Cari Blog Ini

Minggu, 30 Mei 2010

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peran yang strategis dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga tidak berlebihan bila hal ini sering dijadikan parameter untuk mengukur tingkat kemajuan suatu bangsa. Sehubungan dengan hal itu, pendidikan merupakan salah satu wahana yang dapat memberi kontribusi dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dan berpotensi.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang


Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peran yang strategis dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga tidak berlebihan bila hal ini sering dijadikan parameter untuk mengukur tingkat kemajuan suatu bangsa. Sehubungan dengan hal itu, pendidikan merupakan salah satu wahana yang dapat memberi kontribusi dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dan berpotensi.
Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar di sekolah sebagai lembanga pendidikan formal dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu siswa, tenaga pendidikan, biaya, sarana dan prasarana, serta lingkungan. Apabila faktor-faktor tersebut dapat dipenuhi sudah tentu akan memperlancar proses belajar mengajar, yang dapat menghasilkan pencapaian hasil belajar yaitu lulusan sekolah yang bermutu.
Berbicara mengenai mutu pendidikan berarti secara tidak langsung menyinggung peran aktif seorang guru di dalam kelas. Seorang guru dituntut mampu menciptakan suasana belajar mengajar yang mampu memotivasi siwa agar senantiasa belajar dengan baik dan bersemangat.
Hal terpenting lainnya yang harus dimiliki seorang guru sebagai pengajar adalah kemampuan dalam memilih sekaligus menggunakan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran sungguh membawa pengaruh yang sangat besar terhadap hasil usaha kita sebagai guru.
Pembelajaran matematika yang berkualiatas sangat diperlukan, karena disamping mendasari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, matematika dapat melatih siswa untuk berpikir secara logis, rasional, oprasional dan terukur sesuai dengan karakter ilmu. Oleh karena itu, matematika yang diajarkan di sekolah-sekolah harus dikuasai sedini mungkin oleh para siswa. Gambaran penguasaan konsep matematika oleh siswa dapat dilihat pada hasil balajar yang telah dicapai siswa untuk mata pelajaran matematika.
Dalam pembelajaran di sekolah, pelajaran matematika pada umumnya kurang diminati oleh siswa. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran matematika diperlukan suatu model pembelajaran yang baru dan bervariasi yang dapat membangkitkan daya kreativitas dan motivasi siswa untuk belajar secara mandiri dan bekerja sama dengan siswa lain dalam kelompok-kelompok belajar siswa. Ketelitian dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran yang banyak melibatkan siswa secara aktif dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, sehingga secara tidak langsung berdampak pada peningkatan hasil belajar matematika siswa.
Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara singkat dengan guru bidang studi matematika kelas VII1 MTsN Konda pada tanggal 31 Agustus 2009, diperoleh keterangan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII1 masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata semester satu yang diperoleh satu tahun terakhir sebesar 50,25. Rendahnya hasil belajar tersebut disebabkan karena siswa kesulitan dalam memahami materi matematika. Banyak faktor penyebab sehingga siswa tidak memahami dengan baik materi matematika yang diajarkan oleh guru. Salah satu faktor penyebabnya adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyajikan materi matematika.
Berdasarkan hasil perbincangan dengan guru matematika kelas VII¬¬¬¬¬¬1 MTsN Konda pada saat observasi menunjukan bahwa model pembelajaran yang digunakan adalah konvensional yaitu model pembelajaran yang berpusat pada guru. Dengan model pembelajaran konvensional siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran dan kurang diberi kesempatan untuk berdiskusi dalam menjawab suatu permasalahan sehingga kreatifitas siswa kurang berkembang karena tidak terbiasa untuk bekerja sama dalam menyelesaikan permasalahan.
Banyak materi-materi natematika yang masih sulit dipahami oleh siswa. Rendahnya pemahaman siswa terhadap materi-materi matematika merupakan uatu masalah karena akan berdampak pada penguasaan pemahaman materi belajar siswa pada konsep-konsep selanjutnya. Diantara materi yang dianggap sulit oleh siswa di sekolah tersebut dan berpengaruh pada materi selanjutnya yang diperoleh pada observasi awal adalah Persamaan Linear Satu Variabel.
Dengan melihat fenomena tersebut, maka diperlukan solusi yang tepat dengan mengupayakan perbaikan proses pengajaran melalui model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujun pembelajaran kooperatif adalah untuk membangkitkan interaksi yang efektif diantara anggota kelompok melalui diskusi. Interaksi yang efektif dimungkinkan semua anggota kelompok dapat menguasai materi pada tingkat yang relatife sejajar. Model pembelajaran kooperatif dapat melatih siswa untuk lebih berpikir dan bertindak secara mandiri ditengah kebersamaan melalui suatu kelompok kecil, sehingga siswa akan lebih mengenal satu sama lain dengan berbagai latar belakang yang berbeda, dengan demikian siswa akan terlatih untuk mengerjakan berbagai permasalahan.
Pembelajaran kooperatif dengan bermacam-macam pendekatan, guru dapat memilih pendekatan yang sesuai dengan tujun yang hendak dicapai. Pendekatan-pendekatan pada model pembelajaran kooperatif yaitu tipe STAD (Student Teams Achiefement Divisions), tipe jigsaw, tipe infestigasi kelompok dan tipe pendekatan structural. Namun dalam penelitian ini hanya menggunakan satu pendekatan yaitu pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Tipe ini dipilih oleh peneliti sebab memiliki cirri khas yaitu dnya kelompok asal dan kelompok ahli. Dengan adanya kelompok ahli peneliti berharap nantinya siswa yang kurang kemampuannya akan terpacu untuk mengikuti teman-temannya yang kemampuannya lebih tinggi sebab ia diberi kesempatan dan tanggung jawab untuk menguasai satu materi pelajaran, untuk kemudian dapat dijelaskan kepada teman-temannya dikelompok asal.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mencoba mengadakan suatu penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Persamaan Linear Satu Variabel Melalui Model Pembelajaran Koopertif Tipe Jigsaw Kelas VII1 MTsN Konda”. Siswa pada Pokok Bahasan Persamaan Linear Satu Variabel Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Kelas VII1 MTs Konda“.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Apakah hasil belajar matematika pada pokok bahasan Persamaan Linear Satu Variabel siswa kelas VII1 MTsN Konda dapat ditingkatkan melalui model Pemnelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ?
C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka peneliti bertujuan “Meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII1 MTsN Konda pada pokok bahasan Persamaan Linear Satu Variabel melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.




D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Bagi guru : dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, guru dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran matematika dikelas , sehingga materi pembelajaran matematika yang dianggap sulit bagi siswa dapat dipahami dengan baik.
2. Bagi siswa: dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa khususnya pada pokok bahasan Persamaan Linear Satu Variabel .
3. Bagi sekolah : sebagai bahan masukan yang baik pada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran matematika pada khususnya.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA


1. Pengertian Belajar
Pada hakekatnya belajar adalah sutu proses usaha sadar yang dilakukan secara terus menerus melalui bermacam macam aktifitas pengalaman untuk mencapai pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku yang menetap. Berikut dikemukakan pengertian belajar oleh para ahli. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pemahaman, perubahan pengetahuan, perubahan sikap dan tingkah laku, daya penerimaan dan lain-lain aspek yang ada pada inddividu siswa (Sudjana, 2000:28).
Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehinigga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya (W. H. Burton dalam Usman 1993:4). Sunarto (2002: 7) mengemukakan bahwa belajar pada dasarnya merupakan proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Perubahan tingkah laku yang dmaksud meliputi perubahan pemahaman, pengetahuan, sikap, keterampilari, kebiasaan dan apresiasi. Seiangkan yang dimaksud dengan pengalaman dalam proses belajar adalah terjadinya intaraksi antara individu dengan lingkungannya. Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tirgkah laku atau penampilan dengan serangkaiari kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan dan sebagainya (Syah, 2003: 20).
Dan beberapa pengertian belajar yang dikemukakan para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang mengakibatkan bertambahnya pengetahuan, keterampialan, nilai dan sikap yang diperoleh dari interaksi individu dengan lingkungannya dan perubahan terjadi bersifat relatif, konstan dan berbekas.
2. Pengertian Mengajar
Mengajar merupakan usaha pengorganisasian lingkungan sebagai penciptaan kondisi belajar bagi siswa, guru berkewajiban menyediakan lingkungan yang serasi agar aktifitas belajar menuju kearah sasaran yang diinginkan (Hamalik, 2001:48). Sudjana (2000:29)mengemukakan bahwa pada hakikatnya mengajar adalah suatu proses, yakni proses mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat menimbulkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar.
Syah (2003: 25) mengemukakan bahwa mengajar sebagai suatu usaha menciptakan sistem lingkungan yang menunjang proses belajar. Sedangkan menurut Sardiman (2003: 3) mengajar adalah kegiatan menyediakan kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar siswa/subyek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku serta kesadaran diii sebagai pribadi.
Dan pendapat beberapa ahli dapat dikatakan bahwa mengajar merupakan proses mengoiganisasi lingkungan di sekitar peserta didik agar tercipta lingkungan belajar yang kondusif serta meningkatkan terjadinya proses belajar untuk mencapai tujuan belajar yang optimal.
3. Proses Belajar Mengajar Matematika
Belajar mengajar matematika pada prinsipnya adalah usaha untuk mencari pegetahuan baru guna mengatasi masalah-masalah yang ada. Sama halnya dengan belajar secara umum, belajar matematika adalah belajar yang dilakukan secara sadar dan terencana dan didalamnya dibutuhkan suatu proses aktif individu agar dapat berpikir secara matematis yang berdasarkan aturan yang logis dan sistematis. Proses belajar matematika akan lebih optimal jika sesuai dengan kesiapan siswa untuk belajar. Simanjuntak (1993:65) mengemukakan bahwa keberhasilan proses belajar matematika tidak lepas dari persiapan peserta didik dan persiapan oleh tenaga pendidik sebidangnya dan bagi peserta didik yang sudah mempunyai minat (sikap) untuk belajar matematika akan merasa senang dan penuh perhatian mengikuti proses belajar tersebut.
Menurut Winataputra (1992:170) menyatakan bahwa balajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajarannya diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, di samping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur. Dengan demikian dalam mengajarkan suatu pokok bahasan tertentu mata palajaran matematika, guru harus mampu memilih pendekatan, strategi, metode dan model pembelajar yang sesuai dengan karakteristik pokok bahasan, agar tujuan pembelajaran tercapai secara baik.
Didalam proses belajar-mengajar untuk mata pelajaran matematika harus memperhatikan karakteristik matematika. Sumarmo (2002: 2) mengemukakan beberapa karakteristik matematika yaitu : materi matematika menekankan penalaran yang bersifat dedukti dan dalam mempelajani Thatematika dibutuhkan ketekunan, keuletan, serta rasa cinta teri-adap matematika. Karena matematika bersifat hierarkis dan terstruktur maka dalam belajar inatematika urutan materi harus dipei’hatikan, artinya perlu mendahulukan tentang konsep natematika yang mempunyai daya bantu terhadap konsep matematika yang lain.
Dari beberapa pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa mengajar matematika adalah proses untuk menanamkan pemahaman yang logis dan sistematis kepada siswa dengan menggunakan daya nalar yang tinggi serta mengaitkan antara konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan.
4. Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar matematika tidak lain adalah hasil terakhir dari proses balajar matematika sebagai perwujudan segala upaya yang telah dilakukan selama proses itu berlangsung. Sementara itu, pencapaian hasil belajar lebih sering dikaitkan dengan nilai perolehan siswa setelah proses belajar mengajar dan evaluasi yang diberikan. Prestasi belajar yang diperoleh setelah terjadinya proses belajar merupakan bukti utama dari proses belajar.

Hasil belajar di sekolah adalah nialai perolehan siswa terhadap suatu pelajaran tertentu yang selanjutnya dikenal sebagai “prestasi belajar”. Sejalan dengan itu Nasution (1990:12) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil belajar dari suatu individu tersebut berinteraksi secara aktif dan pasif dengan lingkungannya. Pendapat lain pula dikemukakan oleh Sukardi (1998:51) bahwa hasil belajar adalah suatu bukti keberhasilan usaha belajar yang dicapai dalam kurung waktu tertentu. Sedangkan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:895) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai dari hal yang telah dilakukan, dikerjakan dan lainnya, yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.
Seorang siswa yang belajar matematika, akan berusaha untuk dapat memahami materi pelajaran matematika yang telah dipelajarinya. Keberhasilan yang dicapai siswa dalam menguasai materi pelajaran yang telah dipelajarinya disebut prestasi belajar matematika.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu tes matematika dan penilaiannya didasarkan pada standar tertentu.
5. Persamaan Linear Satu Variabel
Persamaan linear adalah kalimat terbuka yang memiliki hubungan sama dengan dan variabelnya berpangkat satu (M. Cholik, dkk, 2003:164). Menurut Sugijono (1998:88) kalimat terbuka adalah kalimat yang belum diketahui nilai kebenarannya (benar atau salah). Lanjut Sugijono (1999: 98) variabel atau peubah adalah lambang atau simbol yang terdapat pada kalimat terbuka yang dapat diganti oleh sebarang anggota dari Persamaan Linear Satu Variabel semesta, sehingga menjadi kalimat benar atau salah.
Persamaan linear satu variabel adalah persamaan yang terdiri dari satu variabel dan variabel tersebut berpangkat satu.
Contoh persamaan linear satu variabel :
a. 2x + 6 = 8
b. 2 - 3a = 5
c. 3t – 7 = 2t + 8
6. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya : (1) saling ketergantungan positif; (2) interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas individual; (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja dianjurkan (Abdurrahman & Bintoro, dalam Nurhadi, 2003:60).
Pembelajaran kooperatif menurut Johnson dalam Ismail (2002:12), adalah model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai suatu pembelajaran. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan siswa.
Menurut Nur (2000), prinsip dalam pembelajaran kooperatif adalah :
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif menurut Hartadji (2001:34) antara lain: (1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai ; (2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah ; (3) Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, suku, dan budaya yang berbeda ; (4) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada masing-masing individu.




Terdapat enam langkah dalam model pembelajaran kooperatif :
Langkah Indikator Tingkah Laku Guru

Langkah 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa
Langkah 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa
Langkah 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru menginformasikan pengelompokan siswa.
Langkah 4 Membimbing kelompok belajar. Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok-kelompok belajar.
Langkah 5 Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Langkah 6 Memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.
(www.ppp pembelajaran kooperatif.co.id:3)

6. Model Pembelajaran Tipe Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Arronson di Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-temanya di Universitas John Hopkins. Dalam penerapannya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dengan 5 sampai 6 orang anggota kelompok yang heterogen. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bahan tertentu, bahan yang diberikan itu. Anggota dari kelompok lain yang mendapat topik tugas yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli. Selanjutnya anggota dari kelompok tim ahli kembali ke kelompok asal dan mengajarkan apa yang telah dipelajarinya dikelompok ahli kepada teman kelompoknya (Ibrahim, 2000:21).
Tujuan teknik Jigsaw menurut Anam (2000:3) adalah sebagai berikut :
1. menyajikan metode alternatif disamping ceramah dan membaca
2. mengkaji kebergantungan positif dalam menyampaikan dan menerima informasi diantara anggota kelompok untuk mendorong kedewasaan berfikir
3. menyediakan kesempatan berlatih bicara dan mendengarkan untuk kognisi siswa dalam menyampaikan informasi.



Langkah-langkah teknik Jigsaw menurut Anam (2000:3) adalah sebagai berikut :
1. tahap kooperatif
pada tahap ini siswa ditempatkan dalam kelompok kecil dengan beranggotakan 5 siswa atau lebih. Kelompok ini disebut kelompok kooperatif dan menerima sebagain informasi atau bacaan dari satu paket informasi yang segera dibahas/dipecahkan dalam kelompok kooperatif tersebut.
2. tahap ahli
sebagai anggota yang mendapat tugas tertentu siswa mendapat tugas yang sama melakukan hal-hal sebagai berikut :
- belajar bersama dan menjadi ahli dalam bidang informasi (bacaan) yang menjadi tugas anda.
- memecahkan cara mengajarkan informasi (isi bacaan) yang telah dikuasai kedalam kelompok kooperatif.
3. Tahap lima serangkai
Pada tahap ini siswa kelompok ahli kembali kekelompok kooperatifnya (kelompok asal) dan mengajarkan informasi atau penyelesaian masalah yang telah dikuasai kepada anggota yang lain. Pada akhir tahap lima serangkai setiap kelompok menghasilkan pemecahan masalah yang merupakan hasil kelompok kooperatif (kelompok asal). Dengan sendirinya kualitas pemecahan masalah akan lebih baik karena dikerjakan bersama oleh para ahli bidangnya.

Bagan pembelajaran kooperati tipe Jigsaw
Kelompok Asal
5 atau 6 anggota yang heterogen dikelompokkan




(Tiap kelompok memiliki satu anggota dari tiap tim asal)
(Ibrahim dkk, 2000:20)

7. Kerangka Berfikir
Proses belajar seorang siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Agar prestasi belajar yang baik tercapai maka harus diupayakan seluruh faktor yang ada dapat mendukung proses belajar seorang siswa. Demikian pula halnya dengan proses belajar matematika.
Penggunaan model pembelajaran yang dapat membangkitkan minat dan kreatifitas belajar matematika sangat penting sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang secara prosedural dirancang untuk membangkitkan minat dan kreatifitas siswa. Model pembelajaran kooperatif yang mengutamakan kerja sama antara siswa dalam kelompok-kelompok kecil dalam mempelajari materi pelajaran melalui diskusi memungkinkan siswa mempunyai kesempatan yang luas untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pemantauan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan kelompok memungkinkan guru dapat mengetahui siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran dan guru dapat memberikan bimbingan secara langsung kepada siswa tersebut, dengan demikian akan jarang ditemukan siswa-siswa yang tidak memahami materi pelajaran ketika materi pelajaran disajikan.
Khususnya untuk model pembelajaran tipe Jigsaw, siswa diberikan beban dan tanggung jawab untuk menguasai bagian tertentu dari materi pelajaran yang selanjutnya diajarkan kembali kepada teman dalam kelompoknya akan membuat siswa lebih termotivasi untuk memahami materi pelajaran.
8. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1. penelitian yang dilakukan oleh Nuryadi (2004), menyimpulkan bahwa hasil belajar matematika kelas 1 SMP Negeri 1 Kendari tahun pelajaran 2003/2004 yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw lebih efektif dari pada diajar metode konvensional yang dilihat dari rata-rata belajarnya.
2. penelitian yang dilakukan oleh Susilayanti (2006), menyimpulkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 9 kendari pada Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus dapat ditingkatkan.
Dengan demikian penggunaan model pembelajaran kooperatif, khususnya tipe Jigsaw memungkinkan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.

9. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: ”Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw prestasi belajar matemaika pada pokok bahasan Persamaan Linier Satu Variabel pada siswa kelas VII1 MTsN Konda dapat ditingkatkan.











BAB III
METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas, karakteristik yang khas dari penelitian tindakan kelas ini adalah adanya tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
2. Setting Penelitian
Penelitian direncanakan akan diadakan di kelas VII1 MTsN Konda pada semester ganjil tahun 2009/2010, dengan jumlah siswa 40 orang.
3. Faktor yang di selidiki
a. Faktor siswa : melihat kemampuan siswa dalam mempelajari matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw khususnya pada saat mempelajari pokok bahasan Persamaan Linear dengan Satu Variabel.
b. Faktor guru : melihat bagaimana materi pelajaran dipersiapkan dan bagaimana teknik yang digunakan oleh guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam mengajarkan matematika pada pokok bahasan Persamaan Linear Satu Variabel.
c. Faktor sumber pelajaran : melihat apakah sumber pelajaran dapat mendukung model pembelajaran yang diterapkan.


4. Rencana Tindakan
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus dengan tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai pada faktor-faktor yang diselidiki.
Setiap siklus dalam penelitian ini mengikuti prosedur penelitian berikut : (1) perencanaan ; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi dan evaluasi; (4) refleksi.
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dijabarkan sebagai berikut :
1. perencanaan : adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi :
a. membuat skenario pembelajaran
b. menyiapkan LKS untuk membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan
c. membuat observasi untuk siswa dan guru guna melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diterapkan.
d. Membuat alat evaluasi untuk mengetahui apakah prestasi belajar matematika siswa dapat ditingkatkan.
e. Membuat jurnal untuk refleksi diri
2. pelaksanaan tindakan : kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dibuat yaitu :
a. Pendahuluan
- menyampaikan tujuan pembelajaran
- menjelaskan model pembelajaran yang akan dilaksanakan
b. Kegiatan inti
- memberi materi pengantar tentang persamaan linear satu variabel
- menetapkan siswa secara berkelompok sesuai model pembelajaran yang akan digunakan.
- Mengajukan soal-soal (LKS).
- Menyuruh siswa berdiskusi dalam kelompok ahli.
- Memantau dan mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan
- Menyuruh siswa kembali ke kelompok asalnya.
- Meminta beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya
c. Penutup
- Membimbing siswa untuk merangkum materi pelajaran
- Memberikan PR kepada siswa
3. Observasi dan evaluasi : pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan kelas serta melakukan evaluasi.
4. Refleksi : pada tahap ini, hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi sebelumnya dikumpulkan dan dianalisis. Jika belum memenuhi indikator keberhasilan, maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya dan kelemahan/kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya dituliskan pada jurnal untuk diperbaiki pada siklus berikutnya.


5. Data dan Teknik Pengambilan Data
1. sumber data : guru dan siswa
2. Jenis data : yaitu berupa data kuantitatif yaitu diperoleh dari tes prestasi belajar dan data kualitatif diperoleh dari lembar observasi dan jurnal.
3. Tehnik pengambilan data :
a. Data mengenai proses pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diambil dengan menggunakan lembar observasi.
b. Data mengenai prestasi belajar matematika diambil dengan menggunakan test.
c. Data mengenai refleksi diri diambil dengan menggunakan jurnal.
6. Indikator Kerja
Sebagai indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah minimal 75% siswa telah mengalami ketuntasan belajar secara perorangan. Sedang siswa dikatakan telah mengalami ketuntasan belajar secara perorangan apabila siswa tersebut telah memperoleh nilai minimal 6,0. Dari segi proses, tindakan dikatakan berhasil apabila minimal 85% proses pelaksanaan tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran.





Skema Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)











(Anonim, 1999: 27)









BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Kegiatan Pendahuluan
Pelaksanaan penelitian diawali dengan kegiatan observasi awal dan kegiatan wawancara dengan guru bidang studi matematika kelas VII1 MTs Negeri 1 Konda pada tanggal 31 Agustus 2009. Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara tersebut yakni salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan oleh model pembelajaran yuang digunakan oleh guru yang masih menggunakan model pembelajaran konvesisonal sehingga untuk mengatasi hal tersebut, maka diputuskan untuk menerapkan model pembelajaran model kooperatif tipe Jigsaw dalam mengajarkan matematika pada pokok bahasan persamaan linear satu variabel pada kelas VII1 MTs Negeri 1 Konda.






DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III. Jakarta : Balai Pustaka
Anam, khoirul. 2000 koo p. Implementasi eratif learning adaptasi model jigsaw dan field study. Jakarta : Dirjen Dinasmen.
Hamalik, oemar. 2001. Pelaksanaan pengajaran berdasarkan pendekatan sistem. Jakarta :Bumi Aksara.
Hartaji,mirsyafei. 2001. Pengembangan dan uji coba perangkat kontekstual teaching and learning. Jakarta : depdiknas
Ibrahim,muslimin dkk. 2000. Pengembangan kooperatif. Surabay : universitas press.
Ismail. 2002. Model-model pembelajaran. Jakarta depdiknas.
m. cholik,A dkk. 2000. Matematika untuk SMP Kelas VII. Jakarta : erlangga
nasution,A.H. 1990. Landasan matematika. Jakarta : bharata karya aksara.
Nur,muhamad. 2000. Pemebelajaran kooperatif unruk kelas ipa. Surabaya : UNESA.
Nurhadi. 2003. Pembekajaran kontekstual (contextual Teaching and learning/CTL) dan penerapannya dalam KBK. Malang : Universitas Negeri Malang.
Sardiman. 2003. Interaksi dan motifasi belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Simanjuntak. 1993. Metode mengajar matematika jilid I. Jakarta : Rineka Cipta.
Sudjana,nana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo.
Sugijono. 1999. Seribu pena matematika SLTP Kelas I. Jakarta : Erlangga.
Sukardi. 1998. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta : CV Rajawali.
Sumarno,Utari. 2002. Alternatif pembelajaran matematika dan implementasi kurikulum berbasis kompetensi. Bandung : FMIPA-UPI.
Sunarto,sunaryo. 2002. Inetraksi pengajaran dan pengelolaan kelas. Jakarta : Dirjen Diknasmen Depdiknas.
Syah,muhibbin. 2003. Psikologi belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
www. Ppp. Pembelajaran kooperatif.co.id.11 september 2009. 14:12 PM




Selengkapnya...

Sabtu, 29 Mei 2010

Efektivitas Model Pembelajaran Advance Organizer Pada Sub Pokok Bahasan Rumus-Rumus Segitiga Di Kelas X SMA Negeri 2 Kendari

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari siswa di jenjang pendidikan formal mulai dari tingkat SD sampai pada SMA bahkan pada perguruan tinggi tidak terlepas dari matematika. Hal ini menunjukkan bahwa matematika memegang peranan yang penting dalam upaya peningkatan mutu sumber daya manusia.
Pembelajaran matematika diharapkan berakhir dengan sebuah pemahaman siswa yang komprehensif dan holistik tentang materi yang disajikan. Pemahaman siswa yang dimaksud tidak sekedar memenuhi tuntutan tujuan pembelajaran matematika secara substantif saja, namun diharapkan muncul ‘efek iringan‘ dari pembelajaran tersebut (http://one.indoskripsi.com/). Efek iringan yang dimaksud antara lain adalah : (1) Lebih memahami keterkaitan antara satu topik matematika dengan topik matematika yang lainnya, (2) Lebih menyadari akan penting dan strategisnya matematika bagi bidang lain, (3) Lebih memahami peranan matematika dalam kehidupan manusia, (4) Lebih mampu berfikir logis, kritis, dan sistematis, (5) Lebih kreatif dan inovatif dalam mencari solusi pemecahan sebuah masalah, dan (6) Lebih peduli pada lingkungan sekitarnya.


A. LATAR BELAKANG
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari siswa di jenjang pendidikan formal mulai dari tingkat SD sampai pada SMA bahkan pada perguruan tinggi tidak terlepas dari matematika. Hal ini menunjukkan bahwa matematika memegang peranan yang penting dalam upaya peningkatan mutu sumber daya manusia.
Pembelajaran matematika diharapkan berakhir dengan sebuah pemahaman siswa yang komprehensif dan holistik tentang materi yang disajikan. Pemahaman siswa yang dimaksud tidak sekedar memenuhi tuntutan tujuan pembelajaran matematika secara substantif saja, namun diharapkan muncul ‘efek iringan‘ dari pembelajaran tersebut (http://one.indoskripsi.com/). Efek iringan yang dimaksud antara lain adalah : (1) Lebih memahami keterkaitan antara satu topik matematika dengan topik matematika yang lainnya, (2) Lebih menyadari akan penting dan strategisnya matematika bagi bidang lain, (3) Lebih memahami peranan matematika dalam kehidupan manusia, (4) Lebih mampu berfikir logis, kritis, dan sistematis, (5) Lebih kreatif dan inovatif dalam mencari solusi pemecahan sebuah masalah, dan (6) Lebih peduli pada lingkungan sekitarnya.
Ketercapaian dua sasaran pembelajaran matematika secara substantif dan efek iringannya akan tercapai manakala siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk belajar matematika secara komprehensif dan holistik. Dengan demikian, dalam proses belajar mengajar matematika kegiataan pengajaran perlu diubah menjadi kegiatan pembelajaran. Teknik mengajar yang baik harus diganti dengan teknik belajar yang baik dimana titik berat pemberian materi pelajaran harus digeser menjadi pemberian kemampuan yang relevan dengan kebutuhan siswa untuk belajar.
Kendatipun antara kata pengajaran dengan pembelajaran bermakna hampir sama, namun esensinya berbeda. Dalam pengajaran matematika, guru lebih banyak menyampaikan sejumlah ide atau gagasan-gagasan matematika. Sementara dalam pembelajaran matematika siswa mendapat porsi lebih banyak daripada guru, bahkan mereka ‘harus‘ dominan dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa berperan aktif sebagai pembelajar dan fungsi guru lebih pada sebagai fasilitator dan dinamisator.
Kenyataan menunjukkan bahwa rendahnya hasil belajar siswa SMP yang dicerminkan melalui NEM merupakan tantangan serius bagi dunia pendidikan dan semua pihak yang berkecimpung dalam pendidikan matematika. Khususnya, guru perlu mencari model pembelajaran yang bisa membuat siswa dapat menyerap, mencerna, dan mengingat bahan pelajaran dengan baik sehingga siswa dapat menjelaskan kembali materi tersebut.
Penggunaan model mengajar yang tidak sesuai dengan materi yang diajarkan cenderung menghasilkan prestasi belajar siswa kurang optimal, seperti yang dialami siswa SMAN 2 Kendari. Berdasarkan observasi langsung di lapangan pada tanggal 16 Oktober 2008 diperoleh data berupa prestasi belajar matematika siswa Kelas X SMAN 2 Kendari pada semester 1 tahun ajaran 2007/2008 sebesar 5,57 yang belum mencapai standar minimal yaitu 6,00.
Penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah bahwa perencanaan dan implementasi pembelajaran yang dilakukan oleh para guru matematika tampaknya masih dilandasi dengan metode transfer informasi. Kondisi pembelajaran matematika seperti ini akan menimbulkan kebosanan bagi siswa, siswa tidak dapat melihat hubungan antar materi pelajaran yang telah dipelajari dengan materi berikutnya, ini diperparah dengan sikap guru yang tidak pernah mengingatkan kembali siswa tentang hal tersebut dan terus melanjutkan materi tanpa mamperhatikan apakah siswa pada umumnya telah memahami materi yang diberikan sehingga pelajaran matematika menjadi tidak menarik, tidak disenangi, dan dengan sendirinya pelajaran matematika akan terasa sangat sulit. Dengan demikian sebagai konsekuensinya, hasil belajar yang dicapai siswa belum sesuai dengan harapan.
Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan diatas adalah dengan mencoba menerapkan Model Pembelajaran Advance Organizer, dimana materi yang telah dipelajari siswa dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai titik tolak dalam mengkomunikasikan informasi atau ide baru dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa dapat melihat keterkaitan antara materi pelajaran yang telah dipelajari dengan informasi atau ide baru. Dengan demikian diharapkan siswa dapat meningkatkan pemahaman mereka mengenai suatu materi tertentu sehingga hasil belajar matematika akan meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa perlu untuk mengkaji ” Efektivitas Model Pembelajaran Advance Organizer Pada Sub Pokok Bahasan Rumus-Rumus Segitiga di Kelas X SMAN 2 Kendari”.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana gambaran hasil belajar matematika siswa kelas X SMAN 2 Kendari pada kelas eksperimen melalui nilai Pre-Test dan Post-Test pada Sub Pokok Bahasan Rumus-Rumus Segitiga?
2. Bagaimana gambaran hasil belajar matematika siswa kelas X SMAN 2 Kendari pada kelas kontrol melalui nilai Pre-Test dan Post-Test pada Sub Pokok Bahasan Rumus-Rumus Segitiga?
3. Apakah penerapan model pembelajaran advance organizer efektif dalam pembelajaran matematika pada Sub Pokok Bahasan Rumus-Rumus Segitiga pada siswa kelas X SMAN 2 Kendari?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk memperoleh gambaran hasil belajar matematika siswa kelas X SMAN 2 Kendari pada kelas eksperimen melalui nilai Pre-Test dan Post-Test pada Sub Pokok Bahasan Rumus-Rumus Segitiga.
2. Untuk memperoleh gambaran hasil belajar matematika siswa kelas X SMAN 2 Kendari pada kelas kontrol melalui nilai Pre-test dan Post-Test pada Sub Pokok Bahasan Rumus-Rumus Segitiga.
3. Mengetahui Efektivitas penerapan model pembelajaran advance organizer dalam pembelajaran matematika pada Sub Pokok Bahasan Rumus-Rumus Segitiga pada siswa kelas X SMAN 2 Kendari.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah yang dijadikan objek penelitian ini dalam upaya peningkatan mutu dan kemampuan siswa dalam bidang studi matematika.
2. Bagi guru
Memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, sehingga pada pembelajaran berikutnya guru dapat memilih model atau metode mengajar yang lebih tepat.
3. Bagi siswa
Membantu dan mempermudah siswa dalam memahami materi-materi matematika, serta lebih memahami keterkaitan antara satu topik matematika dengan topik matematika yang lainnya.


4. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya yang mengangkat topik penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
5. Bagi penulis
Agar peneliti siap menjadi guru yang profesional dan inovatif dalam mengajarkan matematika dikemudian hari.
E. KAJIAN PUSTAKA
1. Prestasi Belajar Matematika
Prestasi belajar merupakan suatu indikator dari perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah mengalami proses belajar. Untuk mengungkapkan prestasi belajar siswa ini, maka digunakan satu alat penilaian yang disebut tes prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan suatu ukuran keberhasilan siswa setelah mengalami proses belajar. Menurut Nasution (1990:21) prestasi belajar adalah hasil belajar dari suatu individu tersebut berinteraksi secara aktif dan positif dengan lingkungannya. Selanjutnya Sukardi (1998:51) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan usaha belajar yang dicapai dalam kurun waktu tertentu.
Pendapat lain terhadap prestasi belajar dikemukakan oleh Winkel (1987:17) yang menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan suatu kemampuan internal yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan kemungkinan orang itu melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Prestasi belajar menurut Poerwadarminta (2006:910) adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dilakukan atau dikerjakan. Seorang siswa yang belajar matematika, berarti bahwa siswa tersebut telah melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, yaitu belajar matematika dan hasil dari pekerjaan itu disebut prestasi belajar matematika. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk mencapai suatu prestasi harus melalui proses yang dikenal dengan proses belajar.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai bahan pelajaran matematika setelah memperoleh pengalaman belajar matematika dalam suatu waktu tertentu.
2. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas pembelajaran berarti tingkat keberhasilan. Untuk menyatakan suatu proses belajar-mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan yang berbeda-beda sejalan dengan filosofisnya. Namun, untuk menyamakan persepsi menurut Usman (1993:7) sebaiknya berpedoman pada kurikulum yang berlaku yang telah disempurnakan antara lain bahwa suatu proses belajar dan suatu bahan pengajaran dinyatakan efektif apabila Tujuan Intruksional Khusus (TIK) tercapai.
Menurut Popham (2003:7) Efektivitas pengajaran seharusnya ditinjau dari hubungan guru tertentu yang mengajar kelompok siswa tertentu, di dalam situasi tertentu dalam usahanya mencapai tujuan-tujuan instruksional tertentu.
Dunne (1996:12) berpendapat bahwa Efektivitas pembelajaran memiliki dua karakteristik. Karakteristik pertama ialah ”memudahkan murid belajar” sesuatu yang ”bermanfaat”, seperti fakta keterampilan, nilai, konsep dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. Karakteristik kedua, bahwa keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai, seperti guru-guru, pelatih guru-guru, pengawas, tutor dan pemandu mata pelajaran atau murid-murid sendiri.
Selanjutnya konsep keefektifan pengajaran dikaitkan dengan peranan guru sebagai pengelola proses belajar-mengajar, bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar-mengajar yang efektif sehingga memungkinkan proses belajar-mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai (Usman, 2000:21).
Definisi Efektivitas dalam www.smpn1bantul.net dikatakan bahwa Efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana tujuan (kualitas, kuantitas dan waktu) telah tercapai. Dalam bentuk persamaan, Efektivitas sama dengan hasil nyata sebagai hasil yang diharapkan.
Berdasarkan pendapat di atas, maka sehubungan dengan penelitian ini, pembelajaran Advance Organizer dikatakan efektif apabila rata-rata hasil belajar siswa pada Sub Pokok Bahasan Rumus-Rumus Segitiga setelah diajar dengan model pembelajaran Advance Organizer lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar siswa pada Sub Pokok Bahasan Rumus-Rumus Segitiga dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.
3. Pembelajaran advance organizer
a. Pengertian
Model pembelajaran advance organizer merupakan suatu cara belajar untuk memperoleh pengetahuan baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada pada pembelajaran, artinya setiap pengetahuan mempunyai struktur konsep tertentu yang membentuk kerangka dari system pemprosesan informasi yang dikembangkan dalam pengetahuan (ilmu) itu. Metode ini dikembangkan oleh David Ausubal dan menurut beliau model ini adalah model belajar bermakna.
b. Tujuan
Model pembelajaran advance organizer bertujuan untuk memperkuat struktur kognitif siswa dan menambah daya ingat (retensi) siswa terhadap informasi yang bersifat baru.
c. Teknik Pelaksanaan
Pertama-tama guru menyajikan kerangka konsep yang umum dan menyeluruh untuk kemudian dilanjutkan dengan peryataan informasi yang lebih spesifik. Kerangka umum (organizer) tersebut berfungsi sebagai penyusun yang mengorganisasikan semua informasi selanjutnya yang akan diasimilasikan oleh siswa, sehingga siswa dapat menjelaskan mengintegrasikan dan menghubungkan materi dengan materi yang telah dimiliki sebelumnya.
d. Langkah-Langkah
Adapun langkah-langkah dalam Model pembelajaran advance organizer terdiri dari tiga fase yang saling berkaitan yaitu:
1) Penyajian advance organizer
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam fase ini adalah sebagai berikut:
a. Mengklarifikasikan tujuan pengajaran
Dalam hal ini dimaksudkan untuk membangun perhatian peserta didik dan menuntun mereka pada tujuan pembelajaran dimana keduanya merupakan hal penting untuk membantu terciptanya belajar bermakna.
b. Menyajikan organizer
Penyajian kerangka konsep yang umum dan menyeluruh untuk kemudian dilanjutkan dengan penyajian informasi yang lebih spesifik. Gambaran konsep/proposisi yang utama harus dikemukakan secara jelas dan hati-hati sehingga siswa mau melakukan eksplorasi baik berupa tanggapan maupun mengajukan contoh-contoh.
Advance organizer merupakan pernyataan umum yang memeperkenalkan bagian-bagian utama yang tercakup dalam urutan pengajaran. Advance organizer berfungsi untuk menghubungakan gagasan yang disajikan di dalam pelajaran dengan informasi yang telah berada didalam pikiran siswa, dan memberikan skema organisasional terhadap informasi yang sangat spesifik yang disajikan.
c. Memancing dan mendorong pengetahuan dan pengalaman dari siswa.
Pada bagian ini peran aktif siswa tampak dalam bentuk memberikan respon terhadap presentasi organisasi yang diberikan guru.
2) Penyajian bahan pelajaran
Fase kedua ini dapat dikembangkan dalam bentuk diskusi, ekspositori, atau siswa memperhatikan gambar-gambar, melakukan percobaan atau membaca teks, yang masing-masing diarahkan pada tujuan pengajaran yang ditunjukan pada langkah pertama, pengembangan sistem hirarki dalam PBM dapat dilaksanakan dengan cara:
a. Diferensiasi progesif
Suatu proses mengarahkan masalah pokok menjadi bagian-bagian yang lebih rinci dan khusus. Guru dalam mengajarkan konsep-konsep dari yang paling ingklusif kemudian konsep yang kurang ingklusif setelah itu baru yang khusus seperti contoh-contoh.
b. Rekonsiliasi integrative
Pengetahuan baru yang harus dihubungkan dengan isi materi pelajaran sebelumnya. Penyusunan ini berguna untuk mengatasi atau mengurangi pertentangan kognitif

3) Penguatan Organisasi Kognitif
Tujuan fase ketiga ini mengaitkan materi belajar yang baru dengan struktur kognitif siswa. Ausubel mengidentifikasikan menjadi empat aktifitas, yaitu:
a. Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi intergratif.
Aktivitas ini mempertemukan materi belajar yang baru dengan struktur kognitif siswa. Dapat dikembangkan oleh guru melalui:
- Mengingatkan siswa tentang gambaran menyeluruh gagasan/ide.
- Menanyakan ringkasan dari atribut materi pelajaran yang baru.
- Mengulangi defenisi secara tepat.
- Menanyakan perbedaan aspek-aspek yang terdapat dalam materi.
- Menanyakan bagaimana materi pelajaran mendukung konsep atau preposisi yang baru digunakan.
b. Meningkatkan kegiatan belajar (belajar menerima)
Dapat dilakukan dengan cara:
- Siswa menggambarkan materi baru dengan menghubungkannya melalui salah satu aspek pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
- Siswa memberi contoh-contoh terhadap konsep yang berhubungan dengan materi.
- Siswa menceritakan kembali dengan menggunakan kerangka referensi yang dimiliki.
- Siswa menghubungkan materi dengan pengalaman atau pengetahuan yang dimilikinya.
c. Meningkatkan pendekatan kritis tentang bahasan pokok.
Dilakukan dengan menanyakan kepada siswa tentang asumsi atau pendapatnya yang berhubungan dengan materi pelajaran. Guru memberikan pertibangan dan tentangan tehadap pendapat tersebut dan meyatukan kontradiksi apabila terjadi silang pendapat.
d. Mengklarifkasikan
Guru dapat melakukan klarifikasi dengan cara memberi tambahan informasi baru atau mengaplikasikan gagasan ke dalam situasi baru atau contoh lain (http://aryes-hidayat.blogspot.com/).
Dari uraian diatas jelaslah bahwa melalui model pembelajaran Advanced Organizer, siswa dapat melihat hubungan antara materi pelajaran yang telah dipelajari dengan materi berikutnya sehingga menjadikan pelajaran matematika merupakan pelajaran yang menarik dan disenangi oleh siswa. Akibatnya hasil belajar siswa akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
4. Hasil Penelitian yang Relevan
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh OKTAVIYANTO menyimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer dengan Peta Konsep dalam mengajarkan pokok bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan Kuadrat pada siswa kelas X SMA Negeri I Kalisat hasil belajar matematika siswa dapat meningkat.
5. Kerangka Berpikir
Dalam pembelajaran matematika, salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengajarkan suatu pokok bahasan adalah pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Salah satu model untuk memperkuat struktur kognitif siswa dan menambah daya ingat (retensi) siswa terhadap informasi yang bersifat baru adalah model pembelajaran Advance Organizer. Model Pembelajaran Advance Organizer adalah suatu model dimana siswa dapat melihat keterkaitan antara materi pelajaran yang telah dipelajari dengan informasi atau ide baru. Dalam model ini, siswa dituntut untuk dapat menguasai materi pelajaran secara tuntas agar hasil yang diperoleh siswa dapat bermanfaat.
6. Tinjauan Kurikulum Sub Pokok Bahasan Rumus-Rumus Segitiga
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sub pokok bahasan Rumus-rumus segitiga, diajarkan pada kelas X semester 2 terdiri atas dua sub pokok bahasan yaitu:
- Aturan sinus dan aturan kosinus.
- Rumus luas segitiga.
a. Standar Kompetensi
Menggunakan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri dalam pemecahan masalah.
b. Kompetensi Dasar
Merancang model matematika dari masalah yang berkaitan dengan perbandingan, fungsi, persamaan dan identitas trigonometri
c. Indikator
- Menyelesaikan perhitungan soal menggunakan aturan sinus dan aturan cosinus.
- Menghitung luas segitiga yang komponennya diketahui.
7. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini adalah “Model Pembelajaran Advance Organizer lebih efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika pada Sub Pokok Bahasan Rumus-Rumus Segitiga”. Secara statistik hipotesis tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan : 1 = Rata-rata prestasi belajar matematika siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Advance Organizer.
2 = Rata-rata prestasi belajar matematika siswa yang diajar dengan Model pembelajaran konvensional.




F. METODE PENELITIAN
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dimulai dari 16 Oktober 2008 sampai selesai. Pengambilan data dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2008/2009 pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Kendari.
2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Kendari tahun ajaran 2008/2009 semester 2 yang terdiri dari 10 kelas paralel.
Berdasarkan informasi dari kepala sekolah dan guru matematika di SMA Negeri 2 Kendari bahwa distribusi siswa perkelas secara merata tidak berdasarkan ranking kelas, maka peneliti mengambil 2 kelas dari 10 kelas paralel tersebut yang akan dijadikan sebagai sampel kelas eksperimen dan kelas kontrol, yang mana pengambilan sampel tersebut dilakukan dengan teknik purposive sampling.
3. Variabel, Definisi Operasional dan Desain Penelitian
a. Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Varibel Independen (bebas) yaitu pembelajaran matematika Sub Pokok Bahasan Rumus-Rumus Segitiga dengan penerapan model pembelajaran Advance organizer.
2) Variabel dependen (terikat) yaitu hasil belajar siswa
b. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan varibel-variabel dalam penelitian ini, maka perlu diberikan definisi operasional sebagai berikut:
1) Model advance organizer diartikan sebagai suatu model pembelajaran yang pada prinsipnya siswa dapat menyerap, mencerna, dan mengingat bahan pelajaran dengan baik dalam kegiatannya siswa dapat menjelaskan kembali materi tersebut.
2) Hasil belajar adalah hasil evaluasi siswa setelah pembelajaran yang ditandai dengan kemampuan siswa dalam hal memberikan jawaban benar terhadap soal-soal matematika yang diberikan.

c. Desain Penelitian
Desain penelitian dari kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut:
Kelas Pre tes Perlakuan Post tes
Eksperimen Y01 X1 Y11
Kontrol Y02 X2 Y12

Keterangan:
Y01¬¬ = hasil tes awal siswa sebelum perlakuan pada kelas eksperimen
Y02 = hasil tes awal siswa sebelum perlakuan pada kelas kontrol
X1 = pembelajaran matematika dengan model Advance Organizer
X2 = pembelajaran matematika dengan pendekatan konvensional
Y11 = hasil tes prestasi belajar setelah perlakuan pada kelas eksperimen
Y11 = hasil tes prestasi belajar setelah perlakuan pada kelas kontrol
Arikunto, (2002:79).
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah seperangkat tes hasil belajar berupa tes tertulis yang berbentuk esay. Peneliti menyusun 10 item tes Sub Pokok Bahasan Rumus-Rumus Segitiga yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa setelah diberikan perlakuan, baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol.
Setiap item mempunyai skor 10 sehingga skor maksimum yang dicapai oleh siswa adalah 100. Tes disusun oleh peneliti bekerjasama dengan guru kelas X SMA Negeri 2 Kendari, lalu dikonsultasikan dengan pembimbing.
Sebelum tes digunakan terlebih dahulu tes tersebut diujicobakan pada salah satu kelas X, yaitu untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.
Untuk mengetahui validitas setiap butir soal/item maka digunakan rumus:
(Arikunto, 2002:72)
Di mana : X = Skor item
Y = Skor total
N = Jumlah subjek
rXY = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
Dengan kriteria pengujian pada taraf signifikan  = 0,05:
(valid)
(tidak valid)
Kemudian untuk mengetahui reliabilitas tes maka dilakukan uji reliabitas tes dengan menggunakan rumus Alpha yaitu:
(Arikunto, 2002:109)
Di mana : r11 = Reliabilitas soal yang akan dicari
= Varians skor total
∑ = Jumlah Varians skor tiap-tiap item
n = Banyaknya soal
Untuk menginterpretasikan tingkat reliabilitas tes digunakan kriteria sebagai berikut:
Tingkat reliabilitas tes sangat rendah
Tingkat reliabilitas tes rendah
Tingkat reliabilitas tes sedang
Tingkat reliabilitas tes tinggi
Tingkat reliabilitas tes sangat tinggi (Arikunto, 2002:75)

5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan teknik pemberian tes. Tes diberikan setelah selesai kedua kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) diberikan pembelajaran. Soal-soal yang diberikan pada kedua kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) adalah sama.
6. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan dua macam statistik yaitu statisitik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data penelitian yang berupa perolehan skor rata-rata, median, nilai maksimum, nilai minimum dan standar deviasi. Sedangkan statistik inferensial digunakan untuk pengujian hipotesis penelitian dengan menggunakan uji-t, dengan prosedur sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Untuk keperluan ini maka statistik yang digunakan adalah statistik Chi-Kuadrat dengan rumus:
(Sudjana, 1992:273)
Di mana : = Frekuensi pengamatan untuk interval ke-i (i = 1, 2, 3, ....., k)
Ei = Frekuensi harapan untuk interval ke-i (i = 1, 2, 3, ....., k)
k = banyaknya kelas
= Nilai Chi-kuadrat hitung
Kriteria pengujian adalah bahwa jika pada taraf signifikan  = 0,05 dan dk = (k – 1), maka asumsi kenormalan diterima dan sebaliknya jika maka asumsi kenormalan ditolak.
b. Uji Homogenitas Varians
Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh mempunyai varians populasi yang sama atau tidak, maka dilakukan uji homogenitas varians dengan menggunakan rumus:
(Sudjana, 1992:250)
Pengujian dilakukan pada α = 0,05 dengan kriteria pengujian adalah:
Tolak H0 hanya jika Fhit  Ftab artinya varians kedua kelompok tidak homogen. Untuk harga F lainnya H0 diterima. Dan formulasi hipotesisnya:


c. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan uji homogenitas data prestasi belajar matematika kelompok yaitu kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan Model pembelajaran Advance Organizer dan kelas kontrol yang diajar dengan menggunakan Model pembelajaran konvensional.
Jika variansnya homogen maka rumus uji-t yang digunakan adalah sebagai berikut:
(Sudjana, 1992:239)
Keterangan: thit = Nilai hitung untuk uji t
= rata-rata skor responden kelas eksperimen
= rata-rata skor responden kelas kontrol
n1 = jumlah responden kelas eksperimen
n¬2 = jumlah responden kelas kontrol
S = simpangan baku gabungan
Untuk mendapatkan nilai simpangan baku gabungan digunakan rumus:
(Sudjana, 1992:239)
Keterangan:
S = simpangan baku
= Varians kelas yang diajar dengan Model pembelajaran Advance Organizer
= Varians kelas yang diajar dengan menggunakan Model pembelajaran konvensional
n1 = Jumlah responden kelas eksperimen
n2 = Jumlah responden kelas kontrol
Kriteria pengujian:
Terima H0 jika untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak.
Jika varians tidak homogen uji-t yang digunakan adalah sebagai berikut:
(Sudjana, 1992:241)
Keterangan:
= Nilai hitung untuk uji-t
= rata-rata skor responden kelas eksperimen
= rata-rata skor responden kelas kontrol
n1 = jumlah responden kelas eksperimen
n¬2 = jumlah responden kelas kontrol
= Varians kelas yang diajar dengan menggunakan Model pembelajaran Advance Organizer.
= Varians kelas yang diajar dengan menggunakan Model pembelajaran konvensional
Kriteria pengujian: tolak H0 jika dengan
dan
dan pada taraf signifikan  = 0,05, selain itu H0 diterima.
Jika data tidak normal maka dilakukan uji U
Untuk sampel pertama dengan pengamatan dengan rumus:
(Supranto, 2001:304)
Untuk sampel kedua dengan pengamatan dengan rumus:
(Supranto, 2001:304)
Keterangan:
= nilai hitung untuk uji U
= banyaknya responden dalam kelas eksperimen
= banyaknya responden dalam kelas kontrol
= jumlah nilai yang diperoleh responden dalam kelas eksperimen
= jumlah nilai yang diperoleh responden dalam kelas kontrol
Kriteria pengambilan keputusan adalah:
diterima apabila
ditolak apabila

DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara..

Dunne, Richard. 1996. Pembelajaran Efektif (Terjemahan). Jakarta: Grasindo.

http : //www.bpgupg.go.id. (Diakses pada tanggal 7 November 2008).
Octav. (20 Februari 2008). Proposal Skripsi. Diakses (9 Desember 2008) dari Http://www.One.Indoskripsi.Com/.

Http://www.smpn 1 bantul.net. (Diakses pada tanggal 9 Desember 2008).

Hidayat, Nurul. (3 Januari 2008). Advence organizer. Diakses 14 Desember 2008 dari http://aryes-hidayat.blogspot.com/2008/01/model-pembelajaran-advence-organizer.html.

Kanginan, Marthen. 2007. Matematika untuk Kelas X semester 2 SMA. Bandung: Gasindo media Utama.

Nasution, S. 1990. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar-mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Poerwadarminta, W.J.S,. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Popham, W. James. 2003. Teknik Mengajar Secara Sistematis (Terjemahan). Jakarta: Rineka cipta.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sukardi, Ketut Dewa. 1998. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Bina Aksara.

Sukino. 2007. Matematika untuk SMA Kelas 1B semester 2. Jakarta : Erlangga

Supranto, J. 2001. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.

Usman, Moh. Uzer. 1993. Upaya Optimalisasi kegiatan Belajar-mengajar. Bandung: Remaja Rosdaharya.
Usman, Moh. Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Winkel, W.S. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

Selengkapnya...

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS II SMP NEGERI 3 WANGI-WANGI SELATAN

Wa Ode Sarliati (A1C1 98 071). Hubungan Minat Belajar Matematika Siswa dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan.
Masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana minat belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan?
(2) Bagaimana prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan? (3) Apakah ada hubungan antara minat belajar siswa dengan prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan?
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ada hubungan positif yang signifikan antara minat belajar matematika siswa dengan prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan.
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan tahun ajaran 2005/2006 yang tersebar dalam 5 kelas paralel dengan jumlah 202 orang siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proporsional random sampling yaitu 25% dari jumlah populasi.
Pengambilan data dalam penelitian ini dengan instrumen berupa angket minat belajar matematika siswa yang terdiri dari 20 item. Sedangkan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan tahun pelajaran 2004/2005. Data dianalisis menggunakan teknik statistik deskriptif dan statistik inferensial.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa: (1) Minat belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan dikatakan baik yaitu sebanyak 36 orang atau 70,59%. (2) Prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan dikatakan baik yaitu sebanyak 39 orang atau 68,63%. (3) Terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat belajar matematika siswa dengan prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan. Signifikansi ini ditunjukkan oleh hasil uji thit = 3,2196 lebih besar dari ttabel sebesar 1,67. Serta besarnya hubungan minat belajar matematika siswa dengan prestasi belajar adalah 41,79%



Pembimbing II Mahasiswa




Drs. Utu Rahim, M.Pd. Wa Ode Sarliati
NIP 131 690 921 STB. A1C1 98 071

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah mutu pendidikan di Indonesia khususnya prestasi belajar siswa merupakan masalah nasional yang telah lama diperbincangkan. Upaya yang berkenaan dengan peningkatan prestasi belajar ini telah banyak dilakukan, baik seminar pendidikan maupun penelitian pendidikan tentang model pembelajaran, akan tetapi kenyataannya belum mampu memberikan hasil yang maksimal.
Masalah utama dalam dunia pendidikan kita adalah rendahnya penguasaan siswa terhadap materi pelajaran terutama pelajaran matematika. Kurang mampunya siswa dalam memahami materi pelajaran matematika ini terlihat dari rendahnya prestasi belajar matematika yang dicapai oleh siswa. Sebagaimana hasil observasi penulis pada SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan, yaitu secara umum prestasi belajar matematika siswa pada sekolah tersebut masih di bawah harapan.
Berdasarkan data Wakil Kepala SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan diperoleh bahwa rata-rata nilai matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan yang diperoleh dalam ulangan semester III dan IV tahun pelajaran 2004/2005 adalah 5,23 dan 5,31. Hal ini merupakan indikator bahwa prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan masih tergolong rendah.
Permasalahan ini menjadi tantangan bagi guru, orang tua dan siswa sendiri untuk selalu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika. Prestasi belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam diri siswa (faktor internal) seperti kecerdasan, motivasi, minat, dan bakat maupun faktor dari luar diri siswa (faktor eksternal) seperti lingkungan, fasilitas belajar, dan metode pengajaran.
Minat sebagai salah satu faktor internal mempunyai peranan dalam menunjang prestasi belajar siswa, siswa yang tidak berminat terhadap bahan pelajaran akan menunjukkan sikap yang kurang simpatik, malas dan tidak bergairah mengikuti proses belajar mengajar. Untuk merangsang perhatian siswa setiap guru dituntut harus mampu menciptakan suasana proses belajar mengajar sedemikian rupa sehingga mampu menarik perhatian siswa terhadap apa yang diberikan. Suatu keadaan yang menarik perhatian siswa diharapkan dapat menimbulkan minat belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Lisnawaty (1993: 58) bahwa minat belajar perlu mendapat perhatian yang khusus karena minat merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan proses belajar. Apabila anak didik menunjukkan minat belajar yang rendah adalah tugas pendidik disamping orang tua untuk meningkatkan minat tersebut, sebab jika pendidik mengabaikan minat belajar anak akan mengakibatkan tidak berhasilnya dalam proses belajar mengajar.
Sejalan dengan uraian tersebut, Slameto (2003: 57) mengemukakan bahwa salah satu faktor intern yang sangat besar pengaruhnya terhadap proses belajar siswa adalah minat siswa itu sendiri, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Sebaliknya bila bahan pelajaran itu sesuai dengan minat siswa maka akan lebih mudah mempelajarinya karena minat menambah frekuensi kegiatan belajar.
Pada saat observasi penulis melakukan wawancara dengan siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan tentang pembelajaran matematika. Sebagian dari siswa ada yang mengaku senang dengan pelajaran matematika dan sebagian siswa mengaku tidak senang dengan pelajaran matematika. Tidak jarang siswa yang memandang matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, bahkan ada siswa yang menganggap bahwa matematika adalah kegiatan pembelajaran yang membosankan. Hal ini menunjukkan bahwa minat belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan masih kurang.
Oleh karena itu penulis terdorong untuk meneliti tentang hubungan antara minat belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana minat belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan.
2. Bagaimana prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan.
3. Apakah ada hubungan antara minat belajar siswa dengan prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian adalah untuk mengetahui:
1. Minat belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan.
2. Prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan.
3. Ada tidaknya hubungan antara minat belajar siswa dengan prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi bagi peneliti dan guru bidang studi matematika tentang minat belajar siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan.
2. Sebagai bahan informasi kepada siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan dalam meningkatkan proses belajar mengajar.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan yang merupakan hasil dari belajar dapat ditimbulkan dalam berbagai bentuk seperti pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kemampuan dan kecakapan serta perubahan-perubahan pada aspek-aspek lainnya yang ada pada diri seseorang yang melakukan belajar.
Menurut Ahmadi dan Supriyono (1990: 121) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan perkembangan tidak termasuk dalam pengertian belajar. Sudjana (1990: 5) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek atau latihan. Perubahan tingkah laku individu sebagai hasil belajar ditunjukkan dalam berbagai aspek seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, persepsi, motivasi, atau gabungan dari aspek-aspek tersebut. Selanjutnya G.A. Kimble dalam Lisnawaty (1993: 38) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang relatif menetap dalam potensi tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan dengan penguatan dan tidak termasuk perubahan-perubahan karena kematangan, kelelahan atau kerusakan pada susunan saraf.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang telah mengalami praktek atau latihan yang dapat diamati dari kemampuan aktual dan potensi baru yang di peroleh melalui usaha, dan bukan perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisiologis atau kematangan. Perubahan tingkah laku akibat proses belajar meliputi aspek pengetahuannya, keterampilan, maupun sikapnya.

B. Minat Belajar Matematika
1. Pengertian Minat
Minat merupakan suatu kesukaan, kegemaran, atau kesenangan akan sesuatu. Minat akan mengarahkan tindakan seseorang terhadap suatu objek atas dasar rasa senang atau tidak senang. Jadi perasaan senang dan tidak senang merupakan dasar dari suatu minat.
Menurut Carl Safran dalam Dewa Ketut Sukardi (1988: 61) mengemukakan bahwa minat adalah suatu sikap atau perasaan yang positif terhadap suatu aktivitas orang, pengalaman atau benda.
Cony Semiawan dalam Dewa Ketut Sukardi (1988: 61) mendefinisikan minat sebagai suatu keadaan mental yang menghasilkan respon terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan kepadanya.

Reber dalam Syah (1995: 136) mengemukakan bahwa minat mempunyai ketergantungan pada faktor internal seperti perhatian, keinginan kemauan dan kebutuhan.
Slameto (2003: 180) memberikan pengertian bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dan sesuatu di luar diri.
Selanjutnya Dewa Ketut Sukardi (1988: 62) mengemukakan bahwa minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi, perpaduan, dan campuran dari perasaan, prasangka, cemas, takut, dan kecenderungan-kecenderungan lain yang bisa mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu kecenderungan sikap mengorbankan waktu, tenaga, harta, dan pikiran dengan niat yang tulus tanpa paksaan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi minat belajar matematika adalah keterlibatan seseorang dengan segenap kegiatan yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang pelajaran matematika yang dipelajarinya melalui latihan dan pengalaman.
2. Minat Belajar Matematika Siswa
Perasaan senang dan tidak senang merupakan dasar dari suatu minat. Minat seseorang akan dapat diketahui dari pernyataan senang dan tidak senang ataupun suka atau tidak suka terhadap suatu obyek tertentu. Begitu pula minat seorang siswa dapat diketahui dari kecenderungannya terpikat atau tertarik terhadap sesuatu pengalaman dan ingin untuk melestarikan pengalaman tersebut.
Minat siswa terhadap pelajaran merupakan kekuatan yang akan mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat (sikapnya senang) kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima kepada pelajaran. Mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk bisa terus tekun karena tidak ada pendorongnya.
Minat merupakan faktor psikologis yang akan mempengaruhi belajar. Minat yang dapat menunjang belajar adalah minat kepada bahan/mata pelajaran dan kepada guru yang mengajarnya. Apabila siswa tidak berminat kepada bahan/mata pelajaran juga kepada gurunya, maka siswa tidak akan mau belajar oleh karena itu apabila siswa tidak berminat sebaiknya dibangkitkan sikap positif (sikap menerima) kepada pelajaran dan kepada gurunya, agar siswa mau belajar memperhatikan pelajaran.
Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Orang yang berminat terhadap sesuatu, dia akan berusaha untuk mendapatkannya. Demikian pula siswa yang berminat terhadap matematika, maka dia akan berusaha dan berkorban semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikan persoalan matematika yang dihadapinya. Wujud pengorbanannya dapat berupa melengkapi fasilitas belajar yang dibutuhkan dalam matematika seperti kalkulator, tabel logaritma, mistar, jangka, busur, kertas grafik, dan lain-lain. Disamping itu waktu dan frekuensi belajar matematika akan lebih banyak atau paling tidak sama dengan pelajaran yang lain.
Minat belajar matematika bukan saja karena materinya yang menarik akan tetapi didukung oleh cara penyampaian materi yang baik dari para pengajar. Makin baik cara penyampaiannya makin besar pula kemungkinan siswa berminat belajar matematika.
Minat dan keterlibatan orang tua dalam program sekolah dapat menjadi faktor yang ,menentukan dalam meningkatkan prestasi siswa di sekolah, misalnya orang tua mau mendengarkan pendapat anaknya tentang sekolah, menolong anak menyesuaikan diri di kelas, bahkan turut aktif menjadi pelatih dalam kegiatan ekstra kokurikuler.
Di samping peranan aktif orang tua dalam perkembangan belajar siswa perlu juga mendapat perhatian yang khusus karena minat merupakan salah faktor penunjang keberhasilan proses belajar, disamping itu bahwa minat yang timbul dari kebutuhan siswa akan merupakan salah satu faktor penting bagi siswa dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan atau usahanya. Oleh karena itu minat pada siswa-siswa terutama minat belajar harus diperhatikan dengan seksama hal ini untuk memudahkan membimbing dan mengarahkan siswa belajar, sehingga siswa tidak perlu mendapat dorongan dari luar jika pekerjaan yang dilakukan cukup menarik minatnya.
Guru sebagai tenaga pengajar di kelas akan berusaha sedapat mungkin untuk membangkitkan minat belajar pada siswa-siswanya dengan berbagai cara, salah satu caranya dengan memperkenalkan kepada siswa berbagai macam kegiatan-kegiatan belajar, seperti bermain sambil belajar matematika sehingga anak-anak menunjukkan minat yang besar.
Ada beberapa syarat yang diperlukan untuk membangkitkan minat siswa:
1. Belajar harus menarik perhatian
Obyek atau keadaan yang menarik perhatian, pasti kemudian hari akan terjadi minat untuk lebih mendekati atau mendalami masalahnya.
Agar pengajaran memperoleh hasil yang sebaik-baiknya, pendidik (guru) harus berusaha membangkitkan minat peserta didik terhadap bahan pelajaran yang sedang diajarkan untuk mendapatkan perhatian misalnya memberi contoh-contoh yang konkret.
Untuk dapat membangkitkan perhatian spontan (perhatian yang bersumber dari peserta didik) seorang pendidik harus:
a. Mengajar dengan cara yang “menarik” misalnya menyesuaikan bahan pelajaran yang diajarkan dengan dunia siswa seperti memanfaatkan lingkungan.
b. Mengadakan selingan yang sehat: tentu jika selingan-selingan disesuaikan dengan pelajaran matematika yang berwawasan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Menjelaskan dari yang mudah ke yang “sukar” atau dari yang konkret ke yang abstrak.
d. Sedapat mungkin atau menghilangkan saat atau keadaan yang menyebabkan perhatian jadi tak perlu.
e. Penggunaan alat-alat peraga: hal ini dapat dilakukan dengan cara:
(1) langsung yaitu memperlihatkan bendanya sendiri, mengadakan percobaan-percobaan yang dapat diamati peserta didik misalnya pendidikan membawa alat-alat atau benda-benda ke dalam kelas atau membawa peserta ke laboratorium, pabrik-pabrik, kebun binatang dan sebagainya.
(2) tidak langsung yaitu dengan menunjukkan benda tiruan misalnya model, gambar, photo-photo, film dan sebagainya.
Pendidikan yang mengajar didepan kelas, dan orang tua harus membantu atau membimbing anak belajar di rumah dan harus bersama-sama berusaha untuk dapat membangkitkan minat belajar peserta didik dengan cara:
a. Menjelaskan tujuan bahan pelajaran yang akan diberikan dengan jelas.
b. Berusaha menghubungkan apa yang diketahui dan yang akan diketahui, maksudnya bahwa hubungan pelajaran pertama dengan pelajaran berikutnya harus ada hubungannya.
c. Mengadakan kompetisi yang sehat dalam belajar.
d. Menggunakan pujian dan hukum yang bijaksana
2. Objek atau keadaan yang kekuatannya menarik akan menimbulkan minat belajar, misalnya bau yang harum orang akan mencari dari mana timbulnya bau yang harum itu.
Dalam dunia pendidikan bahwa pelajaran yang diberikan jangan bersifat verbalistis, tetapi peserta didik dilatih bekerja sendiri atau memberi kesempatan pada peserta didik turut aktif selama pengajaran berjalan. Dengan demikian selama berlangsungnya pengajaran pendidik (guru) harus berusaha membangkitkan aktifitas baik jasmani maupun rohani.
Keaktifan jasmani adalah kegiatan yang nampak bila peserta didik sibuk bekerja, sedangkan keaktifan rohani adalah kegiatan yang nampak bila peserta didik mengamati dengan teliti, mengingat, memecahkan persoalan dan mengambil kesimpulan.
Untuk membangkitkan minat belajar aktivitas jasmani dan rohani harus digabung karena tanpa berbuat anak tidak berpikir, agar dapat berpikir diberi kesempatan untuk berbuat sendiri.
3. Masalah Berulang-Ulang Terjadi
Masalah yang berulang-ulang terjadi akan merupakan pendorong bagi peserta didik untuk membangkitkan minat belajar karena masalah tersebut sering muncul sehingga merupakan suatu kebiasaan. Jika situasi ini dirasa sangat menarik perhatian anak didik akan menimbulkan minat belajar yang lebih besar dan mengulangi masalah karena sesuai dengan keadaan “tepat” sehingga tidak menimbulkan kejenuhan.
Untuk menghindarkan ingatan yang setengah-setengah atau yang belum mengerti maka pengulangan perlu dilakukan dengan cara mengulang secara teratur, supaya bahan pelajaran yang diajarkan benar-benar dikuasai dan siap digunakan.

4. Semua kegiatan harus kontras
Hal-hal yang tidak sama bahkan menimbulkan kontras akan dapat menarik perhatian seseorang, sehingga dapat menimbulkan minat untuk mengetahui lebih lanjut.
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa secara sadar dan aktif, berarti aktivitas berpusat pada siswa sedangkan pendidik lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator (pemudah) terjadinya proses belajar. Sebagai kriterianya dapat dilihat bahwa siswa mengalami perubahan dan atau pertambahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Komponen-komponen proses belajar mengajar yang harus dilakukan sebagai usaha membangkitkan minat belajar anak atau siswa antara lain merumuskan tujuan pengajaran, mengembangkan atau menyusun alat-alat evaluasi, menetapkan kegiatan belajar mengajar, merencanakan program dengan menggunakan metode mengajar yang tepat. Dengan mengetahui komponen-komponen proses belajar mengajar, orang tua bersama guru akan lebih mudah dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Akhirnya diharapkan agar lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah khususnya kelas merupakan tempat-tempat yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan minat belajar secara utuh dan terpadu.
Menurut Russefendi dalam Lisnawaty (1993: 72) agar anak didik memahami dan mengerti konsep (struktur) matematika seyogyanya diajarkan dengan urutan konsep murni, dilanjutkan dengan konsep notasi, dan diakhiri dengan konsep terapan. Disamping itu untuk dapat mempelajari dengan baik struktur matematika maka representasinya (model) dimulai dengan benda-benda konkret yang beraneka ragam.
Menurut Lisnawaty (1993: 65) bahwa matematika untuk suatu negara penting karena jatuh bangunnya suatu negara tergantung dari kemajuan dibidang matematika. Oleh karena itu sebagai langkah awal untuk mengarah pada tujuan yang diharapkan adalah mendorong atau memberi motivasi bagi masyarakat khususnya peserta didik (siswa) untuk berminat belajar matematika. Bagi para peserta didik yang sudah mempunyai minat untuk belajar matematika akan merasa senang dan dengan penuh perhatian mengikuti pelajaran tersebut.

C. Prestasi Belajar
1. Prestasi Belajar Matematika
Belajar merupakan suatu proses dimana tingkah laku diubah melalui praktek atau latihan. Dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif-kualitatif individu sehingga tingkahlakunya berkembang. Perubahan inilah yang merupakan hasil belajar. Perubahan itu terjadi pada diri individu sebagai tingkah laku yang baru yang bersifat tetap pada akhirnya akan melahirkan kemampuan bagi seseorang dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.
Kemampuan itulah yang terwujud dalam prestasi belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Adinegoro (1980: 3) bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari segala pekerjaan yang berhasil dan menunjukkan hasil kecakapan manusia setelah melalui proses belajar. Sehingga dikatakan bahwa prestasi belajar matematika merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan suatu proses belajar matematika.
Adanya perubahan itu tampak pada adanya kemampuan yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan pertanyaan/persoalan dan tugas yang diberikan oleh guru sebagai suatu prestasi yang dihasilkan. Dengan demikian prestasi belajar menggambarkan keberhasilan suatu proses belajar yang dapat mencerminkan tingkat kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, maka prestasi belajar matematika dapat diartikan sebagai hasil belajar matematika yang diperoleh setelah menempuh proses belajar matematika yang dilambangkan dengan nilai hasil belajar. Jadi prestasi belajar matematika adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai dalam belajar matematika.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.
Yang tergolong faktor internal adalah:
1. Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.
2. Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas:
a. Faktor intelektif yang meliputi:
1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki
b. Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penguasaan diri.
3. Faktor kematangan fisik maupun psikis
Yang tergolong faktor eksternal ialah:
1. Faktor sosial, yang terdiri atas keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok
2. Faktor budaya seperti adat-istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian
3. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim
4. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan
(Ahmadi, 1990: 130-131).
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar di atas, yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah minat yang termasuk dalam faktor psikologis dan tergolong faktor internal.

3. Hubungan Minat Belajar dan Prestasi Belajar
Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah minat belajar. Minat belajar yang tinggi akan mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar matematika.
Minat besar pengaruhnya terhadap pelajaran, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar (Slameto, 2003: 57). Sejalan dengan itu Ahmadi (1990: 79) mengemukakan bahwa tidak adanya minat siswa terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar, karena itu pelajaran pun tidak pernah terjadi proses dalam otak. Sehingga tujuan belajar tidak dapat terlaksana.
Selanjutnya Usman (1993: 12) mengemukakan bahwa anak yang tergolong ke dalam berprestasi kurang ialah anak yang memiliki taraf intelegensi yang tergolong tinggi. Akan tetapi prestasi belajar yang dicapai termasuk rendah (di bawah rata-rata). Secara potensial anak yang bertaraf intelegensi tinggi memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk memperoleh prestasi belajar yang tinggi. Gejala berprestasi kurang ini sesungguhnya dirasakan sebagai salah satu masalah dalam belajar karena secara potensial mereka memiliki kemungkinan untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi. Timbulnya gejala ini berkaitan dengan motivasi, minat, sikap dan kebiasaan belajar, ciri-ciri kepribadian tertentu dan pola-pola pendidikan yang diterima dari orang tuanya, serta suasana rumah tangga pada umumnya. Anak-anak dari golongan ini memerlukan perhatian yang sebaik-baiknya dari para guru, terutama dari para petugas bimbingan di sekolah.
Anak yang mencapai suatu prestasi, sebenarnya merupakan hasil kecerdasan dan minat (Lisnawaty, 1993: 58). Jadi seorang siswa tidak mungkin sukses dalam segala aktivitas tanpa adanya minat. Minat dapat timbul pada seseorang jika menarik perhatian terhadap suatu obyek. Perhatian ini akan terjadi dengan sendirinya atau mungkin timbul karena ada pengaruh dari luar.
Minat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan baik. Sebaliknya siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran atau ilmu pengetahuan akan senang belajar sehingga dapat berhasil dalam pelajaran itu.

D. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Jaya (2003: 30) dengan judul “Hubungan Minat Belajar Matematika Siswa dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas II SLTP Negeri 1 Tikep” yang menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan minat belajar matematika siswa dengan hasil belajar matematika siswa kelas II SLTP Negeri 1 Tikep tahun pelajaran 2002/2003 dengan nilai korelasi sebesar 0,7098.

E. Kerangka Pemikiran
Minat belajar merupakan rasa ketertarikan siswa terhadap kegiatan pembelajaran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang berbagai ilmu pengetahuan melalui latihan dan pengalaman. Seorang siswa yang belajar dengan didasari minat, akan memudahkan terciptanya konsentrasi, memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan dan memperkecil kebosanan dalam diri siswa serta melahirkan perhatian yang tinggi.
Tinggi rendahnya minat belajar siswa dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dan prestasi belajar yang diperoleh siswa. Siswa yang belajar tanpa didasari minat, maka ia tidak dapat belajar dengan baik. Hal ini mengakibatkan rendahnya prestasi belajar yang diperoleh siswa.
Dalam proses belajar mengajar matematika, minat juga sangat penting artinya. Dalam hal belajar mengajar, pemahaman konsep-konsep hanya dapat diperoleh bila dilakukan dengan penuh perhatian. Dengan demikian berarti harus didorong oleh minat. Seorang siswa yang belajar matematika tidak sesuai dengan minatnya, maka ia cepat bosan dengan materi yang diberikan. Salah satu faktor penyebab lemahnya siswa terhadap mata pelajaran matematika adalah kurangnya minat, sehingga prestasi belajar matematika yang diperoleh siswa rendah. Seorang siswa yang mempunyai minat untuk mempelajari matematika akan menunjukkan prestasi belajar matematika yang baik. Jadi antara minat belajar dengan prestasi belajar matematika mempunyai hubungan yang sangat erat.

F. Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan tinjauan pustaka, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Ada hubungan positif yang signifikan antara minat belajar matematika dan prestasi belajar matematika pada siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan.
Secara statistik, hipotesis di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:
H0:  = 0 lawan H1:  > 0
H0 : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara minat belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan.
H1 : Ada hubungan positif yang signifikan antara minat belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan yang merupakan hasil dari belajar dapat ditimbulkan dalam berbagai bentuk seperti pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kemampuan dan kecakapan serta perubahan-perubahan pada aspek-aspek lainnya yang ada pada diri seseorang yang melakukan belajar.
Menurut Ahmadi dan Supriyono (1990: 121) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan perkembangan tidak termasuk dalam pengertian belajar. Sudjana (1990: 5) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek atau latihan. Perubahan tingkah laku individu sebagai hasil belajar ditunjukkan dalam berbagai aspek seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, persepsi, motivasi, atau gabungan dari aspek-aspek tersebut. Selanjutnya G.A. Kimble dalam Lisnawaty (1993: 38) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang relatif menetap dalam potensi tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan dengan penguatan dan tidak termasuk perubahan-perubahan karena kematangan, kelelahan atau kerusakan pada susunan saraf.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang telah mengalami praktek atau latihan yang dapat diamati dari kemampuan aktual dan potensi baru yang di peroleh melalui usaha, dan bukan perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisiologis atau kematangan. Perubahan tingkah laku akibat proses belajar meliputi aspek pengetahuannya, keterampilan, maupun sikapnya.

B. Minat Belajar Matematika
1. Pengertian Minat
Minat merupakan suatu kesukaan, kegemaran, atau kesenangan akan sesuatu. Minat akan mengarahkan tindakan seseorang terhadap suatu objek atas dasar rasa senang atau tidak senang. Jadi perasaan senang dan tidak senang merupakan dasar dari suatu minat.
Menurut Carl Safran dalam Dewa Ketut Sukardi (1988: 61) mengemukakan bahwa minat adalah suatu sikap atau perasaan yang positif terhadap suatu aktivitas orang, pengalaman atau benda.
Cony Semiawan dalam Dewa Ketut Sukardi (1988: 61) mendefinisikan minat sebagai suatu keadaan mental yang menghasilkan respon terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan kepadanya.

Reber dalam Syah (1995: 136) mengemukakan bahwa minat mempunyai ketergantungan pada faktor internal seperti perhatian, keinginan kemauan dan kebutuhan.
Slameto (2003: 180) memberikan pengertian bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dan sesuatu di luar diri.
Selanjutnya Dewa Ketut Sukardi (1988: 62) mengemukakan bahwa minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi, perpaduan, dan campuran dari perasaan, prasangka, cemas, takut, dan kecenderungan-kecenderungan lain yang bisa mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu kecenderungan sikap mengorbankan waktu, tenaga, harta, dan pikiran dengan niat yang tulus tanpa paksaan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi minat belajar matematika adalah keterlibatan seseorang dengan segenap kegiatan yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang pelajaran matematika yang dipelajarinya melalui latihan dan pengalaman.
2. Minat Belajar Matematika Siswa
Perasaan senang dan tidak senang merupakan dasar dari suatu minat. Minat seseorang akan dapat diketahui dari pernyataan senang dan tidak senang ataupun suka atau tidak suka terhadap suatu obyek tertentu. Begitu pula minat seorang siswa dapat diketahui dari kecenderungannya terpikat atau tertarik terhadap sesuatu pengalaman dan ingin untuk melestarikan pengalaman tersebut.
Minat siswa terhadap pelajaran merupakan kekuatan yang akan mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat (sikapnya senang) kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima kepada pelajaran. Mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk bisa terus tekun karena tidak ada pendorongnya.
Minat merupakan faktor psikologis yang akan mempengaruhi belajar. Minat yang dapat menunjang belajar adalah minat kepada bahan/mata pelajaran dan kepada guru yang mengajarnya. Apabila siswa tidak berminat kepada bahan/mata pelajaran juga kepada gurunya, maka siswa tidak akan mau belajar oleh karena itu apabila siswa tidak berminat sebaiknya dibangkitkan sikap positif (sikap menerima) kepada pelajaran dan kepada gurunya, agar siswa mau belajar memperhatikan pelajaran.
Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Orang yang berminat terhadap sesuatu, dia akan berusaha untuk mendapatkannya. Demikian pula siswa yang berminat terhadap matematika, maka dia akan berusaha dan berkorban semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikan persoalan matematika yang dihadapinya. Wujud pengorbanannya dapat berupa melengkapi fasilitas belajar yang dibutuhkan dalam matematika seperti kalkulator, tabel logaritma, mistar, jangka, busur, kertas grafik, dan lain-lain. Disamping itu waktu dan frekuensi belajar matematika akan lebih banyak atau paling tidak sama dengan pelajaran yang lain.
Minat belajar matematika bukan saja karena materinya yang menarik akan tetapi didukung oleh cara penyampaian materi yang baik dari para pengajar. Makin baik cara penyampaiannya makin besar pula kemungkinan siswa berminat belajar matematika.
Minat dan keterlibatan orang tua dalam program sekolah dapat menjadi faktor yang ,menentukan dalam meningkatkan prestasi siswa di sekolah, misalnya orang tua mau mendengarkan pendapat anaknya tentang sekolah, menolong anak menyesuaikan diri di kelas, bahkan turut aktif menjadi pelatih dalam kegiatan ekstra kokurikuler.
Di samping peranan aktif orang tua dalam perkembangan belajar siswa perlu juga mendapat perhatian yang khusus karena minat merupakan salah faktor penunjang keberhasilan proses belajar, disamping itu bahwa minat yang timbul dari kebutuhan siswa akan merupakan salah satu faktor penting bagi siswa dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan atau usahanya. Oleh karena itu minat pada siswa-siswa terutama minat belajar harus diperhatikan dengan seksama hal ini untuk memudahkan membimbing dan mengarahkan siswa belajar, sehingga siswa tidak perlu mendapat dorongan dari luar jika pekerjaan yang dilakukan cukup menarik minatnya.
Guru sebagai tenaga pengajar di kelas akan berusaha sedapat mungkin untuk membangkitkan minat belajar pada siswa-siswanya dengan berbagai cara, salah satu caranya dengan memperkenalkan kepada siswa berbagai macam kegiatan-kegiatan belajar, seperti bermain sambil belajar matematika sehingga anak-anak menunjukkan minat yang besar.
Ada beberapa syarat yang diperlukan untuk membangkitkan minat siswa:
1. Belajar harus menarik perhatian
Obyek atau keadaan yang menarik perhatian, pasti kemudian hari akan terjadi minat untuk lebih mendekati atau mendalami masalahnya.
Agar pengajaran memperoleh hasil yang sebaik-baiknya, pendidik (guru) harus berusaha membangkitkan minat peserta didik terhadap bahan pelajaran yang sedang diajarkan untuk mendapatkan perhatian misalnya memberi contoh-contoh yang konkret.
Untuk dapat membangkitkan perhatian spontan (perhatian yang bersumber dari peserta didik) seorang pendidik harus:
a. Mengajar dengan cara yang “menarik” misalnya menyesuaikan bahan pelajaran yang diajarkan dengan dunia siswa seperti memanfaatkan lingkungan.
b. Mengadakan selingan yang sehat: tentu jika selingan-selingan disesuaikan dengan pelajaran matematika yang berwawasan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Menjelaskan dari yang mudah ke yang “sukar” atau dari yang konkret ke yang abstrak.
d. Sedapat mungkin atau menghilangkan saat atau keadaan yang menyebabkan perhatian jadi tak perlu.
e. Penggunaan alat-alat peraga: hal ini dapat dilakukan dengan cara:
(1) langsung yaitu memperlihatkan bendanya sendiri, mengadakan percobaan-percobaan yang dapat diamati peserta didik misalnya pendidikan membawa alat-alat atau benda-benda ke dalam kelas atau membawa peserta ke laboratorium, pabrik-pabrik, kebun binatang dan sebagainya.
(2) tidak langsung yaitu dengan menunjukkan benda tiruan misalnya model, gambar, photo-photo, film dan sebagainya.
Pendidikan yang mengajar didepan kelas, dan orang tua harus membantu atau membimbing anak belajar di rumah dan harus bersama-sama berusaha untuk dapat membangkitkan minat belajar peserta didik dengan cara:
a. Menjelaskan tujuan bahan pelajaran yang akan diberikan dengan jelas.
b. Berusaha menghubungkan apa yang diketahui dan yang akan diketahui, maksudnya bahwa hubungan pelajaran pertama dengan pelajaran berikutnya harus ada hubungannya.
c. Mengadakan kompetisi yang sehat dalam belajar.
d. Menggunakan pujian dan hukum yang bijaksana
2. Objek atau keadaan yang kekuatannya menarik akan menimbulkan minat belajar, misalnya bau yang harum orang akan mencari dari mana timbulnya bau yang harum itu.
Dalam dunia pendidikan bahwa pelajaran yang diberikan jangan bersifat verbalistis, tetapi peserta didik dilatih bekerja sendiri atau memberi kesempatan pada peserta didik turut aktif selama pengajaran berjalan. Dengan demikian selama berlangsungnya pengajaran pendidik (guru) harus berusaha membangkitkan aktifitas baik jasmani maupun rohani.
Keaktifan jasmani adalah kegiatan yang nampak bila peserta didik sibuk bekerja, sedangkan keaktifan rohani adalah kegiatan yang nampak bila peserta didik mengamati dengan teliti, mengingat, memecahkan persoalan dan mengambil kesimpulan.
Untuk membangkitkan minat belajar aktivitas jasmani dan rohani harus digabung karena tanpa berbuat anak tidak berpikir, agar dapat berpikir diberi kesempatan untuk berbuat sendiri.
3. Masalah Berulang-Ulang Terjadi
Masalah yang berulang-ulang terjadi akan merupakan pendorong bagi peserta didik untuk membangkitkan minat belajar karena masalah tersebut sering muncul sehingga merupakan suatu kebiasaan. Jika situasi ini dirasa sangat menarik perhatian anak didik akan menimbulkan minat belajar yang lebih besar dan mengulangi masalah karena sesuai dengan keadaan “tepat” sehingga tidak menimbulkan kejenuhan.
Untuk menghindarkan ingatan yang setengah-setengah atau yang belum mengerti maka pengulangan perlu dilakukan dengan cara mengulang secara teratur, supaya bahan pelajaran yang diajarkan benar-benar dikuasai dan siap digunakan.

4. Semua kegiatan harus kontras
Hal-hal yang tidak sama bahkan menimbulkan kontras akan dapat menarik perhatian seseorang, sehingga dapat menimbulkan minat untuk mengetahui lebih lanjut.
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa secara sadar dan aktif, berarti aktivitas berpusat pada siswa sedangkan pendidik lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator (pemudah) terjadinya proses belajar. Sebagai kriterianya dapat dilihat bahwa siswa mengalami perubahan dan atau pertambahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Komponen-komponen proses belajar mengajar yang harus dilakukan sebagai usaha membangkitkan minat belajar anak atau siswa antara lain merumuskan tujuan pengajaran, mengembangkan atau menyusun alat-alat evaluasi, menetapkan kegiatan belajar mengajar, merencanakan program dengan menggunakan metode mengajar yang tepat. Dengan mengetahui komponen-komponen proses belajar mengajar, orang tua bersama guru akan lebih mudah dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Akhirnya diharapkan agar lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah khususnya kelas merupakan tempat-tempat yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan minat belajar secara utuh dan terpadu.
Menurut Russefendi dalam Lisnawaty (1993: 72) agar anak didik memahami dan mengerti konsep (struktur) matematika seyogyanya diajarkan dengan urutan konsep murni, dilanjutkan dengan konsep notasi, dan diakhiri dengan konsep terapan. Disamping itu untuk dapat mempelajari dengan baik struktur matematika maka representasinya (model) dimulai dengan benda-benda konkret yang beraneka ragam.
Menurut Lisnawaty (1993: 65) bahwa matematika untuk suatu negara penting karena jatuh bangunnya suatu negara tergantung dari kemajuan dibidang matematika. Oleh karena itu sebagai langkah awal untuk mengarah pada tujuan yang diharapkan adalah mendorong atau memberi motivasi bagi masyarakat khususnya peserta didik (siswa) untuk berminat belajar matematika. Bagi para peserta didik yang sudah mempunyai minat untuk belajar matematika akan merasa senang dan dengan penuh perhatian mengikuti pelajaran tersebut.

C. Prestasi Belajar
1. Prestasi Belajar Matematika
Belajar merupakan suatu proses dimana tingkah laku diubah melalui praktek atau latihan. Dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif-kualitatif individu sehingga tingkahlakunya berkembang. Perubahan inilah yang merupakan hasil belajar. Perubahan itu terjadi pada diri individu sebagai tingkah laku yang baru yang bersifat tetap pada akhirnya akan melahirkan kemampuan bagi seseorang dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.
Kemampuan itulah yang terwujud dalam prestasi belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Adinegoro (1980: 3) bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari segala pekerjaan yang berhasil dan menunjukkan hasil kecakapan manusia setelah melalui proses belajar. Sehingga dikatakan bahwa prestasi belajar matematika merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan suatu proses belajar matematika.
Adanya perubahan itu tampak pada adanya kemampuan yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan pertanyaan/persoalan dan tugas yang diberikan oleh guru sebagai suatu prestasi yang dihasilkan. Dengan demikian prestasi belajar menggambarkan keberhasilan suatu proses belajar yang dapat mencerminkan tingkat kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, maka prestasi belajar matematika dapat diartikan sebagai hasil belajar matematika yang diperoleh setelah menempuh proses belajar matematika yang dilambangkan dengan nilai hasil belajar. Jadi prestasi belajar matematika adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai dalam belajar matematika.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.
Yang tergolong faktor internal adalah:
1. Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.
2. Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas:
a. Faktor intelektif yang meliputi:
1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki
b. Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penguasaan diri.
3. Faktor kematangan fisik maupun psikis
Yang tergolong faktor eksternal ialah:
1. Faktor sosial, yang terdiri atas keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok
2. Faktor budaya seperti adat-istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian
3. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim
4. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan
(Ahmadi, 1990: 130-131).
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar di atas, yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah minat yang termasuk dalam faktor psikologis dan tergolong faktor internal.

3. Hubungan Minat Belajar dan Prestasi Belajar
Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah minat belajar. Minat belajar yang tinggi akan mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar matematika.
Minat besar pengaruhnya terhadap pelajaran, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar (Slameto, 2003: 57). Sejalan dengan itu Ahmadi (1990: 79) mengemukakan bahwa tidak adanya minat siswa terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar, karena itu pelajaran pun tidak pernah terjadi proses dalam otak. Sehingga tujuan belajar tidak dapat terlaksana.
Selanjutnya Usman (1993: 12) mengemukakan bahwa anak yang tergolong ke dalam berprestasi kurang ialah anak yang memiliki taraf intelegensi yang tergolong tinggi. Akan tetapi prestasi belajar yang dicapai termasuk rendah (di bawah rata-rata). Secara potensial anak yang bertaraf intelegensi tinggi memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk memperoleh prestasi belajar yang tinggi. Gejala berprestasi kurang ini sesungguhnya dirasakan sebagai salah satu masalah dalam belajar karena secara potensial mereka memiliki kemungkinan untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi. Timbulnya gejala ini berkaitan dengan motivasi, minat, sikap dan kebiasaan belajar, ciri-ciri kepribadian tertentu dan pola-pola pendidikan yang diterima dari orang tuanya, serta suasana rumah tangga pada umumnya. Anak-anak dari golongan ini memerlukan perhatian yang sebaik-baiknya dari para guru, terutama dari para petugas bimbingan di sekolah.
Anak yang mencapai suatu prestasi, sebenarnya merupakan hasil kecerdasan dan minat (Lisnawaty, 1993: 58). Jadi seorang siswa tidak mungkin sukses dalam segala aktivitas tanpa adanya minat. Minat dapat timbul pada seseorang jika menarik perhatian terhadap suatu obyek. Perhatian ini akan terjadi dengan sendirinya atau mungkin timbul karena ada pengaruh dari luar.
Minat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan baik. Sebaliknya siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran atau ilmu pengetahuan akan senang belajar sehingga dapat berhasil dalam pelajaran itu.

D. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Jaya (2003: 30) dengan judul “Hubungan Minat Belajar Matematika Siswa dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas II SLTP Negeri 1 Tikep” yang menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan minat belajar matematika siswa dengan hasil belajar matematika siswa kelas II SLTP Negeri 1 Tikep tahun pelajaran 2002/2003 dengan nilai korelasi sebesar 0,7098.

E. Kerangka Pemikiran
Minat belajar merupakan rasa ketertarikan siswa terhadap kegiatan pembelajaran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang berbagai ilmu pengetahuan melalui latihan dan pengalaman. Seorang siswa yang belajar dengan didasari minat, akan memudahkan terciptanya konsentrasi, memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan dan memperkecil kebosanan dalam diri siswa serta melahirkan perhatian yang tinggi.
Tinggi rendahnya minat belajar siswa dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dan prestasi belajar yang diperoleh siswa. Siswa yang belajar tanpa didasari minat, maka ia tidak dapat belajar dengan baik. Hal ini mengakibatkan rendahnya prestasi belajar yang diperoleh siswa.
Dalam proses belajar mengajar matematika, minat juga sangat penting artinya. Dalam hal belajar mengajar, pemahaman konsep-konsep hanya dapat diperoleh bila dilakukan dengan penuh perhatian. Dengan demikian berarti harus didorong oleh minat. Seorang siswa yang belajar matematika tidak sesuai dengan minatnya, maka ia cepat bosan dengan materi yang diberikan. Salah satu faktor penyebab lemahnya siswa terhadap mata pelajaran matematika adalah kurangnya minat, sehingga prestasi belajar matematika yang diperoleh siswa rendah. Seorang siswa yang mempunyai minat untuk mempelajari matematika akan menunjukkan prestasi belajar matematika yang baik. Jadi antara minat belajar dengan prestasi belajar matematika mempunyai hubungan yang sangat erat.

F. Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan tinjauan pustaka, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Ada hubungan positif yang signifikan antara minat belajar matematika dan prestasi belajar matematika pada siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan.
Secara statistik, hipotesis di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:
H0:  = 0 lawan H1:  > 0
H0 : Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara minat belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan.
H1 : Ada hubungan positif yang signifikan antara minat belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Minat Belajar Matematika Siswa
Data penelitian yang diperoleh melalui angket minat belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan, seluruh skor ditransformasi dari skala ordinal ke skala interval dengan menggunakan Method of Successive Interval (MSI).
Skor minat belajar matematika siswa mempunyai rata-rata sebesar 64,1661, standar deviasi sebesar 8,9251, median sebesar 65,3050, modus sebesar 67,77785, nilai terendah sebesar 41,5775 dan nilai tertinggi sebesar 80,0722. Berdasarkan acuan pemberian kategori dalam metode penelitian dengan nilai rata-rata 64,1661 dan standar deviasi sebesar 8,9251. Jika data variabel minat belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan dimasukkan ke dalam konversi skala 5 (lima) kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi nilai dan persentase seperti dinyatakan pada tabel berikut:
Tabel 1. Kategori Minat Belajar Matematika Siswa Kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan

Interval Kategori f %
X  77,5538
68,6287  X < 77,5538
59,7053  X < 68,6287
50,7784  X < 59,7053
X < 50,7784 Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah 3
14
19
11
4 5,88
27,45
37,26
21,57
7,84
Jumlah 51 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa 5,88% minat belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan berada dalam kategori sangat tinggi, 27,45% dalam kategori tinggi, 37,26% dalam kategori sedang, 21,57% dalam kategori rendah dan 7,84% berada dalam kategori sangat rendah.

2. Prestasi Belajar Matematika Siswa
Prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan mempunyai nilai rata-rata sebesar 67,7647, standar deviasi sebesar 15,0620, nilai terendah sebesar 40 dan nilai tertinggi sebesar 100. Modus dari prestasi belajar matematika siswa sebesar 69, dan median sebesar 67,3636.
Pengkategorian prestasi belajar matematika siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Kategori Prestasi Belajar Matematika
Interval Kategori f %
80  Y  100
60  Y < 80
Y < 60 Tinggi
Sedang
Rendah 15
20
16 29,41
39,22
31,37
Jumlah 51 100

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 29,41% prestasi belajar siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan berada dalam kategori tinggi, 39,22% dalam kategori sedang, 31,37% dalam kategori rendah.

3. Pengujian Normalitas Data
Sebelum dilakukan analisis korelasi, terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas data yang bertujuan untuk melihat apakah variabel penelitian dalam hal ini variabel X (minat belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan) dan variabel Y (prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan) berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan statistik
Chi-Kuadrat (proses perhitungan ada pada Lampiran 9). Dari hasil pengujian normalitas untuk variabel X diperoleh 2hitung = 4,7035 sedangkan nilai 2tabel = 2(0,95;4) = 9,49. Jadi 2hitung < 2tabel dan variabel Y diperoleh 2hitung = 3,6769 sedangkan nilai 2tabel = 2(0,95;4) = 9,49. Jadi 2hitung < 2tabel, maka dapat disimpulkan bahwa data minat belajar matematika dan prestasi belajar matematika siswa berdistribusi normal.

4. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil analisis pada Lampiran 10 diperoleh hubungan minat belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan sebesar r = 0,4179. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thit sebesar 3,2196. Selanjutnya berdasarkan tabel t pada taraf kepercayaan 95% ( = 0,05) dengan db = 50 diperoleh nilai ttabel = 1,67. Dari kedua hasil ini diperoleh
thit > ttabel yang berarti H0 ditolak (Lampiran 10). Ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat belajar matematika siswa dengan prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan.

B. Pembahasan
Dari hasil analisis deskriptif data menunjukkan bahwa minat belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan yang berada dalam kategori sangat tinggi sebanyak 3 orang siswa atau 5,88%, kategori tinggi sebanyak 14 orang siswa atau 27,45%, kategori sedang sebanyak 19 orang siswa atau 37,26%, kategori rendah sebanyak 2 orang siswa atau 21,57% dan kategori sangat rendah sebanyak 4 orang siswa atau 7,84%.
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata minat belajar matematika siswa tersebut tampak bahwa siswa yang mempunyai minat belajar matematika yang baik yaitu yang tergolong dalam kategori sedang sampai dengan sangat tinggi adalah sebanyak 36 orang siswa atau 70,59% dan siswa yang mempunyai minat belajar matematika yang kurang yaitu yang tergolong dalam kategori rendah dan sangat rendah adalah sebanyak 15 orang siswa atau 29,41%. Hal ini sesuai dengan jawaban siswa dari angket yang diberikan yaitu keinginan, kemauan dan perhatian terhadap pelajaran matematika lebih banyak siswa yang memberikan skor jawaban yang tinggi sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan mempunyai minat belajar matematika yang baik.
Prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan yang berada dalam kategori tinggi sebanyak 15 orang siswa atau 29,41%, kategori sedang sebanyak 20 orang siswa atau 39,22%, dan kategori rendah sebanyak 16 orang siswa atau 31,37%. Berdasarkan perhitungan rata-rata prestasi belajar matematika siswa tersebut tampak pula bahwa siswa yang berprestasi baik yaitu yang tergolong dalam kategori sedang dan tinggi adalah sebanyak 35 orang siswa atau 68,63%, dan siswa yang berprestasi kurang atau buruk yaitu yang tergolong dalam kategori rendah adalah sebanyak 16 orang siswa atau 31,37%. Sehingga secara umum dapat dikatakan pula bahwa siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan mempunyai prestasi belajar matematika yang baik.
Hasil temuan dalam penelitian ini bahwa minat belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan baik dan prestasi belajar matematikanya juga baik.
Berdasarkan hasil analisis korelasi tentang besarnya hubungan minat belajar matematika siswa (X) dengan prestasi belajar matematika siswa (Y) diperoleh bahwa nilai rxy = 0,4179. Nilai rxy > 0 berarti minat belajar matematika siswa mempunyai hubungan yang positif dengan prestasi belajar matematika siswa. Karena nilai korelasinya terletak pada interval 0,4 – 0,6 maka kedua variabel mempunyai korelasi yang sedang. Hal ini menunjukkan bahwa minat belajar matematika berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika dan minat belajar hanya merupakan salah satu faktor dari beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Sedangkan dari pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh
thit = 3,2196 dan ttabel = 1,67. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa thit > ttabel pada taraf signifikan  = 0,05 dan db = 49. Dengan demikian H0 ditolak dan menerima H1 yang berarti terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan.
Dengan demikian nampak bahwa minat belajar matematika merupakan salah satu faktor internal yang sangat menunjang prestasi belajar matematika seorang siswa. Dan semakin baik minat belajar matematika siswa semakin baik pula prestasi belajar matematikanya.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan, maka kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:
1. Minat belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan dikatakan baik yaitu sebanyak 36 orang atau 70,59%.
2. Prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan dikatakan baik yaitu sebanyak 39 orang atau 68,63%.
3. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat belajar matematika siswa dengan prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan. Signifikansi ini ditunjukkan oleh hasil uji thit = 3,2196 lebih besar dari ttabel sebesar 1,67. Serta besarnya hubungan minat belajar matematika siswa dengan prestasi belajar adalah 41,79%, kedua variabel mempunyai hubungan yang sedang.

B. Saran
Dengan adanya hubungan positif yang signifikan antara minat belajar matematika dengan prestasi belajar matematika, maka diharapkan kepada:
1. Guru: dalam mempersiapkan kegiatan pembelajaran agar selalu memperhatikan hal-hal yang dapat menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan minat belajar matematika.
2. Siswa: untuk lebih meningkatkan keinginan, kemauan dan perhatiannya terhadap pelajaran matematika sehingga prestasi belajar matematikanya semakin baik.
DAFTAR PUSTAKA
Adinegoro, 1980. Ensiklopedia Umum dan Bahasa Indonesia. Balai Bintang. Jakarta.
Ahmadi, Abu., Supriyono, W. 1990. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 1998. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Dewa Ketut Sukardi. 1988. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Bina Aksara
Depdikbud. 1997. Buku Laporan Pendidikan SLTP. Jakarta: Depdikbud.
Hudoyo, Herman. 1990. Strategi Belajar Matematika, IKIP: Malang

Jaya, Darna. 2003. Hubungan Minat Belajar Matematika Siswa dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas II SMP Negeri 1 Tikep. Skripsi: FKIP Unhalu.
Lisnawaty Simanjuntak, dkk. 1993. Metode Mengajar Matematika. Jakarta: Rineka Cipta.
Nasution, Andi Hakim. 1992. Landasan Matematika. Jakarta: Bharata Karya Aksara
Oemar Hamalik. 1991. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana, 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sudjana, Nana. 1990. Teori-Teori Belajar untuk Pengajaran. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sugiyono, 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
Suherman, Erman. 1990. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Syah, M. 1995. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer., Setiawati Lilis. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lampiran 1. Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Matematika

Faktor/Dimensi Indikator Jumlah Butir Nomor Butir
1. Keinginan siswa dalam belajar matematika - Mengikuti jadwal belajar matematika (+)
- Memperdalam pengetahuan di Perguruan Tinggi (+)
- Mata pelajaran yang susah dan sulit (-)
- Tugas matematika mengganggu konsentrasi belajar (-)
- Latihan soal dapat menambah pemahaman (+)
- Membuat catatan yang lengkap (+)
- Tidak terlambat mengikuti pelajaran matematika (+) 7 1
2
3
4
5
6
7
2. Kemauan siswa dalam belajar matematika - Mengerjakan soal latihan matematika (+)
- Senang apabila guru terlambat masuk mengajar atau tidak masuk (-)
- Acuh tak acuh mengikuti les (-)
- Belajar matematika jika terpaksa (-)
- Tetap belajar walaupun sukar (+)
- Selalu membaca bahan pelajaran (+)
- Berusaha belajar matematika sendiri (+)
- Bergairah mengikuti pelajaran matematika (+) 8 8
9

10
11
12
13
14
15
3. Perhatian siswa dalam belajar matematika - Memikirkan hal lain saat belajar (-)
- Bertanya pada guru (+)
- Memperhatikan dengans seksama jika guru menerangkan (+)
- Tekun mengikuti pelajaran (+)
- Tidak serius belajar matematika (-) 5 16
17

18
19
20


Lampiran 2. Angket Minat Belajar Matematika

Bidang Studi :
Kelas :
Nama :
Petunjuk:
1. Dibawah ini disajikan 20 butir pernyataan, anda diminta untuk menjawab setiap butir pernyataan tersebut.
2. Apapun pilihan jawaban anda tidak akan mempengaruhi nilai matematika anda, tetapi semata-mata untuk meningkatkan mutu pendidikan. Karena itu anda diharapkan memilih jawaban yang benar-benar berdasarkan pendapat dan keadaan anda sendiri.
3. pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda paling tepat dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu alternatif jawaban yang ada.
Pernyataan
1. Saya mengikuti jadwal pelajaran matematika dan tidak pernah bolos.
A. Sangat Setuju D. Tidak Setuju
B. Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C. Ragu-Ragu
2. Setelah lulus SMA saya berkeinginan memperdlaam pengetahuan matematika di Perguruan Tinggi.
A. Sangat Setuju D. Tidak Setuju
B. Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C. Ragu-Ragu
3. Bagi saya matematika adalah mata pelajaran yang susah dan sulit untuk dimengerti.
A. Sangat Setuju D. Tidak Setuju
B. Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C. Ragu-Ragu
4. Bagi saya tugas matematika tidak bermanfaat karena hanya mengganggu konsentrasi belajar saya pada mata pelajaran lain.
A. Sangat Setuju D. Tidak Setuju
B. Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C. Ragu-Ragu
5. Latihan soal bagi saya sangat bermanfaat karena dapat menambah pemahaman saya terhadap materi yang diberikan.
A. Sangat Setuju D. Tidak Setuju
B. Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C. Ragu-Ragu
6. Saya membuat catatan yang lengkap jika sedang belajar matematika.
A. Sangat Setuju D. Tidak Setuju
B. Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C. Ragu-Ragu
7. Saya berusaha untuk tidak terlambat mengikuti pelajaran matematika.
A. Sangat Setuju D. Tidak Setuju
B. Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C. Ragu-Ragu
8. Setelah selesai mempelajari mata pelajaran matematika, saya selalu mengerjakan soal latihan.
A. Sangat Setuju D. Tidak Setuju
B. Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C. Ragu-Ragu
9. Apabila guru matematika terlambat masuk mengajar atau tidak masuk mengajar, maka sebagian besar kawan-kawan saya bergembira, sikap kawan itu saya . . .
A. Sangat Setuju D. Tidak Setuju
B. Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C. Ragu-Ragu

10. Saya bersikap acuh tak acuh apabila guru memberikan les karena menurut saya hal itu tidak berguna dan hanya membuang waktu saja.
A. Sangat Setuju D. Tidak Setuju
B. Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C. Ragu-Ragu
11. Saya belajar matematika jika dipaksa.
A. Sangat Setuju D. Tidak Setuju
B. Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C. Ragu-Ragu
12. Walaupun pelajaran matematika sukar karena terlalu banyak perhitungannya, saya selalu berusaha untuk mempelajarinya.
A. Sangat Setuju D. Tidak Setuju
B. Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C. Ragu-Ragu
13. Sebelum mengikuti pelajaran di kelas, terlebih dahulu saya membaca bahan pelajaran yang akan dipelajari.
A. Sangat Setuju D. Tidak Setuju
B. Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C. Ragu-Ragu
14. Apabila suatu waktu guru matematika berhalangan masuk mengajar, maka saya berusaha belajar matematika sendiri.
A. Sangat Setuju D. Tidak Setuju
B. Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C. Ragu-Ragu
15. Saya bergairah mengikuti pelajaran matematika karena menurut saya hal itu akan lebih meningkatkan pemahaman saya pada materi pelajaran matematika.
A. Sangat Setuju D. Tidak Setuju
B. Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C. Ragu-Ragu
16. Jika sedang belajar matematika maka saya memikirkan hal lain tanpa memperhatikan apa yang diajarkan oleh guru.
A. Sangat Setuju D. Tidak Setuju
B. Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C. Ragu-Ragu
17. Dalan proses belajar matematika, kalau ada hal-hal yang kurang dimengerti maka saya menanyakannya pada guru.
A. Sangat Setuju D. Tidak Setuju
B. Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C. Ragu-Ragu
18. Saya memperhatikan dengan seksama jika guru menjelaskan materi pelajaran matematika di kelas.
A. Sangat Setuju D. Tidak Setuju
B. Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C. Ragu-Ragu
19. Walaupun metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar saya kurang senang tetapi saya tetap tekun mengikutinya.
A. Sangat Setuju D. Tidak Setuju
B. Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C. Ragu-Ragu
20. Saya tidaks serius setiap belajar matematika di kelas.
A. Sangat Setuju D. Tidak Setuju
B. Setuju E. Sangat Tidak Setuju
C. Ragu-Ragu


Lampiran 3. Sebaran Skor Data Minat Belajar Matematika Siswa Kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan

No. Nomor Item 
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 2 4 3 4 4 4 5 4 2 3 79
2 4 5 4 3 5 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 85
3 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 93
4 5 3 4 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 91
5 4 5 4 5 4 2 4 1 5 4 5 4 3 2 4 4 5 5 2 4 76
6 4 5 3 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5 4 5 3 3 4 5 5 85
7 4 5 5 5 5 5 2 2 1 4 1 5 2 1 4 1 1 4 5 4 66
8 5 5 3 3 5 5 5 5 3 2 4 5 5 4 5 2 2 4 5 3 80
9 4 5 3 4 4 5 5 5 3 4 5 5 4 4 5 3 5 5 5 5 88
10 5 3 1 5 4 5 5 5 4 5 3 4 4 3 5 4 3 2 5 4 79
11 4 3 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 77
12 4 3 4 4 3 5 5 5 5 4 3 4 4 5 2 4 5 5 4 4 82
13 4 3 5 1 4 1 3 3 4 5 5 5 4 5 3 4 3 4 3 4 73
14 5 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 2 4 89
15 2 2 2 3 3 2 2 2 4 3 4 4 2 2 3 3 3 2 3 2 53
16 5 3 3 2 5 5 5 5 5 2 4 5 5 4 5 3 4 5 4 4 83
17 4 4 2 3 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 77
18 4 3 2 3 4 2 3 3 4 4 5 2 3 1 3 2 2 4 5 3 62
19 4 4 2 2 5 5 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 5 4 4 2 73
20 4 5 4 4 1 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 88
21 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 95
22 4 4 2 4 1 5 5 4 4 5 2 3 4 5 5 5 4 4 5 5 80
23 5 3 2 3 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 3 5 4 4 1 79
24 4 3 4 5 1 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 85
25 3 2 2 3 4 4 4 3 2 3 2 3 3 4 4 2 3 4 4 2 61
26 4 3 4 5 4 5 4 3 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 85
27 4 3 4 5 5 5 4 4 4 2 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 87
28 5 3 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 91
29 5 5 4 5 5 5 5 4 3 4 3 5 5 4 3 4 5 4 5 3 86
30 4 3 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 81
31 5 5 3 4 5 5 5 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 93
32 5 3 3 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 94
33 3 3 3 3 5 5 5 4 4 5 5 5 5 3 2 4 5 5 4 4 82
34 5 4 2 4 4 4 4 2 4 5 4 4 4 4 4 1 4 1 1 2 67
35 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 73
36 5 5 4 4 5 2 5 5 1 1 4 5 2 5 2 1 2 5 2 1 66
37 3 3 3 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 87
38 5 5 2 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 96
39 5 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 94
40 5 5 3 1 2 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 86
41 4 4 3 5 5 4 3 4 5 5 5 1 4 1 5 5 4 4 4 2 77
42 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 97
43 5 3 5 4 5 5 4 3 5 4 5 5 3 4 5 5 4 5 4 5 88
44 5 3 3 4 4 4 4 2 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 78
45 4 3 4 5 5 5 4 4 4 2 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 86
46 4 3 4 4 5 2 4 4 3 4 5 4 5 3 4 3 1 4 5 3 74
47 5 3 3 4 4 4 4 2 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 78
48 4 3 2 4 4 5 5 4 2 5 4 5 5 3 5 3 5 5 5 5 83
49 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 80
50 5 3 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 3 5 5 5 5 4 5 92
51 3 1 1 2 4 5 3 1 1 3 4 4 4 1 2 3 2 3 3 3 53


Lampiran 4. Proses Tranformasi dari Skala Ordinal ke Skala Interval Melalui MSI Data Minat Belajar Matematika Siswa Kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan

Frekuensi jawaban dengan nilai 1 = 33
2 = 73
3 = 113
4 = 389
5 = 412
Jumlah jawaban keseluruhan = jumlah nomor angket x jumlah sampel
= 20 x 51
= 1020
Proporsi jawaban dengan nilai 1 : p1 =
2 : p2 =
3 : p3 =
4 : p4 =
5 : p5 =
Proporsi jawaban kumulatif dengan nilai 1 : pk1 = 0 + 0,0324 = 0,0324
2 : pk2 = 0,0324 + 0,0716 = 0,1040
3 : pk3 = 0,1040 + 0,1108 = 0,2148
4 : pk4 = 0,2148 + 0,3814 = 0,5962
5 : pk5 = 0,5962 + 0,4038 = 1,000
Proporsi kumulatif ini dianggap mengikuti distribusi normal baku dan diperoleh nilai-nilai Z sebagai berikut:
Untuk 0,0324 diperoleh Z1 = = 1,85
Untuk 0,1040 diperoleh Z2 = = 1,26
Untuk 0,2148 diperoleh Z3 = = 0,79
Untuk 0,5962 diperoleh Z4 = 0,24
Untuk 1,000 diperoleh Z5 = 
Nilai-nilai Z tersebut di atas ditransformasikan ke dalam tabel ordinat distribusi normal baku untuk mengetahui density masing-masing Z yaitu:
Density Z1 = 0,0721
Density Z2 = 0,1804
Density Z3 = 0,2920
Density Z4 = 0,3876
Density Z5 = 0,0000
Sehingga nilai-nilai skala diperoleh sebagai berikut:
NS1 =
NS2 =
NS3 =
NS4 =
NS5 =
Nilai skala terkecil (harga negatif terbesar) diubah menjadi sama dengan 1 sehingga diperoleh:
NS1 = -2,2253 + 3,2253 = 1
NS2 = -1,5126 + 3,2253 = 1,7127
NS3 = -1,0072 + 3,2253 = 2,2181
NS4 = -0,2507 + 3,2253 = 2,9476
NS5 = 0,9599 + 3,2253 = 4,1852

Lampiran 5. Skor Minat Belajar Matematika Siswa Kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan dari Skala Ordinal ke Skala Interval

Resp. Skala Ordinal Jumlah Item Skala Interval Jumlah Skor
1 2 3 4 5 1 1,7127 2,2181 2,9746 4,1852
1 0 2 2 11 5 20 0 3,4254 4,4362 32,7206 20,9260 61,5082
2 0 0 2 11 7 20 0 0,0000 4,4362 32,7206 29,2964 66,4532
3 1 0 0 3 16 20 1 0,0000 0,0000 8,9238 66,9632 76,8870
4 1 0 2 1 16 20 1 0,0000 4,4362 2,9746 66,9632 75,3740
5 1 3 1 9 6 20 1 5,1381 2,2181 26,7714 25,1112 60,2388
6 0 0 3 9 8 20 0 0,0000 6,6543 26,7714 33,4816 66,9073
7 5 3 0 5 7 20 5 5,1381 0,0000 14,8730 29,2964 54,3075
8 0 3 4 3 10 20 0 5,1381 8,8724 8,9238 41,8520 64,7863
9 0 0 3 6 11 20 0 0,0000 6,6543 17,8476 46,0372 70,5391
10 1 1 4 6 8 20 1 1,7127 8,8724 17,8476 33,4816 62,9143
11 0 1 2 16 1 20 0 1,7127 4,4362 47,5936 4,1852 57,9277
12 0 1 3 9 7 20 0 1,7127 6,6543 26,7714 29,2964 64,4348
13 2 0 6 7 5 20 2 0,0000 13,3086 20,8222 20,9260 57,0568
14 0 1 0 8 11 20 0 1,7127 0,0000 23,7968 46,0372 71,5467
15 0 10 7 3 0 20 0 17,1270 15,5267 8,9238 0,0000 41,5775
16 0 2 3 5 10 20 0 3,4254 6,6543 14,8730 41,8520 66,8047
17 0 2 1 15 2 20 0 3,4254 2,2181 44,6190 8,3704 58,6329
18 1 5 7 5 2 20 1 8,5635 15,5267 14,8730 8,3704 48,3336
19 0 5 0 12 3 20 0 8,5635 0,0000 35,6952 12,5556 56,8143
20 1 0 0 8 11 20 1 0,0000 0,0000 23,7968 46,0372 70,8340
21 1 0 0 1 18 20 1 0,0000 0,0000 2,9746 75,3336 79,3082
22 1 2 1 8 8 20 1 3,4254 2,2181 23,7968 33,4816 63,9219
23 1 1 3 8 7 20 1 1,7127 6,6543 23,7968 29,2964 62,4602
24 1 0 1 9 9 20 1 0,0000 2,2181 26,7714 37,6668 67,6563
25 0 6 7 7 0 20 0 10,2762 15,5267 20,8222 0,0000 46,6251
26 0 0 2 11 7 20 0 0,0000 4,4362 32,7206 29,2964 66,4532
27 0 1 1 8 10 20 0 1,7127 2,2181 23,7968 41,8520 69,5796
28 0 0 1 7 12 20 0 0,0000 2,2181 20,8222 50,2224 73,2627
29 0 0 4 6 10 20 0 0,0000 8,8724 17,8476 41,8520 68,5720
30 0 0 1 17 2 20 0 0,0000 2,2181 50,5682 8,3704 61,1567
31 0 0 2 3 15 20 0 0,0000 4,4362 8,9238 62,7780 76,1380
32 0 0 2 2 16 20 0 0,0000 4,4362 5,9492 66,9632 77,3486
33 0 1 5 5 9 20 0 1,7127 11,0905 14,8730 37,6668 65,3430
34 3 3 0 12 2 20 3 5,1381 0,0000 35,6952 8,3704 52,2037
35 0 3 1 16 0 20 0 5,1381 2,2181 47,5936 0,0000 54,9498
36 4 5 0 3 8 20 4 8,5635 0,0000 8,9238 33,4816 54,9689
37 0 0 3 7 10 20 0 0,0000 6,6543 20,8222 41,8520 69,3285
38 0 1 0 1 18 20 0 1,7127 0,0000 2,9746 75,3336 80,0209
39 0 0 0 6 14 20 0 0,0000 0,0000 17,8476 58,5928 76,4404
40 1 1 1 5 12 20 1 1,7127 2,2181 14,8730 50,2224 70,0262
41 2 1 2 8 7 20 2 1,7127 4,4362 23,7968 29,2964 61,2421
42 0 0 0 3 17 20 0 0,0000 0,0000 8,9238 71,1484 80,0722
43 0 0 3 6 11 20 0 0,0000 6,6543 17,8476 46,0372 70,5391
44 0 1 2 15 2 20 0 1,7127 4,4362 44,6190 8,3704 59,1383
45 0 1 1 9 9 20 0 1,7127 2,2181 26,7714 37,6668 68,3690
46 1 1 5 9 4 20 1 1,7127 11,0905 26,7714 16,7408 57,3154
47 0 1 2 15 2 20 0 1,7127 4,4362 44,6190 8,3704 59,1383
48 0 2 3 5 10 20 0 3,4254 6,6543 14,8730 41,8520 66,8047
49 0 0 1 18 1 20 0 0,0000 2,2181 53,5428 4,1852 59,9461
50 0 0 2 4 14 20 0 0,0000 4,4362 11,8984 58,5928 74,9274
51 5 3 7 4 1 20 5 5,1381 15,5267 11,8984 4,1852 41,7484


Lampiran 6. Data Hasil Penelitian

No. Nama X Y No. Nama X Y
1 Susiani 61,5082 64 27 Adi F,S, 69,5796 50
2 Wa Ode Salina 66,4532 70 28 Samsiah 73,2627 85
3 Risna 76,8870 60 29 Rahmawati 68,5720 90
4 Suherman 75,3740 67 30 Mardianto 61,1567 56
5 Rasmin 60,2388 40 31 Waka 76,1380 67
6 Hariono 66,9073 94 32 Musriani 77,3486 75
7 Rusiati 54,3075 60 33 Dian Ekawati 65,3430 80
8 Wa Ode Nining Yuni K, 64,7863 67 34 Sunia 52,2037 67
9 La Mudi 70,5391 100 35 Debi 54,9498 43
10 Surati Lataha 62,9143 72 36 Irfan Anas 54,9689 65
11 Mariono 57,9277 65 37 Afriani 69,3285 50
12 La Adi 64,4348 47 38 Eka Faniah 80,0209 100
13 Wa Ode Jaetima 57,0568 54 39 Agus 76,4404 73
14 La Isa 71,5467 80 40 Lisnawati 70,0262 70
15 Wa Ode Nurfiani Saadah 41,5775 60 41 Sartono 61,2421 55
16 Erman 66,8047 75 42 Kartika Sari 80,0722 100
17 Aliadin 58,6329 60 43 Nofita Sari 70,5391 83
18 Pelianti 48,3336 53 44 Ahmadi 59,1383 57
19 Satiani 56,8143 80 45 Rubiadin 68,3690 56
20 Wa Ode Murniati 70,8340 74 46 Herianto 57,3154 80
21 Alimuddin 79,3082 90 47 Kiki Reski Hosana 59,1383 54
22 Lutan Maharani 63,9219 40 48 Musniati 66,8047 60
23 Yulisnawati 62,4602 53 49 La Ode Juliadin 59,9461 50
24 Hastuti 67,6563 80 50 Fitriah Salma 74,9274 90
25 Andiono 46,6251 67 51 Nufri Sulasmin Eka 41,7484 50
26 Hardianto S, 66,4532 80


Lampiran 7. Perhitungan Nilai-Nilai untuk Nilai r

No. Resp. Xi Yi XiYi Xi2 Yi2
1 61,5082 64 3936,5248 3783,2587 4096
2 66,4532 70 4651,7240 4416,0278 4900
3 76,8870 60 4613,2200 5911,6108 3600
4 75,3740 67 5050,0580 5681,2399 4489
5 60,2388 40 2409,5520 3628,7130 1600
6 66,9073 94 6289,2862 4476,5868 8836
7 54,3075 60 3258,4500 2949,3046 3600
8 64,7863 67 4340,6821 4197,2647 4489
9 70,5391 100 7053,9100 4975,7646 10000
10 62,9143 72 4529,8296 3958,2091 5184
11 57,9277 65 3765,3005 3355,6184 4225
12 64,4348 47 3028,4356 4151,8435 2209
13 57,0568 54 3081,0672 3255,4784 2916
14 71,5467 80 5723,7360 5118,9303 6400
15 41,5775 60 2494,6500 1728,6885 3600
16 66,8047 75 5010,3525 4462,8679 5625
17 58,6329 60 3517,9740 3437,8170 3600
18 48,3336 53 2561,6808 2336,1369 2809
19 56,8143 80 4545,1440 3227,8647 6400
20 70,8340 74 5241,7160 5017,4556 5476
21 79,3082 90 7137,7380 6289,7906 8100
22 63,9219 40 2556,8760 4086,0093 1600
23 62,4602 53 3310,3906 3901,2766 2809
24 67,6563 80 5412,5040 4577,3749 6400
25 46,6251 67 3123,8817 2173,9000 4489
26 66,4532 80 5316,2560 4416,0278 6400
27 69,5796 50 3478,9800 4841,3207 2500
28 73,2627 85 6227,3295 5367,4232 7225
29 68,5720 90 6171,4800 4702,1192 8100
30 61,1567 56 3424,7752 3740,1420 3136
31 76,1380 67 5101,2460 5796,9950 4489
32 77,3486 75 5801,1450 5982,8059 5625
33 65,3430 80 5227,4400 4269,7076 6400
34 52,2037 67 3497,6479 2725,2263 4489
35 54,9498 43 2362,8414 3019,4805 1849
36 54,9689 65 3572,9785 3021,5800 4225
37 69,3285 50 3466,4250 4806,4409 2500
38 80,0209 100 8002,0900 6403,3444 10000
39 76,4404 73 5580,1492 5843,1348 5329
40 70,0262 70 4901,8340 4903,6687 4900
41 61,2421 55 3368,3155 3750,5948 3025
42 80,0722 100 8007,2200 6411,5572 10000
43 70,5391 83 5854,7453 4975,7646 6889
44 59,1383 57 3370,8831 3497,3385 3249
45 68,3690 56 3828,6640 4674,3202 3136
46 57,3154 80 4585,2320 3285,0551 6400
47 59,1383 54 3193,4682 3497,3385 2916
48 66,8047 60 4008,2820 4462,8679 3600
49 59,9461 50 2997,3050 3593,5349 2500
50 74,9274 90 6743,4660 5614,1153 8100
51 41,7484 50 2087,4200 1742,9289 2500


Lampiran 8. Distribusi Frekuensi Data Hasil Penelitian

1. Data Minat Belajar Matematika Siswa Kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan

Untuk membuat daftar distribusi frekuensi dengan panjang kelas yang sama dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Menetapkan range (rentang) R = data terbesar dikurangi data terkecil.
R = 80,0722 – 41,5775 = 38,4947
b. Menentukan banyaknya kelas (K) yang diperlukan paling sedikit 5 kelas dan paling banyak 15 kelas dengan menggunakan aturan Sturges yaitu:
K = 1 + 3,3 log n
K = 1 + 3,3 log 51
= 1 + 3,3(1,7076)
= 1 + 5,6351
= 6,6351  7
c. Menentukan panjang kelas interval (P) dengan menggunakan rumus:
P =
=
= 5,4992  6








Tabel Distribusi Frekuensi Skor Minat Siswa Kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan
Kelas Interval Xi fi % fiXi



41,5775 - 47,5775 44,5775 3 5,88 133,7325 -19,5886 383,7119 1151,1356
47,5776 - 53,5776 50,5776 2 3,92 101,1552 -13,5885 184,6464 369,2927
53,5777 - 59,5777 56,5777 10 19,61 565,777 -7,5884 57,5833 575,8328
59,5778 - 65,5778 62,5778 11 21,57 688,3558 -1,5883 2,5226 27,7484
65,5779 - 71,5779 68,5779 15 29,41 1028,6685 4,4118 19,4643 291,9644
71,5780 - 77,5780 74,578 7 13,73 522,046 10,4119 108,4084 758,8588
77,5781 - 83,5781 80,5781 3 5,88 232,7343 16,4120 269,3549 808,0647
Jumlah 51 100 3272,4693 3982,8974

Nilai maksimum = 80,0722
Nilai Minimum = 41,5775
=
=
S =
=
= 8,9251
Untuk menghitung median dan modus digunakan rumus:
Median = dan Modus =
Dimana:
Bb = Batas bawah nyata kelas median atau modus
d1 = selisih frekuensi interval modus dengan interval sebelumnya
d2 = selisih frekuensi interval modus dengan interval sesudahnya
fk = frekuensi kumulatif sebelum kelas modus atau kelas median
fmedian = frekuensi interval median
N = banyaknya responden
C = panjang interval
Sehingga diperoleh:
Median =
=
= 59,57775 + 5,72724
= 65,30499
Modus =
= 65,57785 + 2
= 67,77785

2. Data Prestasi Belajar Matematika
Dengan menggunakan cara yang sama pada data minat belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan untuk membuat tabel distribusi frekuensi prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi diperoleh:
a. Rentang = 60
b. Banyak Kelas = 7
c. Panjang Kelas = 9
Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas II SMP Negeri 3 wangi-Wangi Selatan
Kelas Interval fi Xi fiXi %



38 - 46 3 42 126 5,88 -25,7647 663,8198 1991,4593
47 - 55 10 51 510 19,61 -16,7647 281,0552 2810,5517
56 - 64 9 60 540 17,65 -7,7647 60,2906 542,6151
65 - 73 11 69 759 21,57 1,2353 1,5260 16,7856
74 - 82 9 78 702 17,65 10,2353 104,7614 942,8523
83 - 91 5 87 435 9,80 19,2353 369,9968 1849,9838
92 - 100 4 96 384 7,84 28,2353 797,2322 3188,9287
Jumlah 3456 100,00 11343,1765

Nilai maksimum = 100
Nilai Minimum = 40
=
=
S =
= = 15,0620
Median =
=
= 64,5 + 2,8636
= 67,3636
Modus =
= 64,5 + 4,5
= 69

Lampiran 9. Analisis Uji Normalitas Data Minat Belajar Matematika Siswa Kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan

1. Uji Normalitas Data Penelitian Nilai Minat Belajar Matematika Siswa Kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan

Kelas Interval Batas Kelas Z Ztabel Luas Inteval Ei Oi

41,57745 -2,53 0,0057
41,5775 - 47,5775 0,0257 1,3107 3 2,1772
47,57755 -1,86 0,0314
47,5776 - 53,5776 0,0856 4,3656 2 1,2818
53,57765 -1,19 0,117
53,5777 - 59,5777 0,188 9,588 10 0,0177
59,57775 -0,51 0,305
59,5778 - 65,5778 0,2586 13,1886 11 0,3631
65,57785 0,16 0,5636
65,5779 - 71,5779 0,2331 11,8881 15 0,8145
71,57795 0,83 0,7967
71,5780 - 77,5780 0,1365 6,9615 7 0,0002
77,57805 1,50 0,9332
77,5781 - 83,5781 0,0518 2,6418 3 0,0485
83,57815 2,17 0,985 Jumlah 4,7035

2hitung =
= 2,1772 + 1,2818 + 0,0177 + 0,3631 + 0,8145 + 0,0002 + 0,0485
= 4,7035
2tabel = 2(0,95;4) = 9,49
oleh karena 2hitung < 2tabel, maka data minat belajar Matematika Siswa Kelas II SMP Negeri 3Wangi-Wangi Selatan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan


Kelas Interval Batas Kelas Z Ztabel Luas Inteval Ei Oi

37,5 -2,01 0,0222
38 - 46 0,0571 2,9121 3 0,0027
46,5 -1,41 0,0793
47 - 55 0,1297 6,6147 10 1,7325
55,5 -0,81 0,2090
56 - 64 0,2039 10,3989 9 0,1882
64,5 -0,22 0,4129
65 - 73 0,2351 11,9901 11 0,0818
73,5 0,38 0,6480
74 - 82 0,1885 9,6135 9 74 - 82
82,5 0,98 0,8365
83 - 91 0,1064 5,4264 5 0,0335
91,5 1,58 0,9429
92 - 100 0,0421 2,1471 4 1,5990
100,5 2,17 0,9850 Jumlah 3,6769

2hitung =
= 0,0027 + 1,7325 + 0,1882 + 0,0818 + 0,0352 + 0,0335 + 1,5990
= 3,6769
2tabel = 2(0,95;4) = 9,49
oleh karena 2hitung < 2tabel, maka data prestasi belajar Matematika Siswa Kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.






Lampiran 10. Perhitungan Analisis Korelasi Minat dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan

Berdasarkan data hasil penelitian diperoleh sebagai berikut:
= 3288,8836 = 10816755,3343
= 3458 = 11957764
= 216443,8655 = 226822,3024
= 246934 N = 51

=
=
=
= 0,4179
Jadi koefisien korelasi minat belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan adalah 0,4179 > 0. Berarti terdapat hubungan positif minat belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan.

Lampiran 11. Analisis Statistik Uji-t untuk Pengujian Hipotesis Penelitian
Diketahui:
n = 51
rXY = 0,4179
(rXY)2 = 0,1746
maka
thitung =
=
=
=
= 3,2196
Sedangkan ttabel = t(0,95;50) = 1,67
Jadi thitung = 3,2196 > ttabel = 1,67
Dengan demikian H0 ditolak berarti ada hubungan positif yang signifikan antara minat belajar matematika dengan prestasi belajar matematika siswa kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan.

Tabel ... Deksripsi Kategori Minat Belajar Matematika Siswa Kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan

Interval Kategori f %
X  77,5538
68,6287  X < 77,5538
59,7053  X < 68,6287
50,7784  X < 59,7053
X < 50,7784 Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah 3
14
29
11
4 5,88
27,45
37,25
21,57
7,84
Jumlah 51 100

Tabel ... Deksripsi Kategori Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas II SMP Negeri 3 Wangi-Wangi Selatan

Interval Kategori f %
80  Y  100
60  Y < 80
Y < 60 Tinggi
Sedang
Rendah 15
20
16 29,41
39,22
31,37
Jumlah 51 100

Selengkapnya...