal 0.00 81.25 78.13














Lampiran 16
REKAPITULASI KETUNTASAN PELAKSANAAN RPP PADA SETIAP
SIKLUS BERDASARKAN HASIL OBSERVASI
No Aspek yang Diamati Siklus I Siklus II
Pert.1 Pert.2 Pert.3 Rata-rata Pert.1 Pert.2 Rata-rata
1. Kegiatan Awal Pembelajaran 75,00% 100% 100% 91,67% 75,00% 100% 87,5%
2. Penerapan Model Pembelajaran 62,50% 87,50% 100% 83,33% 100% 100% 100%
3. Kemampuan Ginerik Pembelajaran Guru 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
4.
Interaksi Antar Peserta Didik 33,33% 33,33% 100% 55,56% 100% 100% 100%
5. Aktivitas Peserta Didik 66,67% 100% 100% 88,89% 100% 100% 100%
6. Kegiatan Penutup 50,00% 75,00% 75,00% 66,67% 100% 100% 100%
7. Ketercapaian Keseluruhan 68,75% 87,50% 96,88% 84,38% 96,88% 100% 98,45%




Lampiran 17
DOKUMENTASI

1. Guru membuka pelajaran yaitu memberikan motivasi apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran.


2. Guru memberikan meteri pengantar


3. Guru membimbing siswa dalam menyelesaikan LKS secara manual dan dengan Derive 6.0




4. Siswa bekerja secara manual dan dengan derive 6.0 dalam kelompok-kelompok kecil.







5. Siswa mempresentasekan hasil diskusi kelompoknya


6. Siswa mengerjakan contoh soal yang diberikan oleh guru


7. Guru dan siswa membuat kesimpulan




8. Guru mengadakan evaluasi akhir pembelajaran


9. Guru memberikan PR.


10. Siswa berinteraksi pada saat presentase kelompok.


`

11. Siswa menyelesaikan soal-soal evaluasi siklus I dan siklus II


Selengkapnya...